Dalam masa pertumbuhannya, Si Kecil tentu bisa melakukan kesalahan sehingga ia perlu diajarkan untuk tidak melakukannya lagi. Dan akan lebih baik jika orang tua memberikan nasihat dengan cara verbal atau melalui kata-kata yang mudah dimengerti anak-anak.
Tapi, tanpa sadar mungkin Moms dan Dads pernah menasihati Si Kecil dengan kata yang tergolong kasar, atau dianggap sebagai kekerasan verbal. Apa saja kalimat atau kata yang termasuk dalam kategori kekerasan verbal tersebut? Dan apa dampaknya pada anak jika terus mendapatkan perlakuan ini saat dewasa nanti?
Kata-kata Kekerasan Verbal
Walaupun tak meninggalkan luka fisik, kekerasan verbal yang orang tua ucapkan pada anak akan terasa menyakitkan dan dapat berdampak panjang. Hal-hal atau bentuk perilaku yang bisa disebut sebagai kekerasan verbal di antaranya adalah:
⢠Membentak
"Hei! Kamu enggak dengerin kata-kata Mama, ya? Dinasihatin malah ngeyel!"
⢠Mengancam
"Kalau kamu masih nakal, nanti ditangkap pak polisi, lho!"
⢠Menuduh
"Benar kamu tidak mengambil paksa mainan temanmu? Tadi temanmu berkata kamu langsung menarik mainannya." (Ucap orang tua meski tidak melihat langsung kejadian)
⢠Tidak mau mendengarkan
"Nanti dulu kalau mau cerita, nak. Mama lagi sibuk bekerja. Tunggu, ya."
⢠Body shaming
"Kenapa kamu rambutnya keriting sih, Nak? Mama aja rambutnya lurus begini..."
⢠Memberi label negatif
"Kamu susah banget nurut walaupun sudah diberi peringatan, ya!"
⢠Membandingkan dengan orang lain
"Kalau anak teman mama, dia sudah bisa berhitung. Kamu sampai sekarang hanya menyebut angka 1-50 saja susah ingatnya."
Perkataan dan sikap yang Moms lakukan seperti di atas akan membuat anak merasa takut dan terintimidasi. Jika sudah begini, tanpa disadari tumbuh kembang anak, terutama pada sisi emosi akan terhambat, hingga menimbulkan masalah pada kesehatan mentalnya.
Dampak Kekerasan Verbal
Ketika orang tua sering mengucapkan kata-kata kasar, efeknya dapat mengubah kepribadian, harga diri, hingga perilaku anak. Si Kecil bisa menganggap bahwa hal yang ia lakukan hanyalah kesalahan atau kegagalan selama ia bertumbuh dewasa. Hal ini pun menimbulkan dampak jangka panjang, seperti:
1. Anak berperilaku agresif.
2. Anak mengalami masalah atau gangguan mental (depresi, bipolar, skizofrenia).
3. Selalu merasa kurang dan tidak percaya diri.
4. Memiliki sifat abusif atau keras terhadap orang lain, terutama yang terdekat atau ia sayangi.
5. Menjadi anti-sosial atau merasa berat saat berinteraksi dengan lingkungan.
6. Tidak memiliki motivasi hidup.
7. Mengonsumsi minuman beralkohol hingga obat-obatan terlarang.
Berbagai kondisi tersebut tentunya tidak menjadi harapan Anda sebagai orang tua. Maka perlu disadari, bahwa kekerasan verbal pada anak, apa pun bentuknya, akan sangat memengaruhi tumbuh kembang Si Kecil, terutama dari sisi emosionalnya.
Dari penjelasan di atas pula, Moms dan Dads sebagai orang tua pun diharapkan dapat mengontrol emosi dengan baik saat menghadapi anak, terutama jika ia melakukan kesalahan. Jaga dan perbaiki cara komunikasi Anda dengannya, sehingga anak akan merasa diterima di tengah keluarga dan memiliki tumbuh kembang yang optimal. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)
- Tag:
- balita
- anak
- kekerasan verbal