Moms dan Dads tentunya menginginkan bayi Anda terlahir tanpa masalah atau kekurangan. Namun keinginan tak selalu sesuai dengan harapan. Ada kemungkinan, Si Kecil terlahir dengan masalah kesehatan tertentu, salah satunya adalah Penyakit Jantung Bawaan (PJB).
Memperingati Hari Jantung Sedunia yang jatuh pada 29 September 2019, yuk cari tahu lebih banyak tentang masalah jantung pada bayi. Apa saja jenis PJB dan faktor-faktor yang menyebabkan bayi terlahir dengan penyakit jantung bawaan? Simak penjelasannya berikut ini ya Moms.
Tiga Kategori
Moms perlu tahu, PJB adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang ditemukan sejak bayi dilahirkan. Kelainan ini terjadi pada saat janin berkembang dalam kandungan. Kasus PJB yang paling banyak ditemykan adalah kelainan pada septum bilik jantung atau dikenal dengan sebutan ventricular septal defect (VSD) dan diikuti oleh kelainan pada septum serambi jantung atau yang lebih dikenal dengan nama atrial septal defect (ASD). Masyarakat umum sering melihat kedua kelainan jantung ini dengan sebutan jantung bocor.
Jenis kelainan struktur lainnya dapat berupa patent ductus arteriosus, transposition of great arteries, dan kelainan katup jantung. Seringkali PJB juga timbul dalam bentuk gabungan beberapa kelainan. Di antara berbagai kelainan bawaan yang ada, PJB merupakan kelainan yang paling sering ditemukan.
Penanganan PJB bisa beragam, tergantung jenis dan tingkat keparahannya. Namun secara umum, kelainan jantung bawaan dibagi dalam tiga kategori:
1. Cacat katup jantung. Katup di dalam jantung yang mengarahkan aliran darah dapat menutup atau mengalami kebocoran sehingga jantung tidak dapat memompa darah dengan benar.
2. Cacat dinding jantung. Dinding yang terdapat di antara ruang kiri dan kanan serta atas dan bawah di dalam jantung, tidak berkembang dengan benar sehingga darah mengalir kembali ke dalam jantung atau mengalir ke tempat yang tidak seharusnya. Cacat ini membuat jantung harus bekerja ekstra dan dapat mengakibarkan tekanan darah tinggi.
3. Cacat pembuluh darah. Arteri dan vena yang tidak berfungsi dengan benar mengakibatkan aliran darah terhalang atau menjadi lamban.
Faktor Risiko
Sebagian penyakit jantung bawaan disebabkan karena faktor genetik atau keturunan. Meski begitu, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko PJB, yaitu:
1. Rubella
Mengalami infeksi rubella selama kehamilan bisa menyebabkan masalah dalam perkembangan jantung bayi. Maka dari itu, penting untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan sebelum hamil agar bisa diberikan vaksinasi untuk mencegah infeksi berbahaya seperti rubella atau melakukan pengobatan apabila sudah sempat terinfeksi.
2. Obat-obatan
Mengonsumsi obat-obatan tertentu selama kehamilan dapat menyebabkan cacat jantung bawaan. Di antaranya adalah pengobatan hipertensi golongan ACE inhibitors, obat kolesterol golongan statin, dan obat jerawat yang mengandung isotretinoin. Oleh karena itu, sebaiknya jangan sembarang minum obat tanpa berkonsultasi dengan dokter.
3. Diabetes
Penderita diabetes yang hamil dianjurkan untuk mengendalikan gula darah sejak sebelum mengupayakan kehamilan. Tujuannya agar dapat mengurangi risiko cacat jantung bawaan.
4. Minum alkohol dan merokok selama kehamilan
Hindari mengonsumsi minuman beralkohol dan merokok, atau menjadi perokok pasif selama kehamilan. Kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko berbagai gangguan kehamilan, termasuk cacat jantung bawaan pada bayi yang ada di dalam kandungan.
Gejala-gejala
Saat ini, kelainan jantung bawaan sudah bisa dideteksi sejak bayi masih berada di dalam kandungan dengan menggunakan alat bernama fetal ecocardiography. Hanya saja, alat ini masih sangat terbatas jumlahnya di Indonesia. Setelah Si Kecil lahir, Moms bisa melihat sejumlah gejala berikut ini untuk mengetahui apakah ia mengalami masalah pada jantung atau tidak.
⢠Bibir, lidah, dan kuku berwarna kebiruan (sianosis).
⢠Berkeringat secara berlebihan, terutama ketika makan.
⢠Susah makan atau nafsu makan berkurang.
⢠Penurunan berat badan atau berat badan sulit bertambah.
⢠Denyut nadi melemah.
Jika Moms melihat tanda-tanda tersebut pada Si Kecil, maka segeralah berkonsultasi dengan dokter. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)