Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Cemas Ancaman Virus, Perlukah Melakukan Suntik Vitamin C?

Cemas Ancaman Virus, Perlukah Melakukan Suntik Vitamin C?

Di masa pandemi ini, rasa cemas akan tertular virus COVID-19 membuat orang-orang berusaha meningkatkan daya tahan tubuh mereka agar terhindar dari serangan virus tersebut. Banyak cara dilakukan denganmenerapkan gaya hidup sehat, mulai dari rajin berolahraga, makan makanan bergizi, mengonsumsi suplemen, hingga minum ramuan herbal alami. Belakangan, salah satu cara populer yang dianggap mampu mengusir virus COVID-19 adalah melakukan suntik vitamin C.

Vitamin C memang memiliki segudang manfaat untuk sistem imunitas tubuh, seperti meningkatkan daya tahan, mengusir radikal bebas, menyembuhkan luka, dan mencegah kerusakan sel. Untuk memenuhi asupan vitamin C, selain dengan mengonsumsi suplemen, Anda juga bisa memperolehnya lewat injeksi atau suntikan. 

Suntik vitamin C atau asam askorbat pada dosis rendah, sesuai anjuran dokter, memang bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Namun, hal ini tidak bisa dilakukan sesuka kita, karena ada risikonya. Jadi, kapan suntik vitamin C bisa dilakukan dan apa risikonya pada tubuh? Yuk, kita ketahui lebih jauh seputar suntik vitamin C ini, Moms.

Kapan Perlu Suntik Vitamin C?

Kebutuhan vitamin C pada orang dewasa sekitar 75-90 mg per harinya. Moms bisa memenuhi kebutuhan ini dari makanan yang Anda konsumsi. Sayur dan buah merupakan sumber vitamin C yang baik untuk tubuh.

Meskipun begitu, saat sedang sakit atau berada dalam masa pemulihan, Anda mungkin saja membutuhkan tambahan vitamin C. Tambahan vitamin C ini bisa Anda peroleh lewat oral maupun suntikan. Namun, dengan metode suntik, jumlah vitamin yang masuk ke dalam tubuh bisa lebih banyak jika dibandingkan dengan metode oral, jika memang dibutuhkan.

Lalu, kapan Anda perlu suntik vitamin C? Hal ini bergantung pada pertimbangan dokter berdasarkan kondisi kesehatan Anda, Moms. Jika dokter merasa Anda masih bisa memperoleh asupan vitamin C dari makanan atau suplemen, maka suntik vitamin C tidak diperlukan. Sebaliknya, jika dokter menilai asupan vitamin C Anda tak bisa hanya dicukupi lewat makanan dan suplemen, ia mungkin akan merekomendasikan suntik vitamin C.

Kelebihan Suntik Vitamin C

Mengutip laman Hello Sehat, penyuntikan vitamin ke dalam tubuh merupakan metode memasukkan vitamin langsung ke pembuluh darah. Metode ini dinilai lebih efektif karena vitamin tidak melalui sistem pencernaan terlebih dahulu tetapi langsung menuju sel-sel di dalam tubuh sehingga akan membantu dalam penyembuhan penyakit.

Selain untuk terapi penyakit, suntik vitamin C juga terkenal untuk mencerahkan kulit. Hal ini didasari oleh fakta bahwa vitamin C merupakan sumber antioksidan yang baik dan dapat menangkal efek buruk radikal bebas, di antaranya penggelapan warna kulit.

Efek Samping Suntik Vitamin C

Meski bisa meningkatkan imun, asupan vitamin C berlebihan dapat menyebabkan mual, masalah pencernaan, kram perut, diare, hingga risiko batu ginjal, apalagi jika tidak diimbangi dengan konsumsi air putih yang cukup.

Saat sakit, tubuh memang butuh asupan vitamin C lebih banyak, tetapi dosisnya tetap harus diperhatikan. Sebagai komponen mikronutrien, vitamin C hanya diperlukan dalam jumlah kecil. Vitamin C juga bersifat larut dalam air, sehingga kelebihannya akan dibuang bersama zat lain melalui urine.

Selain itu, ada beberapa orang yang tidak boleh menerima suntik vitamin C. Mereka adalah penderita anemia tertentu dan wanita hamil. Suntik vitamin C pada wanita hamil bisa menimbulkan masalah konsentrasi darah di tali pusat. Orang yang punya riwayat penyakit ginjal juga tidak boleh sembarangan melakukan suntik vitamin C karena penelitian melaporkan terjadinya gagal ginjal akibat suntik vitamin C secara rutin. Jadi, jika Anda memang memerlukan, pastikan suntik vitamin C yang Anda lakukan sesuai indikasi medis dan anjuran dari dokter. Dengan demikian, manfaatnya bisa optimal, Moms. (M&B/SW/Dok. Freepik)