Sebagian orang tua percaya bahwa mengenalkan Si Kecil tentang kedisiplinan perlu dilakukan sedini mungkin. Pemikiran ini bisa saja didapatkan dari saran kakek-nenek yang sudah menerapkan disiplin pada Moms dan Dads, yang diakuinya dilakukan sejak bayi.
Kata disiplin sendiri berasal dari bahasa Latin yang artinya mengajar. Secara konteks, disiplin artinya mengajarkan hal yang boleh dan baik dilakukan, serta hal yang tidak boleh dan tidak baik dilakukan oleh Si Kecil. Metode mendisiplinkan ini dipakai untuk menghindari masalah perilaku di masa depan pada anak.
Umumnya, pengenalan disiplin sudah dilakukan sejak usia 6-9 bulan, atau saat Si Kecil sudah memahami arti kata "tidak" atau "jangan". Dan di usia satu tahun, ia mulai memahami perintah-perintah sederhana, misalnya Anda meminta ia untuk merapikan mainannya ke dalam kotak penyimpanan.
Disiplin memang perlu diterapkan seawal mungkin, karena Si Kecil perlu memahami konsep "benar-salah" sejak dini. Hal ini bisa dilakukan walaupun ia akan membutuhkan waktu sedikit lama untuk benar-benar memahami konsep tersebut seutuhnya.
Cara paling mudah bagi anak-anak usia ini untuk mengenal disiplin adalah melalui contoh dan bimbingan. Namun bagaimana cara mendisiplinkan anak yang efektif sehingga Si Kecil dapat lebih mudah memahami dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari?
Disiplin yang Tepat
Untuk menjawab hal tersebut, ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan dalam menerapkan konsep disiplin pada Si Kecil, yaitu:
⢠Jika anak usia batita dan balita kerap membuat ulah, jangan dulu berpikir bahwa ia nakal. Si Kecil hanya bereksperimen dengan dunianya. Ia juga kerap melakukan observasi akibat dari perilakunya tersebut.
⢠Yang terpenting dalam menerapkan disiplin adalah konsistensi. Jika sekali Anda mengatakan sampah harus dibuang di tempat sampah, maka sampai kapan pun, Anda harus konsisten dengan peraturan tersebut. Aturan yang berubah-ubah hanya akan membuat anak Anda menjadi bingung nantinya.
⢠Si Kecil masih memiliki daya ingat yang pendek. Anda tidak bisa mengharapkannya langsung memahami apa yang diajarkan dalam sekejap. Jadi, sangat diperlukan proses pengajaran yang berulang-ulang sampai ia memahami.
⢠Terlalu banyak kata "tidak" atau "jangan" membuat aturan tidak lagi efektif, karena anak jadi tidak berani melakukan apa pun. Cobalah menawarkan alternatif untuk setiap kata "tidak". Misalnya dengan mengatakan, "Sayang, buku Mama jangan dimainkan. Ayo kita cari bukumu sendiri dan kita lihat isinya!"
⢠Jika anak berbuat kesalahan atau melanggar aturan, sesekali biarkan ia menanggung risikonya, jika tidak terlalu membahayakan. Dengan cara ini anak berkesempatan belajar dari kesalahannya. (M&B/Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)