Bayi yang dilahirkan prematur umumnya memiliki sejumlah gangguan, termasuk gangguan pernapasan. Berdasarkan hasil studi terbaru, bayi prematur yang mengalami masalah pernapasan saat lahir akan tetap mengalaminya sampai ia dewasa kelak. Meski begitu, masalah ini hanya muncul pada situasi saat kadar oksigen berada pada tingkat di bawah normal, misalnya saat sedang bepergian ke dataran tinggi.
“Setiap individu yang kita amati tampak baik-baik saja dan tidak memiliki dampak yang berkepanjangan dari lahir prematur sampai ketika sistem pernapasan mereka mengalami stres. Mereka sangat kesulitan merespons tingkat oksigen yang rendah,” ucap Melissa Bates, asisten peneliti di Department of Pediatrics University of Wisconsin, Amerika Serikat, seperti dikutip dari Babycenter.
Mereka yang melakukan perjalanan ke dataran tinggi biasanya bernapas lebih sering untuk mengimbangi jumlah oksigen yang lebih rendah di udara. Tetapi, 2 dari 13 orang dewasa yang berpartisipasi dalam studi ini menjadi bernapas lebih lambat.
Bates menyebutkan, bayi-bayi yang lahir prematur dan mengalami gangguan pernapasan ini memiliki risiko sleep apnea yang tinggi. Selain itu, mereka pun akan mengalami gangguan pernapasan saat sadar dari anestesi setelah operasi.
Para ahli kemudian menambahkan, para dokter perlu waspada dengan pasien yang memiliki risiko gangguan pernapasan, terutama pada situasi saat kadar oksigen rendah. Setiap orang pun perlu memberi tahu dokter mereka kalau mereka lahir prematur.
Menurut Dr. Deborah Campbell, praktisi neonatologi di sebuah klinik anak di New York, Amerika Serikat, prematuritas itu terjadi seumur hidup. Studi ini menunjukkan bahwa efek residu tetap ada meski bayi prematur lahir tidak dalam kondisi yang terlalu buruk. "Mungkin mereka tidak memiliki masalah paru-paru yang menyebabkan berbagai macam penyakit saat mereka tumbuh, tetapi bisa saja terdapat kelainan residu pada tes fungsi paru-paru mereka,” jelas Deborah.
Saat bayi lahir prematur, pusat kontrol yang memerintahkan mereka bernapas di dalam otak mereka masih sangat muda. Jika mereka menghadapi kondisi kadar oksigen yang rendah di udara sekitar mereka, respons normal untuk menghadapi hal itu masih belum berkembang. (Sagar/DMO/Dok. M&B)