Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Hamil Malah Benci pada Suami? Begini Penjelasan Pakar

Hamil Malah Benci pada Suami? Begini Penjelasan Pakar

Kehamilan yang dialami seorang wanita tidak hanya berdampak pada perubahan secara fisik, tapi juga pada kondisi emosionalnya. Anda mungkin kerap mendengar istilah mood swing, yaitu perubahan suasana hati naik turun yang biasa dialami ibu hamil.

Ya, saat hamil, sebagian wanita jadi lebih sensitif dengan perasaan mereka. Bahkan, tidak sedikit di antara mereka yang saat hamil jadi tidak senang atau benci pada suami. Moms mungkin pernah mendengar cerita kawan Anda yang ketika hamil berubah jadi membenci suaminya. Atau mungkin juga Anda sendiri pernah mengalami hal ini?

Perubahan hormon sebabkan bumil benci suami

Ternyata, hal unik ini ada penjelasannya lho, Moms. Dilansir dari Romper, Dr. Judith M. Thorne, dokter dan psikolog klinis di Charlotte, AS, dari laman Doctor on Demand, mengungkapkan bahwa kondisi ini sebenarnya wajar dan sangat mungkin terjadi. Pasalnya, saat hamil, terjadi perubahan drastis pada tubuh wanita karena pengaruh level hormon yang berfluktuasi.

Perubahan drastis hormon yang naik turun tersebut, menurut Dr. Thorne, memicu wanita jadi ekstra sensitif saat hamil. Belum lagi ditambah dengan gangguan kehamilan lainnya, seperti mual dan muntah, sakit punggung, sesak napas, semua itu bisa memicu bumil jadi lebih mudah tersinggung dan tak sabar, bahkan kesal dengan suami.

Perubahan hormon juga menyebabkan indra penciuman bumil jadi supersensitif. Sensitivitas indra penciuman terjadi karena hormon meningkatkan aliran darah, termasuk ke bagian penciuman. Nah, salah satu problem yang kerap dialami bumil adalah merasa tidak nyaman terhadap bau tubuh suami, meskipun suami Anda sudah mandi dan berganti baju sebelum mendekati Anda, tetap saja Anda merasa mual. Ini juga menjadi alasan wanita hamil tidak senang dengan suaminya.

Merasa frustrasi dan "cemburu" pada suami

Namun, selain hormon, Dr. Thorne juga mengungkapkan bahwa kebencian terhadap suami timbul karena bumil mengalami semacam perasaan frustrasi dan "cemburu" akibat melihat pasangannya bisa makan dan beraktivitas nyaman tanpa mengalami mual atau merasa sangat lelah, tidak seperti dirinya.

Ya, kebanyakan bumil mengakui bahwa kadang sulit untuk tidak merasa iri pada suami. Saat mereka sulit menikmati makanan dengan bau yang tajam, pasangan mereka justru dapat menikmatinya tanpa merasakan masalah apa pun. Mereka cemburu karena suami bisa terus menikmati kehidupan normalnya, sementara mereka sebaliknya, berjuang kesusahan dengan kehamilan yang mereka alami.

Belum lagi perubahan fisik yang muncul, membuat sebagian bumil mungkin jadi merasa insecure. Banyaknya perubahan yang terjadi, seperti perut dan payudara yang makin besar, kaki yang membengkak, atau munculnya jerawat di muka, semua itu membuat bumil merasa jadi kurang cantik dan khawatir rasa cinta suami jadi berkurang.

"Dengan semua masalah yang dialami, wajar jika bumil melampiaskan stresnya pada suami, orang yang paling dekat dengannya," jelas Nikki Goldstein, seksolog dan pakar hubungan asal Australia. Untuk itu, suami perlu sering memberikan dukungan dan pujian kepada istrinya yang tengah hamil dan meyakinkan bahwa sang istri tetap cantik dan ia selalu mencintainya.

Alasan lain mengapa wanita hamil membenci suaminya adalah karena suami dianggap menjadi penyebab kehamilan dan menyebabkan ia mengalami semua masalah dan gangguan yang dirasakan selama kehamilan. Namun, biasanya ini merupakan sentimen wanita yang mengalami kehamilan tidak direncanakan.

Baca juga: 10 Sifat dan Kebiasaan Suami yang Sering Bikin Istri Kesal

Jangan biarkan berlarut!

Jika Anda mengalami hal ini, jangan biarkan berlarut. Walaupun muncul perasaan jengkel, marah, dan bahkan membenci suami, bukan berarti ini jadi alasan buat Anda bertindak seenaknya dan menyakiti hati Dads ya, Moms. Jangan sampai kebencian tanpa sebab yang Anda rasakan tersebut mengakibatkan hubungan Anda dan suami jadi renggang.

Komunikasikan perasaan yang Anda alami ini dengan Dads, Moms. Jika perlu, Anda bisa konsultasikan dengan dokter kandungan atau psikolog. Mereka akan membantu mencarikan solusi terbaik untuk Anda. (M&B/SW/Foto: Freepik)