Hamil dan melahirkan merupakan momen istimewa bagi seorang ibu. Namun ada kalanya proses kehamilan tidak berjalan sesuai dengan rencana sehingga Si Kecil yang berada dalam rahim ibu perlu dikeluarkan melalui operasi caesar.
Berdasarkan definisi, operasi caesar atau caesarean section merupakan proses melahirkan janin melalui insisi pada dinding anterior abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi). Ada banyak alasan yang membuat ibu memiliki risiko caesar, antara lain:
⢠Persalinan tidak maju
⢠Bayi mengalami distress
⢠Posisi/presentasi yang tidak sesuai
⢠Persalinan kembar/triplet
⢠Kelainan letak plasenta
⢠Prolaps tali pusat
⢠Masalah kesehatan
⢠Hambatan jalan lahir
⢠Adanya riwayat operasi caesar pada persalinan sebelumnya.
Tentu saja, Moms tidak perlu berkecil hati. Melahirkan dengan operasi caesar tidak akan mengurangi 'nilai' Anda sebagai seorang ibu. Pada dasarnya, tindakan operasi dilakukan guna menyelamatkan ibu dan bayinya.
Caesar Dapat Pengaruhi Sistem Imunitas Anak
Namun persalinan dengan metode caesar dapat memengaruhi sistem imunitas anak. Pasalnya, jalur lahir dapat memengaruhi kolonisasi bakteri dan mikrobiota saluran cerna yang penting bagi perkembangan imunitas anak.
Perlu diketahui, di dalam saluran tubuh manusia terdapat mikrobiota yang dihuni oleh mikroba baik dan jahat. Mikroba baik, yaitu Bifidobacterium species, Escherichia coli, Faecalibacterium prausnitzii, dan Lactobacillus species, bermanfaat untuk menjaga kesehatan sistem cerna dan imunitas tubuh. Seorang anak akan berisiko mengalami gangguan kesehatan apabila mikroba jahat seperti Enterococcus faecalis, Methanobrevibacter smithii, Clostridium difficile, dan Campylobacter, mendominasi sistem pencernaannya.
Jumlah mikrobiota dalam tubuh bayi ditentukan melalui proses kelahirannya. Bayi yang lahir melalui proses per vaginam akan lebih banyak menyerap mikrobiota baik melalui jalan lahir, yaitu vagina ibu.
"Metode persalinan dapat menentukan jenis mikrobiota yang nantinya akan menghuni usus bayi. Bayi yang lahir melalui proses per vaginam akan dikolonisasi oleh bakteri vagina dan feses ibu, termasuk Lactobacillus dan Bifidobacterium," jelas Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi sekaligus Konsultan Fetomaternal, DR. dr. Ali Sungkar, SpOG(K), dalam seminar digital bertajuk "Optimalkan Imunitas Anak Kelahiran Caesar dengan Mikrobiota Sehat" yang diselenggarakan Nutriclub pekan lalu.
"Sedangkan bayi yang lahir melalui proses caesar, proses kolonisasi mikrobiotanya terpengaruh faktor eksternal sehingga berpotensi terjadi ketidakseimbangan mikrobiota dalam usus. Kolonisasi mikrobiota usus merupakan hal yang krusial dalam menjaga kesehatan bayi. Paparan pertama dengan komunitas mikrobiota maternal seperti vagina, feses ASI, mulut, dan kulit akan menentukan kematangan usus, perkembangan metabolik dan imunologi, serta konsekuensi status kesehatan jangka pendek dan panjang," lanjutnya.
Penentuan Sistem Kekebalan Tubuh
Pengaruh proses persalinan terhadap jumlah mikrobiota dalam saluran pencernaan bayi juga ditegaskan oleh Dokter Spesialis Anak serta Konsultan Gastro Hepatologi, Prof. Dr. Moh. Juffrie, SpA(K), PhD. Menurutnya, kelahiran merupakan titik yang menentukan sistem kekebalan tubuh anak pada masa depan.
"Mikrobiota saluran cerna mengandung jutaan mikroba yang dianggap penting untuk mengembangkan sistem imunitas tubuh. Sementara itu, pada persalinan caesar terjadi ketidakseimbangan mikrobiota dalam sistem gastrointestinal yang memicu risiko terjadinya gangguan imunitas, termasuk munculnya alergi," ungkap Profesor Moh. Juffrie.
Dalam sebuah penelitian, diketahui bahwa bayi yang lahir melalui operasi caesar memerlukan waktu sekitar enam bulan untuk bisa mencapai kondisi mikrobiota usus yang serupa dengan bayi yang terlahir melalui persalinan normal. Inilah alasan mengapa anak yang lahir melalui operasi lebih rentan mengalami berbagai gangguan imunitas.
Mengetahui risiko yang akan dialami bayi yang terlahir melalui operasi caesar, Celebrity Mama, Cynthia Lamusu, pun lebih memutuskan untuk meningkatkan intensitas cek ke dokter saat mengandung Tatjana dan Bima. Pasalnya, kelahiran bayi kembarnya tersebut termasuk kelahiran berisiko karena menggunakan metode bayi tabung (IVF) di usia ibu yang sudah menginjak 37 tahun.
"Kami meningkatkan intensitas cek ke dokter agar kesehatan ibu dan anak terus terpantau. Selain itu, kami juga mempelajari berbagai hal tentang persalinan caesar, termasuk risiko imunitas yang lemah dan potensi alergi yang tinggi pada anak," ungkap Cynthia.
Meminimalisasi Risiko
Namun Moms tak perlu khawatir. Ada cara untuk meminimalisasi risiko Si Kecil yang terlahir melalui operasi caesar, untuk mengalami gangguan kesehatan. Penasaran?
Cara yang dimaksud adalah dengan pemberian air susu ibu alias ASI. Moms tentunya sudah mengetahui betapa luar biasa kandungan nutrisi yang ada di dalam ASI. Faktnya, ASI merupakan nutrisi anak terbaik. Selain itu, ASI juga mudah diserap oleh saluran pencernaan bayi yang belum sempurna.
Namun bukan itu saja keistimewaan ASI. Air susu ibu juga mengandung lebih dari 200 spesies mikroorganisme yang dikenal sebagai probiotik dan human milk oligosaccharides atau prebiotik. Nah kombinasi probiotik dan prebiotik ini akan bekerja sinergis dan memberikan efek yang dikenal dengan sinbiotik. Proses inilah yang dapat membantu mempercepat kolonisasi bakteri baik dan meningkatkan jumlah bakteri baik, seperti Bifidobacterium, pada bayi lahir melalui operasi caesar.
"Pemberian ASI eksklusif dapat membantu meningkatkan sistem imunitas selama dua tahun pertama kehidupan anak, serta menurunkan risiko ia mengidap penyakit alergi," tegas Profesor Moh. Juffrie.
So Moms, pastikan Si Kecil mendapatkan ASI ekslusif, terutama pada enam bulan pertama kehidupannya. Selain agar mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan, ASI bagi anak yang terlahir melalui operasi caesar juga akan meminimalisasi risiko gangguan imunitas tubuh.
Jika ingin mengetahui lebih banyak nutrisi, masalah kesehatan dan tumbuh kembang anak, Moms bisa mengunjungi https://www.nutriclub.co.id/ atau akun Instagram @nutriclub_id. Banyak ilmu yang bisa didapat, khususnya bagi Moms yang tengah merencanakan dan menjalani proses kehamilan. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik, Nutricia)