Banyak cara yang bisa Moms lakukan untuk merampingkan tubuh. Salah satu cara diet yang sedang marak dicoba adalah intermittent fasting atau sering juga disebut diet puasa. Metode yang satu ini terbilang mudah, karena Anda tidak perlu menghapus daftar makanan yang Anda suka. Tidak seperti diet keto yang melarang makanan tinggi karbohidrat, atau diet plant-based yang memaksa Anda mengonsumsi makanan berbahan dasar tanaman saja.Â
Benarkah intermittent fasting ini efektif dan bermanfaat bagi tubuh? Ketahui faktanya yuk, Moms!
Apa Itu Intermittent Fasting?
Mengutip Mayo Clinic, intermittent fasting artinya Anda tidak makanan apa pun sama sekali selama beberapa waktu dalam sehari atau dalam seminggu, mirip seperti sedang berpuasa di bulan Ramadan. Ya, Anda hanya harus mengatur waktu makan Anda, bukan menu makanan Anda. Ada 3 metode yang paling populer untuk menjalankan intermittent fasting, yaitu:
⢠Metode 16/8: Sering juga disebut protokol Leangains, di mana Anda tidak sarapan dan membatasi periode makan harian selama 8 jam, misalnya dari jam 13.00-21.00. Kemudian Anda berpuasa selama 16 jam.
⢠Makan-Puasa-Makan: Anda harus berpuasa selama 24 jam, satu atau dua kali per minggu. Misalnya terakhir makan adalah makan malam hari ini, maka baru makan lagi di makan malam besok.
⢠Metode 5:2: Metode ini artinya Anda hanya mengonsumsi 500-600 kalori dalam 2 hari tidak berurutan dalam seminggu, lalu makan normal selama 5 hari lainnya.
Manfaat Intermittent Fasting
Benarkah metode diet puasa ini efektif? Menurut Mayo Clinic, sudah ada beberapa penelitian yang menyebutkan kalau intermittent fasting sama efektifnya dengan diet rendah kalori dalam menurunkan berat badan. Lalu, adakah manfaatnya untuk kesehatan tubuh? Tentu ada dong, Moms. Mayo Clinic menyebutkan kalau menurunkan berat badan menjadi ideal dan menjaga tubuh tetap aktif dapat membantu mengurangi risiko penyakit terkait obesitas, seperti diabetes, sleep apnea, dan beberapa jenis kanker.
Mengutip Healthline, berikut beberapa manfaat intermittent fasting bagi kesehatan tubuh yang sudah terbukti secara penelitian:
1. Menurunkan kadar insulin dalam darah, yang artinya meningkatkan pembakaran lemak.
2. Meningkatnya human growth hormone sebanyak 5 kali lipat. Ini artinya meningkat juga pembakaran lemak dan pembentukan otot.
3. Perbaikan sel-sel tubuh yang rusak.
4. Terjadi perubahan sel dan molekul di tubuh yang terkait dengan meningkatnya perlindungan terhadap penyakit.
5. Meningkatkan metabolisme tubuh sekitar 3,6-14 persen, yang tentu berkaitan erat dengan pembakaran kalori.
6. Diet puasa atau intermittent fasting juga membantu melawan peradangan pada tubuh.
7. Meningkatkan fungsi jantung dan menurunkan risiko penyakit jantung. Mungkin ini berkaitan dengan menurunnya LDL si kolesterol jahat, trigliserida, gula darah, dan tekanan darah.
8. Meningkatkan kesehatan otak dengan naiknya hormon BDNF di otak yang juga berperan penting untuk pembentukan sel-sel baru. Ini juga melindungi Anda dari penyakit seperti Alzherimer, lho.
Amankah?
Segala jenis diet, apa pun tujuannya, memang seharusnya dilakukan dalam pengawasan dokter gizi. Tak ada satu jenis diet yang pasti cocok untuk semua orang, termasuk intermittent fasting. Maka jika berat badan Anda tergolong rendah, atau memiliki riwayat gangguan makan, sebaiknya Anda tidak melakukan intermittent fasting tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Begitu juga dengan Anda yang mengalami masalah dengan sensitivitas insulin, sebaiknya Anda berkonsultasi dulu dengan dokter Anda sebelum mencoba intermittent fasting atau diet puasa. Amankah dilakukan oleh ibu hamil dan menyusui? Tentu ini dua kelompok utama yang sebaiknya menghindari diet tanpa pengawasan dokter. Lagi pula, hamil dan menyusui adalah masa-masa Anda bisa menikmati makanan enak tanpa rasa bersalah kan, Moms? Nikmati saja masa indah itu. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)