Type Keyword(s) to Search
BABY

Moms, Jangan Anggap Remeh Ruam Popok!

Moms, Jangan Anggap Remeh Ruam Popok!

Ruam popok! Masalah yang satu ini memang terdengar sepele, Moms. Namun jika dibiarkan, efeknya bisa berbahaya bagi kesehatan kulit Si Kecil. Selain itu, ruam popok juga menyebabkan bayi Anda merasa tidak nyaman sehingga ia jadi rewel.

Gejala utama ruam popok atau diaper rash adalah kulit bayi di area pemakaian popok terlihat memerah. Biasanya, area yang memerah adalah di bagian bokong, lipatan paha, atau sekitar alat kelamin. Kulit yang mengalami kemerahan tersebut juga akan terasa lebih hangat atau panas dan tampak bengkak.

Selain timbul ruam kemerahan, kulit di area pemakaian popok juga bisa muncul luka seperti melepuh atau menggelembung. Bayi yang mengalami ruam popok biasanya menjadi rewel, terutama saat area yang mengalami ruam dibersihkan atau ketika popoknya diganti.


Penyebab Ruam Popok

Moms perlu tahu ada beberapa penyebab bayi bisa mengalami ruam popok, antara lain:

1. Popok Lembap

Popok yang jarang diganti dapat meningkatkan risiko bayi terkena ruam. Urine yang tercampur dengan kotoran lainnya bisa menyebabkan infeksi bakteri dan iritasi pada kulit bayi. Moms sangat disarankan untuk segera mengganti popok Si Kecil apabila sudah terlihat penuh atau setelah buang air besar.

2. Popok Terlalu Ketat

Popok yang terlalu ketat bisa bergesekan dengan kulit bayi. Hal ini juga akan menimbulkan iritasi, ruam, atau lecet pada kulit Si Kecil yang masih lembut. Jadi, pastikan Moms memilih ukuran popok yang pas bagi bayi Anda.

3. Makanan Baru

Pada usia 6 bulan, bayi sudah mulai mendapatkan makanan pendamping ASI atau MPASI berupa asupan makanan padat. Beberapa jenis makanan, seperti buah-buahan yang asam bisa memengaruhi feses bayi sehingga mudah mengiritasi kulit di daerah bokong. Jika sebelum usia 6 bulan bayi yang notabene hanya mengonsumsi ASI mengalami ruam popok, ada kemungkinan penyebabnya adalah makanan yang dikonsumsi sang ibu.

4. Infeksi Bakteri dan Jamur

Area bokong, paha, dan alat kelamin yang kerap bersentuhan dengan popok memiliki kondisi yang lembap dan hangat. Hal ini memudahkan kulit di bagian tersebut rentan mengalami infeksi bakteri atau jamur.

5. Iritasi Produk Kebersihan

Penggunaan produk perawatan kulit, seperti sabun, bedak, tisu basah, atau minyak pada area popok juga berpotensi mengiritasi kulit bayi, khususnya yang sensitif atau mengalami masalah tertentu seperti dermatitis atopik. 

6. Konsumsi Antibiotik

Tidak peduli bakteri jahat atau baik, keduanya dapat terbasmi oleh antibiotik. Saat bayi diberi obat ini, bakteri baik pada kulit yang mampu mencegah pertumbuhan jamur bisa ikut mati. Akibatnya, bayi dapat mengalami ruam popok akibat infeksi jamur.


Harus Ditangani

Biasanya, ruam popok terjadi pada bayi di bawah berusia 15 bulan. Di usia ini, lapisan terluar kulit bayi masih sangat tipis dan rentan terhadap iritasi. Saat terkena feses atau urine bayi, iritasi ini akan bertambah parah.

Pada umumnya, ruam popok pada anak memang tidak sampai mengancam jiwa. Akan tetapi jika tidak diatasi dengan baik, ruam yang terinfeksi dapat menyebabkan luka yang lebih parah dan tentunya akan semakin sulit untuk diatasi. Selain itu, ruam yang telah terinfeksi tersebut akan menimbulkan ketidaknyamanan dan rasa nyeri pada anak saat buang air besar.

So, Moms harus langsung bertindak saat mengetahui Si Kecil mengalami ruam popok. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah menggunakan diaper rash cream. Tapi jangan asal pilih krim ruam popok ya, Moms. Pilih krim dengan kandungan bahan-bahan yang aman buat Si Kecil, seperti Kinderen Diaper Rash Cream.


Produk Kinderen Diaper Rash Cream memiliki kandungan Dexpanthenol yang lebih optimal, yaitu lima persen. Dexpanthenol atau vitamin B5 memiliki fungsi membantu merawat kulit yang terkena ruam.

Sementara itu, Anda juga bisa mencegah Si Kecil mengalami ruam popok karena Kinderen Diaper Rash Cream juga mengandung Zinc Oxide. Satu hal lagi yang tak kalah penting, Kinderen Diaper Rash Cream juga sudah bersertifikat halal, lho. Jadi Moms tak perlu khawatir lagi salah pilih produk untuk Si Kecil. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)