Moms, apa yang terlintas di benak Anda saat mendengar kata "Halloween"? Mungkin Anda langsung membayangkan labu besar berwarna oranye yang diukir menjadi wajah menyeramkan dengan mata dan mulut menyeringai, orang-orang dengan kostum seram dan menakutkan, atau anak-anak berteriak "Trick or treat"?
Ya, setiap tanggal 31 Oktober, hampir seluruh dunia merayakan Halloween. Di Indonesia sendiri, Halloween tidak banyak dirayakan, hanya di sejumlah kota besar saja mungkin ada perayaan tersebut. Sebenarnya bagaimana sih, Halloween bermula hingga jadi perayaan seperti sekarang?
Asal Mula Perayaan Halloween
Halloween berasal dari tradisi bangsa Celtic Kuno yang dikenal dengan nama festival Samhain (akhir musim panas). Saat itu, orang-orang menyalakan api unggun dan mengenakan kostum untuk mengusir hantu.
Awal November sendiri menandai akhir musim panas dan panen serta dimulainya musim dingin, musim yang gelap dan sering dikaitkan dengan kematian. Menurut kepercayaan orang Celtic, pada saat pergantian musim itu, batas antara dunia yang hidup dan yang mati menjadi samar, sehingga banyak roh jahat yang akan berkeliaran dan mengganggu mereka. Karena itu, pada malam 31 Oktober mereka merayakan festival Samhain dengan menyalakan api unggun dan mengenakan kostum seram agar roh jahat tidak mengganggu mereka.
Tradisi ini berlangsung terus-menerus selama ratusan tahun. Kemudian, pada sekitar abad ke-19, banyak imigran dari Irlandia yang datang dan menetap di Amerika Serikat. Para imigran tersebutlah yang membantu memopulerkan perayaan Halloween di Amerika Serikat hingga lalu menyebar ke berbagai penjuru dunia.
Tradisi Trick or Treat saat Malam Halloween
Selain hiasan labu besar oranye yang diukir menjadi wajah menyeramkan dan orang-orang dengan kostum dan dandanan menakutkan, Halloween identik dengan ucapan trick or treat. Di malam Halloween, anak-anak akan mengucapkan kata trick or treat kepada pemilik rumah yang mereka kunjungi sambil memakai kostum seram. Pada saat itu, pemilik rumah biasanya akan memberi sejumlah permen untuk anak-anak tersebut.
Meskipun begitu, hingga tahun 1950 dan 1960-an, anak-anak tidak mendapatkan hadiah berupa permen, melainkan kacang, koin, atau mainan. Kalaupun mereka mendapatkan makanan atau kue yang manis, maka biasanya itu adalah buatan pemilik rumah sendiri.
Namun, sejak tahun 1970-an, permen menjadi pilihan bagi mereka yang sibuk atau tidak sempat membuat makanan maupun kue yang manis untuk diberikan pada anak-anak yang datang. Permen menjadi pilihan karena merupakan produk yang praktis dan sudah dikemas, sehingga tidak repot dan bisa langsung diberikan. Apalagi anak-anak tentunya sangat menyukai permen.
Perayaan Halloween buat Anak
Halloween memang tidak dirayakan secara istimewa di Indonesia. Perayaannya pun kerap dipertanyakan, karena memang bukan berasal dari budaya kita. Namun, beberapa tempat atau sekolah membuat acara tersebut sekadar untuk seru-seruan, termasuk mungkin sekolah anak Anda, dan Si Kecil diajak untuk ikutan acara tersebut.
Jika Anda membolehkan anak untuk ikut bagian pada acara Halloween, hal ini tidak lantas berarti Moms otomatis ikut-ikutan tradisi Barat, kok. Selain memberikan anak kesempatan untuk berkumpul dan bersosialisasi dengan teman-temannya sambil mengenakan kostum yang tidak biasa, sebenarnya ada beberapa manfaat positif yang bisa diperoleh Si Kecil, seperti:
1. Memancing kreativitas anak. Saat mempersiapkan kostum untuk Halloween, anak akan menggali kreativitasnya agar bisa membuat kostum semenarik mungkin.
2. Meningkatkan kepercayaan diri anak. Pemilihan dan pembuatan kostum yang akan dikenakan saat Halloween membuat anak belajar meningkatkan kepercayaan dirinya saat ia harus pergi dan bertemu dengan teman-temannya sambil memakai kostum tersebut. Apalagi jika ada yang berkomentar kostum yang ia pakai sangat menarik, Si Kecil tentunya akan semakin pede.
3. Mengurangi rasa takut anak pada segala hal yang berbau hantu atau monster. Buat orang dewasa, hantu atau monster memang tidak ada. Namun buat anak-anak, mereka kadang berpikir bahwa hantu dan monster ada, bahkan tinggal di bawah tempat tidur atau di dalam lemari pakaian mereka. Ikut perayaan Halloween akan membuat Si Kecil merasa lebih familiar dengan hantu maupun monster, karena pada saat itu banyak orang yang berkostum seperti itu, sehingga ia bisa belajar mengurangi rasa takutnya pada hantu atau monster.
Yang penting untuk Moms pahami jika sekolah atau lingkungan pergaulan anak membuat perayaan Halloween dan mengajak Si Kecil, pastikan Anda membekali Si Kecil dengan pengetahuan positif bahwa ini adalah perayaan kostum belaka, tidak ada hantu atau monster dan Si Kecil akan bersenang-senang bersama teman-temannya, serta tidak perlu takut jika ada yang berusaha menakut-nakutinya. (M&B/SW/Dok. Freepik)