Seorang ibu memang harus memiliki fisik yang kuat untuk menjalani kehamilan. Sebab, meningkatnya hormon dalam tubuh akan membuat tubuh menjadi mudah lelah. Kondisi ini pun yang menjadi alasan seorang ibu pengidap lupus menjadi takut untuk hamil.
Penyakit lupus atau yang dikenal dengan SLE (systemic lupus erythematosus) adalah penyakit auto-imun yang terjadi bila jaringan tubuh diserang oleh imunitas tubuh sendiri. Meski menjadi lebih berisiko, ibu dengan penyakit lupus tetap memiliki kemungkinan untuk hamil seperti ibu lainnya, lho.
Mempersiapkan dengan Matang
Salah satu sel yang bisa terserang adalah sel fosfolipid, yang bisa menyebabkan keguguran pada ibu hamil. Sindrom ini akan membuat darah menjadi menggumpal di semua bagian tubuh. Apabila kondisi tersebut terjadi pada ibu hamil, maka koagulasi pun akan berlangsung di dalam plasenta.
Hal ini akan membuat plasenta membeku karena adanya penyumbatan darah atau trombosit. Jika terjadi, maka hubungan antara janin dan ibunya menjadi terganggu, seperti penyaluran makanan, juga jalur oksigen dari ibu ke janin. Maka untuk mengurangi risiko tersebut, sang ibu harus mempersiapkan kehamilan sejak awal dengan sangat baik. Jika perlu, konsultasikan kondisi Anda dengan dokter kandungan dan dokter yang menangani penyakit lupus yang diderita.
Dengan adanya komunikasi antara Anda dan kedua dokter tersebut, maka bisa ditentukan jenis obat dan jumlah dosis yang diperlukan untuk menjaga kinerja sistem imunitas. Selain itu, mental Anda pun harus siap untuk menghadapi perubahan tubuh yang terjadi secara ekstrem saat masa kehamilan.
Namun, lupus bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan, sehingga bisa kambuh sewaktu-waktu. Disarankan oleh para dokter agar setelah enam bulan kondisi lupus mulai terkendali, baru boleh memprogramkan untuk hamil kembali.
Risiko yang Dihadapi
Kemungkinan terjadi keguguran memang salah satu risiko yang paling berbahaya pada kehamilan ibu pengidap lupus. Dan sayangnya, ada beberapa risiko kesehatan lain yang bisa dialami ibu dan Si Kecil, di antaranya:
⢠Risiko bayi prematur atau BBLR
Sebanyak 25 persen ibu penderita lupus melahirkan bayi prematur. Hal ini disebabkan oleh pengobatan yang dilakukan selama hamil untuk mengatasi penyakit tersebut.
⢠Perkembangan janin tidak baik
15 persen wanita hamil yang menderita lupus melahirkan bayi dengan kondisi intrauterine growth restriction (IUGR), yaitu bayi dengan berat badan lahir ekstrem rendah. Pertumbuhan janin yang terhambat ini terjadi karena sebagian wanita penderita lupus memiliki antibodi yang menyebabkan adanya gumpalan darah di plasenta, sehingga jalur makanan untuk janin terganggu.
⢠Neonatal lupus
Ini adalah kondisi di mana gejala lupus dialami pada bayi yang baru lahir. Bayi yang baru lahir akan mengalami kulit kemerahan, gangguan fungsi hati, dan kekurangan darah. Gejala ini sebagian besar terjadi pada bayi yang berusia 18-24 minggu.
⢠Pre-eklampsia
Pre-eklampsia atau kondisi tekanan darah menjadi tinggi dan terdapat protein di dalam urine juga bisa terjadi, khususnya di trimester kedua dan ketiga. Hal ini dapat membuat sang ibu menjadi lebih cepat lelah serta terlalu sering mual dan muntah saat hamil.
⢠Menurun pada bayi
Penyakit lupus bisa menurun pada bayi dengan persentase sebanyak 5 persen, sebab lupus bisa disebabkan oleh genetik sang ibu. Sebaiknya penyakit lupus yang dialami seorang wanita harus mengalami remisi dahulu sebelum memutuskan untuk hamil. Remisi disini artinya lupus sudah terkendali sehingga calon ibu dalam keadaan normal atau tidak sakit. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)