Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Menghadapi Mertua yang Suka Ikut Campur Urusan Rumah Tangga

Menghadapi Mertua yang Suka Ikut Campur Urusan Rumah Tangga

Layaknya Anda mencintai Si Kecil, orang tua Anda tentu masih sangat mengasihi Anda, begitu pun dengan pasangan Anda. Saking sayangnya, mungkin sebagian orang tua tetap ingin terlibat dalam kehidupan anaknya walaupun sudah berumah tangga.

Tapi bila orang tua Anda atau pasangan terlalu terlibat dalam kehidupan rumah tangga Anda, tentu ini dapat merepotkan bahkan tak jarang memicu masalah baru. Saran orang tua atau mertua memang dapat membantu kehidupan Anda dan pasangan, namun di sisi lain juga dapat menjadi perdebatan sengit, terlebih lagi bila sudah menyangkut Si Kecil.

Bila sudah begini, tidak sedikit pasangan yang bingung harus berbuat apa. Apakah Anda juga mengalami hal ini, Moms? Tenang, M&B sudah merangkum beberapa trik untuk menghadapinya.

Pahami Latar Belakangnya

Bila tak ada salah satu pihak yang mampu menggoyahkan pengaruh masing-masing orang tua, maka bisa jadi hal ini disebabkan oleh pengalaman masa kecil. Coba tilik bersama pengalaman masa kecil Anda dan pasangan.

Apakah hubungan pasangan Anda dan orang tuanya termasuk autoritatif? Apakah secara tradisi Anda perlu dan terbiasa tunduk pada orang tua? Dari sini Anda dan pasangan dapat lebih memahami dan menentukan sikap selanjutnya.

Komunikasikan dengan Pasangan

Anda tidak nyaman dengan sikap mertua, tapi di saat yang bersamaan Anda merasa tidak enak dengan pasangan Anda. Ia juga mungkin tak sadar bahwa orang tuanya terlalu ikut campur atau merasa tidak ada masalah dengan hal tersebut. Tapi bila Anda tak segera mengomunikasikan ketidaknyamanan yang Anda rasakan, maka hal ini dapat menjadi bom waktu.

Cari waktu yang tenang, gunakan bahasa yang tidak provokatif, serta jangan libatkan Si Kecil dalam diskusi ini. Selain itu, upayakan untuk menemukan solusi dari pada sekadar 'mengeluh'.

Buat Kesepakatan Bersama Pasangan

Ingatlah, bahwa sebagai sebuah pasangan, Moms dan Dads perlu sepikiran dan sepahaman tentang banyak hal, terutama tentang kapasitas orang tua maupun faktor luar terhadap keluarga Anda. Jangan sampai Moms menentang keras saat mertua menghukum Si Kecil dengan memukul pantatnya, sedangkan Dads tampak santai menghadapinya.

Sepakati sikap dan kompaklah saat mertua memprotes cara Anda dan pasangan memberikan makan Si Kecil, atau saat orang tua memarahi Dads karena dinilai sebagai pemalas. Dengan begini, mertua dapat lebih memahami kapasitasnya.

Berikan Batasan

Mungkin Moms merasa segan untuk membuat batasan antara keluarga kecil Anda dengan mertua. Padahal hal ini wajib dilakukan. Buat batasan dan aturan yang jelas tentang apa yang mertua (dan orang tua Anda) bisa lakukan dan campuri. Kemudian, komunikasikan batasan dan aturan yang sudah disepakati bersama pasangan kepada mertua.

Katakan bahwa Anda mencintai mereka, tapi mereka tetap perlu memberi tahu Anda tentang kedatangan mereka, atau saat mereka ingin memberikan snack untuk Si Kecil.

Kurangi Waktu Bersama

Terkadang, mertua dapat menjadi sangat keras kepala dan merasa tetap perlu memberikan nasihat maupun merawat Si Kecil dengan caranya sendiri. Bila begini, Moms dan Dads tak perlu bertengkar hebat dengan mertua, melainkan cukup batasi waktu perjumpaan.

Kurangi durasi dan intensitas mertua mengunjungi Anda bila mereka tak mau menghargai dan menerapkan peraturan Anda dan pasangan. Sebabnya, Moms dan Dads adalah orang tua Si Kecil sehingga peraturan dan kontrol merawat anak ada di tangan Anda dan pasangan.

Percaya pada Diri Sendiri dan Pasangan

Jangan sampai memihak mertua atau orang tua Anda dan melawan pasangan Anda, atau menelan bulat-bulat kritik dari mertua atau orang tua, karena Moms dan Dads perlu menjalani kehidupan sesuai dengan apa yang Anda harapkan dan inginkan.

Bila Anda ingin mengubah sesuatu di dalam hubungan pernikahan Anda, maka selesaikan masalah ini secara mandiri. Bila mertua terus campur tangan, katakan dengan tegas bahwa Anda berharap mereka untuk lebih memahami cara Anda. Pertahankan rasa percaya kepada diri sendiri dan pasangan, karena bila goyah maka hubungan pernikahan Anda dapat dengan mudah dikontrol oleh orang luar. (Gabriela Agmassini/SW/Dok. Freepik)