Acrophobia! Apakah Moms pernah mendengar istilah tersebut? Acrophobia merupakan jenis fobia atau perasaan ketakutan yang berlebihan terhadap ketinggian.
Rasa takut terhadap ketinggian ternyata tidak hanya dialami orang dewasa, lho. Anak-anak yang biasanya gemar berlari, memanjat, dan melompat, juga bisa memiliki perasaan takut berada di tempat yang tinggi.
Banyak hal yang bisa memicu munculnya acrophobia pada anak, salah satunya adalah trauma. Pengalaman Si Kecil terjatuh dari tempat ketinggian hingga menimbulkan rasa sakit yang amat sangat, luka atau cedera, bisa membuatnya trauma sehingga takut untuk mengalami hal yang sama.
Selain itu, kematangan emosi dan kemampuan kognitif untuk memprediksi juga memengaruhi rasa takut anak. Jangan lupakan daya imajinasi. Kemampuan anak dalam berimajinasi yang terinspirasi dari film atau video yang disaksikannya, juga bisa memengaruhi rasa takut Si Kecil terhadap sesuatu hal.
Perhatikan Ini saat Si Kecil Takut
Apabila Moms menyadari Si Kecil takut akan ketinggian, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar ketakutannya tidak bertambah parah menurut situs Keepyourchildsafe.
1. Hindari situasi yang membuat Si Kecil sangat ketakutan, seperti menempatkannya di tempat tinggi dan memaksanya untuk melihat ke bawah. Beri mereka waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi rasa takut.
2. Jangan mengangkat mereka terlalu tinggi atau menempatkan dalam situasi yang bisa meningkatkan rasa takut, seperti bermain kapal terbang. Jika ingin berbicara kepada Si Kecil, sebaiknya Anda yang berlutut hingga posisi sejajar dengan anak. Atau jika ingin menggendongnya, usahakan hanya sebatas pinggang dan peluk sehingga mereka merasa aman serta nyaman.
3. Jika Si Kecil tidak sengaja berada di situasi yang membuatnya panik, Moms bisa memintanya untuk menatap mata Anda dan sebaliknya. Moms juga bisa memberikan semacam sugesti dengan mengatakan "Saya aman" atau "Saya baik-baik saja". Latihan semacam ini bisa membantu anak untuk menaklukkan rasa takutnya.
Mengatasi Rasa Takut Si Kecil akan Ketinggian
Jangan paksakan anak untuk langsung menghilangkan rasa takut. Terkadang, dibutuhkan proses yang cukup lama dalam menghapus trauma pada Si Kecil. Dalam beberapa kasus, anak perlu mendapatkan bantuan khusus dari ahli agar bisa terbebas dari rasa takut berlebihan terhadap ketinggian.
Sementara itu, Moms juga bisa melakukan beberapa langkah berikut agar Si Kecil bisa mengatasi rasa takutnya. Namun jangan lupa untuk selalu berada di dekat anak atau memegang tangannya agar ia merasa ada yang melindungi.
1. Bantu anak untuk belajar menginterpretasi perasaan takut tersebut sebagai sinyal. Anda bisa memberitahu Si Kecil untuk menganggap rasa takut tersebut sebagai alarm tanda bahaya di kepalanya yang memberi peringatan untuk berhati-hati saat menghadapi situasi bahaya. Akan tetapi jelaskan juga terkadang tanda bahaya itu berbunyi meski ia tidak benar-benar berada dalam situasi berisiko. Setelah itu, Anda bisa membantu membiasakan anak untuk membedakan mana situasi yang benar-benar berbahaya dan mana yang tidak.
2. Terkadang rasa takut terhadap ketinggian menimbulkan vertigo atau rasa pusing disertai persepsi gerakan melayang/memutar. Anda bisa membantu anak untuk membiasakan diri terhadap sensasi tersebut dengan memintanya untuk berdiri, memejamkan mata, dan memutar kepalanya. Latihan semacam itu juga bisa membantu anak menghilangkan rasa limbung ketika berada di tempat yang tinggi.
3. Sejumlah fobia bisa diatasi dengan cara meminta pasien untuk menghadapi langsung rasa takut mereka. Secara perlahan, Moms bisa menempatkan Si Kecil dalam situasi yang membuat mereka takut. Jika anak takut pada ketinggian, maka Anda bisa mengajaknya untuk:
⢠Melihat pemandangan dari tempat yang agar tinggi, seperti bukit atau pegunungan.
⢠Bermain ayunan. Awali dengan ayunan pelan. Jika anak mulai terbiasa, Moms bisa mengayunnya lebih tinggi lagi.
⢠Berlatih memanjat di area permainan anak.
⢠Jika Moms tinggal di rumah tingkat, Anda bisa mengajaknya melihat pemandangan dari balkon.
⢠Melompat dari papan loncat di kolam renang.
⢠Mengajaknya melihat ke jendela saat berada di gedung yang agak tinggi. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)