Moms, seberapa baik pemahaman Anda mengenai penyakit jantung? Ada banyak informasi yang beredar di masyarakat seputar penyakit satu ini. Meskipun begitu, kita belum tahu secara pasti, apakah informasi tersebut benar atau hanya sekadar asumsi, isu, maupun hoaks yang tidak sepatutnya kita percayai.
Memang, pengetahuan dan pemahaman yang baik sangat diperlukan agar kita bisa membedakan antara mitos dan fakta tentang penyakit jantung yang kerap kita dengar. Mengutip informasi dari RS Awal Bros dari laman Awalbros.com, berikut ini mitos dan fakta tentang penyakit jantung yang perlu Anda ketahui.
Mitos dan Fakta Tentang Penyakit Jantung
1. Usia saya terlalu muda untuk terkena penyakit jantung
Fakta: Penyakit jantung terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh darah jantung yang dikenal sebagai pembuluh arteri koroner. Pembuluh ini bisa mengalami penyempitan akibat adanya kerak atau plak lemak yang menempel pada dindingnya.Â
Wajib diketahui bahwa plak ini sudah terbentuk sejak usia dini (anak-anak atau remaja), dan di usia yang lebih tua, arteri koroner akan mengalami penyumbatan (istilah lain untuk penyempitan yang sudah parah). Saat ini, serangan jantung diketahui terjadi pada usia yang lebih muda. Tak jarang di umur 30-40 tahun, bahkan di usia 20-an tahun, terutama jika mengidap penyakit diabetes (penyakit gula) atau memiliki kebiasaan merokok.
2. Penyakit darah tinggi hanya terjadi pada orang yang bergejala sakit kepala. Jika saya tidak mengeluhkan apa-apa, berarti tekanan darah saya normal.
Fakta: Penyakit darah tinggi bisa membunuh secara 'diam-diam' karena seringkali pasien tidak menyadari bahwa tekanan darahnya tinggi. Tekanan darah yang normal adalah kurang dari 140/90 mmHg. Kita tak bisa tahu berapa tinggi tensi kalau tidak mengeceknya.
Jika menunggu gejala seperti sakit kepala, pusing, pingsan, atau stroke, artinya kita menunggu terjadinya komplikasi. Gejala tersebut adalah tanda bahwa tubuh sudah memberi sinyal bahaya. Lebih baik mengetahui tekanan darah dengan benar-benar mengukur memakai tensimeter secara berkala.
3. Saya tidak mengalami sakit dada, artinya saya tidak mengalami sakit jantung. Saya mengalami nyeri di ulu hati, apakah ini sakit jantung atau sakit asam lambung?
Fakta: Gejala utama dan paling sering dari serangan jantung adalah nyeri dada atau sesak di dada yang menembus ke punggung, kadang-kadang menjalar ke leher seperti tercekik atau nyeri rahang, atau ke lengan kiri. Namun pada kasus tertentu gejala klasik seperti itu tidak nyata.
Banyak pasien mengeluhkan tanda-tanda seperti sakit lambung/sakit maag, seperti nyeri ulu hati, mual dan muntah, pusing, ternyata terkena serangan jantung akut. Sebaliknya juga sama, tidak semua sakit dada merupakan serangan jantung. Nyeri pada bagian dada bisa terjadi karena naiknya asam lambung atau nyeri otot dan tulang. Memeriksakan diri ke dokter secara awal sangat dianjurkan agar penanganan yang cepat bisa dilakukan dan mencegah komplikasi lebih berat.
4. Walaupun menderita diabetes, saya tidak akan terkena penyakit jantung selama mengonsumsi obat-obat diabetes.
Fakta: Mengontrol kadar gula darah dengan obat-obatan akan menurunkan risiko atau menghambat terjadinya penyakit jantung. Namun, bahkan jika kadar gula sudah terkontrol, seluruh penderita diabetes memiliki risiko tinggi terkena penyakit jantung dan stroke.
Hal ini terjadi karena seluruh faktor yang menyebabkan penyakit gula, juga berpotensi menyebabkan penyakit penyempitan pembuluh darah arteri koroner, termasuk tekanan darah tinggi, kelebihan berat badan dan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, serta kebiasaan merokok.
5. Saya tidak perlu memeriksa kadar kolesterol sebelum usia 40-50 tahun.
Fakta: The American Heart Association merekomendasikan pengecekan kadar kolesterol per 5 tahun sejak usia 20 tahun, terutama jika ada faktor risiko penyakit jantung yang kuat secara genetik. Anak-anak dengan faktor risiko keluarga yang kuat memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit jantung di usia lebih lanjut.
Jika Anda mengetahui kadar kolesterol tinggi sejak awal, Anda bisa melakukan antisipasi dengan diet sehat rendah lemak, rendah gula, dan berolahraga secara rutin (30-40 menit per kali, dengan frekuensi 3-4 kali per minggu). (M&B/SW/Dok. Freepik)