Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Mitos dan Fakta HIV/AIDS

Mitos dan Fakta HIV/AIDS

Masih terbatasnya edukasi tentang HIV/AIDS di kalangan masyarakat, membuat banyak informasi yang berkembang seputar penyakit tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Hal ini tentu sangat menyedihkan, karena orang dengan HIV/AIDS (ODHA) menjadi dikucilkan akibat informasi-informasi yang salah-kaprah. Berikut  6 mitos dan fakta seputar HIV/AIDS berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI.

 

1.  Mitos: Bersalaman atau bersenggolan dengan pengidap HIV/AIDS akan tertular penyakit yang sama.
Fakta: Virus AIDS (HIV) tidak dapat ditularkan dengan cara bersenggolan atau bersalaman dengan pengidap, melainkan ditularkan melalui 3 cairan tubuh, yaitu cairan kelamin (semen dan lendir vagina), darah, serta ASI.

 

2.  Mitos: HIV tidak akan bisa ditularkan bila hanya berhubungan intim sekali saja.
Fakta: HIV ditularkan melalui cairan kelamin, sehingga meskipun berhubungan intim hanya sekali dengan ODHA, Anda tetap dapat berisiko tertular.

 

3.  Mitos: Berenang bersama, terkena paparan batuk atau bersin ODHA, terkena keringat ODHA, menggunakan toilet yang sama, serta menggunakan peralatan makan dan minum yang sama dengan ODHA dapat berisiko tertular penyakit HIV/AIDS.
Fakta: HIV tidak terdapat di dalam ludah, keringat, air seni, dan kotoran pengidap HIV/AIDS.

 

4.  Mitos: HIV/AIDS menular melalui gigitan nyamuk.
Fakta: Nyamuk mengisap darah manusia, bukan mentransferkan darah tersebut ke manusia yang selanjutnya ia gigit. Jadi, mitos tersebut jelas salah. Lagi pula, HIV hanya dapat hidup di dalam tubuh manusia, bukan di dalam tubuh hewan.

 

5.  Mitos: HIV/AIDS adalah penyakit kutukan Tuhan.
Fakta: Semua orang, baik bayi, remaja, orang dewasa, ibu rumah tangga, hingga manula bisa berisiko tertular HIV/AIDS bila tidak mengetahui bagaimana cara melindungi diri dari penyakit ini.

 

6.  Mitos: Pengobatan tradisional dapat menghilangkan HIV di dalam tubuh pengidap.
Fakta: Pengobatan atau terapi HIV/AIDS yang diakui secara ilmiah meliputi aspek medis klinis (pengobatan infeksi oportunistik dan pengobatan anti-retroviral/ARV), serta psikologis dan aspek sosial (dukungan). Hingga saat ini, ARV masih merupakan cara paling efektif yang dapat menurunkan angka kematian ODHA. Terapi ARV bekerja dengan menghentikan reproduksi HIV di dalam tubuh pengidap, sehingga kerusakan kekebalan tubuh dapat ditunda bertahun-tahun dan dalam rentang waktu yang cukup lama. (Sagar/DMO/Dok. M&B)