Type Keyword(s) to Search
TODDLER

ARFID, Gangguan Makan pada Anak yang Ganggu Kesehatan

ARFID, Gangguan Makan pada Anak yang Ganggu Kesehatan

Rasanya sudah lazim ya, melihat anak-anak, khususnya balita, yang sangat memilih ketika waktu makan tiba. Bahkan, hal yang bisa dibilang kurang baik ini tak jarang malah menjadi kebiasaan hingga mereka dewasa.

Moms mungkin kerap mendengar istilah picky eater ketika menghadapi Si Kecil pemilih makan ini. Namun bila Si Kecil menunjukkan kebiasaan memilih makanan yang lebih parah, misalnya hanya ingin memakan makanan dengan rasa atau tekstur tertentu saja, ini bisa disebut Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder atau ARFID. Sedihnya, bila Si Kecil mengalami gangguan makan ini, pertumbuhannya pun bisa terhenti dan memerlukan perhatian medis.

Baca juga: Gangguan Makan pada Anak, Ini Bedanya Picky Eater dan ARFID

Apa Itu ARFID?

ARFID merupakan gangguan makan di mana seseorang hanya ingin mengonsumsi makanan tertentu dan menghindari makanan yang lain. Si Kecil yang mengalami ARFID akan memilih makanan yang dilihat dari penampilan atau bentuk, aroma, rasa, tekstur, hingga warna makanan tersebut. ARFID bisa menyebabkan Si Kecil kekurangan nutrisi dan energi yang signifikan, sehingga bisa menyebabkan anak gagal untuk menambah berat badan.

Siapa yang Berpotensi Mengalami ARFID?

ARFID paling sering terjadi pada bayi dan anak-anak, dengan beberapa kasus yang bertahan hingga dewasa. Melansir laman Waldeneatingdisorders.com, sebuah studi menunjukkan bahwa kasus ARFID dapat memengaruhi hingga 5% anak-anak, dan anak laki-laki memiliki risiko lebih besar mengalami ARFID.

Sementara laman Medicalnewstoday.com menyebutkan bahwa anak-anak autis dan anak-anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), dan disabilitas intelektual juga lebih mungkin mengalami ARFID.

Apa yang Menyebabkan Anak Mengalami ARFID?

Umumnya ARFID terjadi dikarenakan trauma yang dialami anak-anak saat makan. Si Kecil memiliki ketakutan atau kekhawatiran bahwa makanan yang ia makan akan membunuhnya. Hal ini pulalah yang tak jarang membuat mereka tersedak ketika makan.

Bagi bayi yang terlahir prematur, trauma ini mungkin bisa didapat ketika Si Kecil menerima makanan dari tabung yang masuk dan keluar dari mulut mereka ketika berada di NICU. Ini merupakan kondisi sensorik, di mana Si Kecil merasa takut dan menganggap makanan yang ia makan tidak aman saat masuk mulut mereka.

Apa Tanda-tanda Anak Mengalami ARFID?

Tanda-tanda yang umum ketika Si Kecil mengalami ARFID di antaranya:

* Memilih makanan secara ekstrem

* Menghindari makanan tertentu

* Sering muntah atau tersedak setelah makan makanan tertentu

* Kesulitan mengunyah makanan

* Kurang nafsu makan

* Kesulitan mencerna jenis makanan tertentu

* Konsumsi porsi makanan sangat kecil

* Tampak kurus, kurang gizi, dan mengalami malnutrisi

* Tidak menunjukkan tumbuh kembang yang siginifikan

* Ketergantungan pada tabung makanan eksternal atau suplemen gizi

Apa Dampak dari ARFID?

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, ARFID bisa berdampak pada tumbuh kembang Si Kecil. Selain itu, Si Kecil juga berisiko mengalami defisiensi nutrisi. Ada banyak organ tubuh yang bisa terhambat perkembangannya, seperti otak, tulang dan otot, kulit dan rambut, darah, bahkan hingga hormonnya. Dikhawatirkan pula nantinya Si Kecil juga mengalami gangguan kecemasan.

Bagaimana Menangani ARFID?

Si Kecil yang mengalami ARFID bisa ditangani dengan melakukan berbagai perawatan. Sejumlah profesional dalam bidang kesehatan seperti terapis okupasi, dokter tumbuh kembang anak, ahli gastroenterologi, psikolog, psikiater, dan dokter kesehatan remaja akan berperan dalam perawatan. 

Biasanya, fokus perawatan akan tergantung pada faktor-faktor apa yang menyebabkan gangguan makan pada Si Kecil. Sebagai contoh, seseorang dengan ARFID yang memiliki rasa takut tersedak dan muntah, dapat mengambil manfaat dari manajemen strategi perilaku yang akan diterapkan pada anak untuk membantu mengatasi ketakutannya tersebut.

Dengan melakukan perawatan yang tepat, seorang anak yang mengalami ARFID dapat belajar untuk menerima makanan yang berbeda tanpa rasa takut dan mulai menambah berat badan serta memperbaiki pertumbuhannya lagi. (Vonda Nabilla/ND/SW/Dok. Freepik)