Type Keyword(s) to Search
TODDLER

4 Alasan Anak Berperilaku Buruk

4 Alasan Anak Berperilaku Buruk

Saat anak memasuki usia balita, rasanya bukan hal yang aneh ya, Moms, melihat Si Kecil bertindak semaunya, susah diberi tahu, atau akan menangis bahkan melawan bila diberi tahu saat ia melakukan hal yang salah.

Siapa dari Anda yang menghadapi drama ketika Si Kecil sudah diberi tahu untuk tidak memegang barang tertentu, malah tetap ia pegang? Atau ketika disuruh untuk berbagi mainan dengan teman atau adiknya, Si Kecil justru mau menguasi semua mainannya?

Saat anak berperilaku buruk, hal ini bukan berarti ia sedang berusaha untuk menjadi anak yang jahat. Pada dasarnya, saat balita membuat ulah, melanggar aturan, atau berkata tidak pada segala hal, itu sebenarnya merupakan hal yang normal terjadi. Perilaku atau kebiasaan buruknya itu juga tidak muncul begitu saja tanpa sebab Moms, melainkan merupakan fase dari tumbuh kembang Si Kecil itu sendiri.

Baca juga: Balita Suka Melawan Orang Tua? Ini Penyebabnya, Moms!

Nah, sebenarnya apa sih, hal-hal yang mendasari Si Kecil berperilaku buruk? Ini dia penyebabnya, Moms.

1. Rasa ingin tahu

Secara alami, balita memiliki rasa keingintahuan yang tinggi pada dunia sekitarnya. Namun, tak jarang orang tua justru menafsirkan hal tersebut sebagai perilaku buruk. Misalnya saat Si Kecil menjatuhkan buku-buku yang ada di rak atau saat ia memasukkan mainannya ke dalam ember berisi air. Hal yang mungkin Moms anggap sebagai kenakalannya tersebut justru sebenarnya adalah cara Si Kecil "bereksperimen" atau cara yang ia lakukan untuk tidak menganggu Anda atau orang lain di rumah.

2. Miskomunikasi

Karena keterbatasan balita untuk berkomunikasi, maka ia akan menggunakan trik berakting dengan berperilaku buruk sebagai cara yang dianggap lebih mudah baginya. Saat Si Kecil masih mengantuk, dan mood-nya belum 100% kembali, bisa saja ia menendang kursi di rumah sebagai caranya protes bahwa durasi tidurnya kurang. Atau justru ia melempar mainan pada temannya, karena ia tidak mau mengakhiri waktu bermainnya.

Baca juga: Wajarkah Jika Balita Suka Menyakiti Diri Sendiri?

3. Belum dewasa

Sampai memasuki usia taman kanak-kanak, balita belum bisa mengendalikan dorongan hatinya dan belum memahami konsep benar atau salah. Si Kecil terus melakukan hal yang ia mau tanpa mengerti tentang batasan, dan ia juga belum mampu mengendalikan emosi. Karena itu, tak heran bila perilaku buruknya sering tak terkendali.

4. Mencoba mandiri

Masa balita merupakan masa di mana anak ingin melakukan segala hal sendiri, entah itu makan sendiri, mencuci tangannya sendiri, atau mengikat tali sepatunya sendiri. Ketika ada orang yang membantunya, tak jarang ia justru berperilaku agresif sebagai caranya protes karena tidak ingin dibantu. Amukan seperti berkata "aku mau melakukannya sendiri, Ma!" sering menjadi senjatanya ketika ia ingin melakukan sesuatu sendiri, tanpa tahu bahwa hal tersebut sebenarnya melebihi kemampuannya. (M&B/Vonda Nabilla/SW/Dok. Freepik)