Stres dan depresi bisa menghampiri siapa saja. Segudang kesibukan yang harus dijalani bisa saja menyebabkan Anda mengalami stres. Dan jika tidak ditangani dengan baik, ini bisa menimbulkan depresi. Tidak hanya itu, usai melahirkan, tidak sedikit ibu baru yang juga merasakan stres hingga depresi berkepanjangan.
Ya, stres dan depresi begitu mudah melanda saat ini. Jika tidak ditangani dengan tepat, depresi bisa berakibat fatal hingga kematian. Biasanya, depresi ditangani dengan terapi disertai pemberian obat antidepresan yang dapat membantu.
Baca juga: Anak Juga Bisa Mengalami Depresi, Ini Gejalanya, Moms
Saat Anda menderita depresi, senyawa-senyawa yang terdapat dalam otak, seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin jadi tidak seimbang dan menghalangi saraf untuk mengirim impuls. Nah, obat antidepresan bisa membantu menyeimbangkan senyawa sehingga otak berfungsi normal.
Namun, yang perlu Anda ketahui, obat antidepresan tidak bekerja dalam sekejap. Untuk merasakan perubahan positif, penderita depresi butuh waktu paling cepat satu bulan setelah memulai pengobatan dengan antidepresan. Pada sebagian orang, efek obat ini bahkan baru terasa setelah 4-6 bulan.
Umumnya, obat antidepresan aman dikonsumsi jika Anda mengikuti saran dari dokter. Memang, obat ini termasuk golongan obat keras dan konsumsinya harus di bawah pengawasan dokter. Walaupun begitu, ada beberapa jenis obat yang bisa dibeli secara bebas. Jika dikonsumsi sembarangan dan terus-menerus tanpa konsultasi dengan dokter, obat ini bisa menimbulkan efek samping yang berbahaya. Lebih dari 30% orang yang menjalani pengobatan dengan antidepresan melaporkan efek samping yang dirasakan pada minggu-minggu awal, seperti:
1. Gangguan tidur
Sejumlah obat antidepresan bisa mengganggu kebiasaan tidur orang yang mengonsumsinya. Sebagian pengguna antidepresan mengeluh tentang insomnia yang dialami, dan sebagian yang lain malah mengantuk di siang hari. Ada juga yang mengalami mimpi buruk maupun tidur sambil berjalan. Dalam sejumlah kasus, gangguan ini bahkan tidak hilang selama beberapa minggu.
2. Masalah pencernaan
Jika Anda mengonsumsi antidepresan, Anda mungkin akan mengalami masalah pencernaan, seperti mual, muntah, hingga diare. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) merupakan salah satu jenis obat antidepresan yang sering dipakai karena memiliki efek samping yang rendah. Namun SSRI ini bisa menyebabkan sembelit, sakit perut, maupun diare. Akan tetapi, efek samping tersebut hanya sementara.
3. Berat badan bertambah
Depresi umumnya membuat penderitanya kehilangan nafsu makan. Mengonsumsi antidepresan selain membantu mengatasi masalah depresi Anda, juga mengembalikan nafsu makan yang hilang. Beberapa antidepresan bisa menyebabkan kenaikan berat badan hingga 5 kg setelah penggunaan selama 6 bulan.
4. Pusing atau penglihatan buram
Kandungan dari antidepresan yang berfungsi untuk mengurangi produksi air mata ternyata berpengaruh juga dalam membuat penglihatan mata menjadi buram. Selain itu, Anda juga mungkin berisiko mengalami pusing, dehidrasi, dan gejala seperti mulut kering saat mengonsumsi antidepresan.
5. Mengganggu fungsi organ tubuh
Menurut penelitian yang dilakukan di McMaster University, Kanada, diketahui bahwa konsumsi antidepresan meningkatkan risiko kematian sampai 33%. Konsumsi antidepresan bisa menghalangi sejumlah organ utama berfungsi dengan baik, menghambat penyerapan serotonin yang vital digunakan oleh jantung, ginjal, paru-paru dan hati dari alirah darah tubuh.
6. Mendorong keinginan untuk bunuh diri
Efek samping yang cukup mengganggu dari konsumsi antidepresan adalah merasa gelisah, mudah panik, hingga kehilangan gairah seksual. Bahkan, dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, obat antidepresan bisa mendorong pikiran-pikiran negatif seperti menyakiti diri sendiri hingga keinginan untuk bunuh diri. Namun, kasus ini terjadi pada penderita depresi berat.
Melihat efek samping penggunaan antidepresan, Anda sebaiknya tidak minum obat ini secara sembarangan tanpa memahami dengan baik bagaimana reaksinya terhadap tubuh. Jika Anda merasa perlu mengonsumsinya, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter atau psikiater, Moms dan Dads. (M&B/SW/Foto: Freepik)