Buat kebanyakan orang, seks adalah isu yang sangat tabu untuk dibicarakan, terlebih kepada anak. Namun di lain sisi, edukasi seks sejak dini sangat penting untuk dibicarakan, agar anak kelak memiliki pengertian yang baik mengenai hubungan dan perilaku seksual yang baik.
Mengutip Planned Parenthood,disebutkan bahwa anak dan remaja yang sering berbincang-bincang tentang seks dengan orang tuanya akan lebih jarang mengambil risiko besar terkait dengan kesehatan seksualnya, dan mereka juga lebih aman dari ancaman predator seksual.
Kini Anda tahu manfaat besar dari membicarakan seks kepada anak. "Tidak pernah terlalu dini atau terlalu telat untuk berbicara dengan anak Anda tentang seks dan relationships," saran Planned Parenthood. Masih bingung mengenai bagaimana cara untuk memulai obrolan yang sering dianggap tabu ini? Ikuti tips di bawah ini ya, Moms.
1. Mulai sejak dini
Menurut Planned Parenthood, ketika anak Anda mulai bisa berbicara, Anda bisa mulai mengajarkan tentang nama-nama bagian tubuh. Sebutkan nama bagian tubuh dengan benar, termasuk bagian vital. Sebut saja penis dan vagina, karena memang itu nama yang benar, tidak perlu disamarkan dengan "wee wee" atau nama lainnya yang justru membuat Si Kecil bingung.
Jelaskan fungsi setiap bagian tubuh, dan yang terpenting, jelaskan kalau bagian vital anak tidak boleh disentuh atau dilihat orang lain selain orang tuanya sendiri.
2. Sedikit demi sedikit
Memberikan edukasi tentang kesehatan seksual dan relationships pada anak adalah pekerjaan seumur hidup. Maka, lakukanlah sedikit demi sedikit, atau perlahan tapi pasti, daripada memberikan penjelasan panjang lebar tapi hanya satu kali.
3. Tak ada kata terlambat
Entah sudah sejak balita, atau saat anak sudah remaja, membicarakan seks kepada anak tak pernah terlambat, Moms. Sebagai contoh, jika anak usia 5 tahun bertanya dari mana asalnya bayi, Moms bisa menjawab "Dari tubuh ibunya." Namun jika anak Anda sudah berusia 10 tahun misalnya, Anda bisa menjawab hal yang sama, tapi dengan lebih detail. "Setelah bayi dikandung ibu selama 9 bulan di dalam rahim, bayi akan lahir melalui vagina ibu."
4. Belajar dari lingkungan sekitar
Setiap hari selalu ada kesempatan yang bisa Anda manfaatkan untuk dijadikan bahasan mengenai seks kepada anak. Misalnya, saat adik Anda mengumumkan kehamilan atau ketika Anda dan Si Kecil melihat iklan pembalut. Namun, jika itu semua tidak terjadi, Moms bisa langsung membuka bahasan dengan anak, seperti "Menurut kamu, dari mana bayi berasal?" atau "Kenapa mainan boneka hanya boleh dimainkan oleh anak perempuan?" untuk memancing edukasi tentang isu gender stereotype.
5. Beri buku anatomi
Jika anak Anda masih balita, memberinya buku tentang anatomi tubuh adalah awal yang baik. Jelaskan nama-namanya dan fungsinya. Seiring pertambahan usia, beri mereka buku tentang pubertas dan biarkan mereka bertanya detailnya kepada Anda, orang yang paling tepat untuk memberikan edukasi tentang seks dan predator jahat di luar sana.
6. Jangan menyalahkan anak
Moms harus terbuka dan bersedia mendengarkan pendapat juga jawaban anak mengenai edukasi seks yang Anda berikan. Jika ia membicarakan fakta yang ternyata tidak benar, luruskan saja, tidak perlu dimarahi. Jangan membuat anak malu bertanya, yang kemudian bisa membuatnya ogah ngobrol masalah pribadi dengan Anda, terutama soal kesehatan seks. Anak harus tahu kalau Anda adalah orang yang paling tepat untuk diajak bicara, memberikan informasi, saran, atau sekadar tempat curhat masalah apa pun.
7. Jangan anggap tabu
Walau membicarakan seks dengan anak Anda mungkin hal yang membuat Anda bisa merasa sangat tidak nyaman, sebaiknya Moms tidak perlu ragu dan buang pikiran tabu dari benak Anda. Mungkin sebenarnya Anda hanya takut tidak bisa menjawab pertanyaan Si Kecil. Jika itu terjadi, jawab saja: "Coba kasih tahu Mama apa saja sih informasi yang sudah kamu ketahui mengenai masalah itu." Setelah itu, beri jawaban yang singkat dan sederhana, dan jelaskan kata-kata baru yang mungkin belum pernah didengar Si Kecil, seperti kata hormon, fertilitas, atau predator seksual. (M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Foto: Freepik)