Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Racun Siput Redakan Nyeri

Racun Siput Redakan Nyeri

Meningkatnya penyalahgunaan obat hampir di seluruh dunia membuat pemerintah mulai mengontrol aturan ekspor dan impor obat-obatan yang beredar di tengah masyarakat, begitu juga dengan obat untuk keperluan medis. Berdasarkan laporan International Narcotics Control Board (INCB) PBB (2013), beberapa zat, seperti opium dan morfin dibatasi penggunaannya di beberapa negara saat ini.

 

Oleh karena itu, para ilmuwan kemudian mulai melakukan terobosan-terobosan baru dalam dunia medis, yaitu dengan mengembangkan obat penghilang rasa sakit yang terbuat dari racun siput. Zat yang terdapat di dalam protein racun siput dinilai jauh lebih efektif menghilangkan rasa sakit dibandingkan morfin. Penemuan ini diharapkan akan menjadi awal pengembangan obat untuk mengobati nyeri saraf yang sudah parah dan kronis.

 

Profesor David Craik dari Universitas Queensland Australia mendeskripsikan, saat ini, sedang dikembangkan 5 percobaan obat penghilang rasa sakit. “Ini bisa menjadi cetak biru dalam perkembangan kelas obat untuk sakit kronis yang sampai saat ini masih sulit untuk diatasi,” ungkapnya.

 

Siput Cone merupakan jenis siput yang sering ditemukan di daerah laut tropis yang hangat. Mereka biasanya menggunakan racunnya untuk melumpuhkan mangsa. Cairan racun yang berisi ratusan protein kecil siput ini dikenal dengan nama conotoxin, yang memiliki efek pereda nyeri untuk manusia.

 

Tidak seperti obat-obat berprotein saat ini yang harus diinjeksi ke tulang belakang pasien, para peneliti sedang bekerja untuk mengembangkan obat dari conotoxin ini menjadi obat yang bisa diminum. Hasilnya tampak menjanjikan, sebab saat obat diberikan kepada tikus dapat meredakan rasa sakit secara signifikan.

 

“Belum diketahui efek sampingnya pada manusia, tetapi kami berpikir, ini aman dikonsumsi,” ungkap Prof. Craik. Ia pun berencana akan mempresentasikan penemuan ini dalam acara konferensi American Chemical Society. “Mekanisme obat ini sangat berbeda dengan morfin, sehingga kami berpikir obat ini akan menghasilkan sedikit efek samping dalam medis. Ini merupakan suatu peluang yang besar,” tutupnya, seperti dikutip dari Dailymail UK. (Sagar/DMO/Dok.  M&B)