Sebelum bayi berusia 6 bulan, ia belum memiliki 'perangai buruk'. Biasanya, ia hanya akan menangis, karena merasa lapar, ingin digendong, merasa lelah atau kesakitan, dan masalah lainnya. Namun seiring pertumbuhannya, umumnya di usia 6 bulan, Anda bisa melihat emosi-emosi baru muncul dari Sang Bayi, termasuk rasa frustasi.
Berita baiknya, bayi belum memiliki tantrum dan rasa frustasinya ini bisa dihindari. Salah satu caranya, dengan melakukan rutinitas yang konsisten, sehingga bayi Anda tahu apa yang akan dilakukannya setiap hari. “Bila Anda melakukan rutinitas yang konsisten akan mengurangi kemarahannya, misalnya jangan mengganggu pola tidur dan makannya supaya bayi tidak rewel,” ungkap Tanya Remer Altmann, pakar anak yang juga juga editor buku The Wonder Years: Helping Your Baby and Young Child Successfully Negotiate the Major Developmental Milestones.
Dilansir dari Babycenter, rasa frustasi pada bayi muncul saat ia sudah mulai bisa duduk atau merangkak. Altmann menjelaskan, “Bayi mungkin ingin mengambil mainannya yang berada di ujung ruangan dan menjadi frustasi ketika ia tidak bisa ke sana. Jadi, wajar saja bila bayi mulai berteriak dan menangis, karena ia ingin melakukan sesuatu di luar kemampuannya. Beberapa orangtua mungkin menyebut kemarahan ini sebagai tantrum, tetapi sebenarnya ini hanya bentuk bayi menunjukkan rasa frustasinya.” Bila Anda sudah mulai memperhatikan kapan dan mengapa ia marah serta berusaha menghindarinya, ini akan menjadi latihan yang baik untuk menghadapi tantrumnya kelak. (Sagar/DMO/Dok. M&B)