Hernia bisa dialami siapa saja, termasuk oleh ibu hamil. Hernia pada wanita yang tengah mengandung perlu mendapatkan penanganan khusus karena berisiko menimbulkan komplikasi.
Hernia atau yang biasa disebut turun berok, adalah kondisi yang terjadi ketika organ dalam tubuh menekan dan mencuat melalui jaringan otot atau jaringan ikat di sekitarnya yang lemah. Jaringan ikat tubuh seharusnya cukup kuat untuk menahan organ tubuh di dalamnya agar tetap berada di posisi masing-masing. Tapi ada beberapa faktor yang menyebabkan jaringan ikat melemah sehingga tidak mampu menahan organ di dalamnya, salah satunya adalah kondisi ibu tengah hamil.
Ibu Hamil Rentan Terkena Hernia
Nah, ibu hamil memiliki risiko cukup besar untuk mengalami hernia. Pasalnya, kehamilan akan memberikan tekanan pada rongga perut dan menyebabkan dinding perut tegang seiring bertambah besarnya ukuran janin dan rahim. Risiko hernia akan meningkat apabila ibu hamil mengalami kondisi sebagai berikut:
⢠Hamil saat ibu berusia di atas 30 tahun.
⢠Mengalami berat badan berlebih.
⢠Ibu mengandung bayi kembar.
⢠Ibu memiliki riwayat operasi hernia.
⢠Ibu sering mengangkat benda berat.
⢠Ibu mengalami batuk kronis.
⢠Ibu mengalami kesulitan buang air besar (BAB) sehingga sering mengejan.
Baca juga: 5 Kebiasaan yang Bisa Picu Hernia pada Ibu Hamil
Gejala Hernia
Gejala umum adanya hernia biasanya muncul benjolan di bawah perut atau pangkal paha. Namun apabila kondisinya cukup parah, hernia juga menimbulkan rasa nyeri saat ibu hamil berjalan, membungkuk, bersin atau batuk, mengangkat benda berat, atau tertawa terbahak-bahak.
Ibu hamil sangat disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter apabila hernia semakin mengganggu atau mengalami gejala seperti di bawah ini:
⢠Mual
⢠Muntah
⢠Nyeri mendadak yang bertambah parah
⢠Benjolan hernia berubah warna menjadi merah, ungu, atau kehitaman
⢠Tidak bisa buang air besar (BAB).
Mengatasi Hernia pada Ibu Hamil
Operasi merupakan metode penanganan utama untuk mengatasi hernia. Jika hernia berukuran kecil dan tidak menyebabkan gejala yang membuat Anda merasa tidak nyaman, maka operasi bisa dilakukan setelah Anda melahirkan. Biasanya dokter menyarankan operasi hernia dilakukan 5-8 minggu setelah Anda melahirkan, atau bahkan dapat ditunda selama satu tahun hingga tubuh Anda pulih setelah melalui proses persalinan.
Namun dalam kasus tertentu, operasi hernia juga dapat dilakukan di tengah kehamilan. Apabila kondisinya benar-benar gawat darurat, operasi hernia saat hamil dapat dilakukan pada trimester kedua. Operasi hernia yang dilakukan saat hamil tergolong aman.
Akan tetapi jika Anda sudah memiliki hernia saat merencanakan kehamilan, maka dokter akan merekomendasikan pemasangan jaring-jaring penguat (hernia mesh) sewaktu operasi hernia. Apabila hernia hanya diperbaiki dengan jahitan tanpa menggunakan hernia mesh guna menyokong area otot yang lemah, maka risiko hernia untuk muncul kembali saat Anda hamil akan tinggi.
Perlu diketahui, penggunaan hernia mesh berisiko mengganggu peregangan perut Anda dan menyebabkan rasa nyeri. Agar aman, kehamilan dapat mulai direncanakan 12 bulan setelah Anda melakukan operasi hernia. Jika hernia Anda tidak termasuk dalam kondisi darurat dan Anda berencana untuk melahirkan melalui operasi caesar, Anda mungkin dapat melakukan operasi bersamaan dengan operasi caesar. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)