Type Keyword(s) to Search
TODDLER

Waspada Infeksi Saluran Kemih pada Bayi dan Batita

Waspada Infeksi Saluran Kemih pada Bayi dan Batita

Infeksi saluran kemih atau yang biasa disingkat menjadi ISK ternyata tidak hanya terjadi pada orang dewasa. Bayi dan batita pun dapat mengalami ISK lho, Moms. Bahkan bayi dan anak-anak dapat mengalami ISK tanpa gejala yang jelas, sehingga kita terlambat mendiagnosis dan mengobatinya.

Nah, agar Moms bisa mengetahui ISK dengan lebih baik sehingga bisa mengatasi dan mencegahnya sejak dini, dr. Cahyani Gita Ambarsari, SpA(K), Dokter Spesialis Anak di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, RS Pondok Indah Bintaro Jaya, dan ZAP Clinic Wolter Monginsidi, serta dr. Angela Grace, menjelaskan mengenai ISK di artikel berikut ini. Simak ya, Moms!

Definisi ISK

*Dimodifikasi dari https://www.infokid.org.uk/about-urinary-system-and-kidneys

Saluran kemih pada manusia meliputi beberapa organ seperti pada gambar di atas. Oleh karena itu, ISK berarti adanya infeksi yang terjadi pada saluran kemih, baik di uretra, kandung kemih, ureter, maupun ginjal. ISK dapat dibedakan menjadi ISK atas dan ISK bawah. ISK bawah meliputi infeksi yang terjadi di uretra dan kandung kemih, sedangkan ISK atas mencakup infeksi yang terjadi di ureter dan ginjal.

Penyebab ISK

ISK tidak hanya terjadi pada orang dewasa, melainkan bayi, anak, dan remaja juga dapat terkena ISK. 8% anak perempuan dan 2% anak laki-laki pernah mengalami ISK setidaknya satu kali hingga mereka mencapai usia 7 tahun lho, Moms. ISK pada bayi dan batita (anak di bawah usia tiga tahun), umumnya terjadi karena kuman dari kulit atau feses masuk ke saluran kemih.

Sekitar 50-90% kasus ISK di semua kelompok umur disebabkan oleh bakteri Escherichia coli, yaitu bakteri yang umumnya ditemukan di usus. Hal ini mengindikasikan adanya perpindahan bakteri dari usus ke saluran kemih melalui kontak dari alat kelamin dengan feses.

Faktor Risiko ISK

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko ISK. Faktor-faktor inilah yang perlu kita hindari untuk mencegah terjadinya ISK pada bayi dan anak-anak. Beberapa faktor tersebut adalah:

• Dalam satu tahun pertama kehidupan, ISK lebih berisiko terjadi pada bayi laki-laki, terutama yang tidak disunat.

• Setelah usia 1 tahun, ISK lebih banyak terjadi pada anak perempuan. Hal ini dikarenakan saluran kemih bagian bawah perempuan lebih pendek daripada laki-laki, sehingga bakteri lebih mudah mencapai kandung kemih.

• Kelainan saluran kemih bawaan, misalnya vesicoureteral reflux (VUR), yaitu aliran balik urine dari kandung kemih menuju ginjal. Ada pula kelainan fungsi saluran kemih berupa neurogenic bladder yang terjadi akibat kerusakan pada saraf yang berperan mengatur proses berkemih.

• Bayi yang lahir prematur karena ibu mengalami ketuban pecah dini.

• Sembelit atau kesulitan buang air besar.

• Tidak langsung mengganti popok, baik popok kain maupun popok sekali pakai saat anak buang air kecil atau buang air besar.

• Membersihkan alat kelamin dari belakang ke depan.

• Sering menahan berkemih pada anak yang sudah toilet training.

Gejala ISK

Gejala ISK yang terjadi pada anak dan remaja tentu memiliki perbedaan dengan pada bayi dan batita, karena bayi dan batita masih belum dapat mendeskripsikan apa yang mereka rasakan dengan jelas. Bagaimana Moms dapat mengetahui jika bayi dan anak Moms mengalami ISK? Gejala ISK pada bayi dan batita umumnya adalah:

• Menangis ketika berkemih

• Buang air kecil sedikit-sedikit dengan frekuensi sering

• Berkemih tidak tuntas (masih ada urine yang menetes setelah selesai berkemih)

• Urine berbau menyengat

• Rewel

• Tidak mau makan

• Muntah

• Diare

• Berat badan sulit naik

• Demam

Cara Menangani ISK

ISK harus segera ditangani, Moms, karena ISK yang tidak segera diobati bisa menyebabkan kerusakan yang menetap pada ginjal. Langkah pertama yang bisa Moms lakukan ketika anak menunjukkan gejala ISK adalah langsung ke dokter spesialis anak atau dokter subspesialis ginjal anak.

Pemeriksaan yang akan dilakukan adalah urinalisis, yaitu memeriksa sampel urine yang diambil dengan bantuan plastik pengumpul urine, yang disebut sebagai urine collector. Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan adalah biakan/kultur urine untuk mengetahui jenis kuman penyebab ISK secara spesifik.

Jika urinalisis menunjukkan ISK, dokter akan memberikan antibiotik untuk diminum antara 7 sampai 10 hari. Pastikan Moms memberikan antibiotik ini sampai habis sesuai instruksi dokter, ya. Selama pengobatan, kebersihan dan kesehatan area kelamin anak juga harus dijaga.

Cara Ampuh Mencegah ISK

Pada dasarnya, mencegah penyakit lebih baik daripada mengobati. ISK pada anak dapat dicegah dengan menerapkan beberapa hal berikut:

• Ganti popok anak setiap kali ia buang air kecil atau buang air besar. Hal ini penting untuk menjaga agar area kelamin anak tidak lembap serta mencegah perpindahan bakteri dari usus atau tinja ke saluran kemih. 

• Ganti popok anak secara teratur, umumnya setiap 2-3 jam pada bayi atau 4-6 jam pada batita, untuk mencegah diaper rash atau ruam popok.

• Hindari sering mandi berendam dengan busa atau dengan sabun wangi, karena dapat menyebabkan iritasi pada alat kelamin.

• Bersihkan area kelamin searah, jangan dilap bolak-balik, dari depan ke belakang dengan menggunakan air mengalir. Setelah itu, keringkan dengan menggunakan handuk bersih sampai benar-benar kering. Area kelamin tidak perlu diberi bedak atau minyak.

• Pastikan Moms memberikan Si Kecil minum dalam jumlah yang cukup. Minum yang dimaksud dapat berupa ASI (terutama pada bayi 0-6 bulan), air putih, atau jus buah tanpa gula.

Semoga artikel ini bermanfaat ya, Moms.

Referensi:

1. Desai DJ, Gilbert B, McBride CA. Paediatric urinary tract infections: Diagnosis and treatment. Australian family physician. 2016 Aug;45(8):558.

2. Leung AK, Wong AH, Leung AA, Hon KL. Urinary tract infection in children. Recent Patents on inflammation & allergy drug discovery. 2019 May 1;13(1):2-18.

3. Gondim R, Azevedo R, Braga AA, Veiga ML, Barroso Jr U. Risk factors for urinary tract infection in children with urinary urgency. International braz j urol. 2018 Apr;44(2):378-83.

4. Arshad M, Seed PC. Urinary tract infections in the infant. Clinics in perinatology. 2015 Mar 1;42(1):17-28.

5. Kavitha J, Aravind MA, Jayachandran G, Priya S. Risk factors for urinary tract infection in pediatric patients. Int J Contemp Pediatr. 2017;5(1):184-9.

6. Shaikh N, Hoberman A. Urinary tract infections in children: Epidemiology and risk factors. UpToDate [Internet]. Published 2019 Jul 8. Accessed 2020 Aug 14.


(Penulis: dr. Cahyani Gita Ambarsari, SpA(K) & dr. Angela Grace/TW/SW/Dok. Freepik, Infokid.org.uk)