Type Keyword(s) to Search
TODDLER

Moms, Ini Cara Tepat Berikan Obat Herbal pada Balita

Moms, Ini Cara Tepat Berikan Obat Herbal pada Balita

Semua orang tua tentu menginginkan anaknya dapat tumbuh sehat dan terhindar dari penyakit. Maka, wajar bila berbagai cara pengobatan diambil ketika Si Kecil sakit. Mulai dari pengobatan medis maupun yang alami. Tapi dalam beberapa kasus, memberikan pengobatan alami atau herbal tidak bisa diberikan secara asal, karena dapat mengakibatkan efek samping. Simak penjelasan lebih lanjutnya berikut ini, Moms.

Pentingnya Dosis

Sama seperti pengobatan medis, obat herbal perlu diberikan dengan dosis tertentu, karena jika berlebihan dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya. Terlebih lagi daya tahan serta fungsi organ tubuh balita masih dalam tahap penyempurnaan, sehingga Si Kecil juga rentan terhadap ancaman penyakit.

Bila Moms membeli obat herbal yang ada di pasaran, maka Anda perlu melihat label produk tersebut. Obat herbal yang berlabel JAMU, OBAT HERBAL TERSTANDAR, atau FITOFARMAKA biasanya sudah terdaftar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sehingga terjamin aman untuk digunakan. Selain itu, obat herbal yang resmi ini umumnya mencantumkan dosis yang bisa diberikan pada anak-anak, sehingga tak perlu repot mengira-ngira dosis untuk Si Kecil.

Namun, jika Moms meramu sendiri, maka Anda perlu berhati-hati. Dilansir dari NOVA, Kepala Direktorat Pengawasan Obat Tradisional Kementerian Kesehatan Drs. Ketut Ristiasa, Apt. menjelaskan bahwa anak di bawah usia 12 tahun membutuhkan setengah dosis orang dewasa, sedangkan untuk anak balita sebaiknya seperempat dosis orang dewasa. Selain itu, Moms juga bisa andalkan intuisi Anda sebagai seorang ibu. Jika dirasa satu siung bawang merah dapat memberikan rasa panas berlebihan pada Si Kecil, maka Moms bisa menakarnya kembali.

Contoh Manfaat dan Dosis

Merujuk beberapa sumber, M&B sudah merangkum manfaat, dosis, serta efek samping dari beberapa bahan alami yang biasa digunakan untuk mengobati penyakit tertentu pada anak, antara lain:

• Jahe: digunakan untuk mengobati mual, merangsang kelancaran peredaran darah, dan mengatasi inflamasi. Dosis mulai dari 2 gram hingga 4 gram, atau 1,5 ml hingga 3 ml setiap harinya. Efek samping yang bisa ditimbulkan adalah heartburn, platelet aggregation yang berkurang, dan dermatitis kontak.

• Chamomile: digunakan sebagai penenang, antikejang, antiinflamasi, dan agen penyembuh luka. Biasanya, dosis yang aman digunakan adalah 2 hingga 3 sendok makan bunga chamomile segar atau kering yang direbus dalam air, diminum 3 kali sehari.

• Peppermint: digunakan untuk mengatasi irritable bowel syndrome (gangguan kesehatan usus besar), kolik, mual, hidung tersumbat, menangani batuk, serta pusing. Dosis yang disarankan adalah 1 hingga 2 kapsul 0,2 ml minyak peppermint yang dikonsumsi 2 hingga 3 kali sehari. Efek samping yang dapat ditimbulkan adalah infantile apnea ketika digunakan di bawah hidung, heartburn, dan inflamasi ringan pada anus.

• Gingko: digunakan untuk perbaikan konsentrasi, linglung, depresi, gelisah, pusing, dan sebagainya. Dosis untuk anak adalah 40 mg yang bisa dikonsumsi hingga 3 kali sehari. Efek samping yang bisa ditimbulkan antara lain iritasi usus, pusing, perdarahan, atau dermatitis kontak.

• Akar licorice: digunakan untuk membantu mengatasi masalah paru-paru dan mempercepat penyembuhan penyakit perut. Dosis aman untuk anak adalah tidak melebihi 4 atau 5 gram per hari. Efek samping yang bisa disebabkan adalah pusing, rasa lelah berlebih, retensi air dan garam, kekurangan potasium, tekanan darah tinggi, hingga gagal jantung. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)