Rasanya, hampir semua wanita mengidamkan bentuk tubuh ramping dan ideal. Namun terkadang, olahraga dan diet saja tak cukup untuk mewujudkan keinginan tersebut. Beberapa wanita membutuhkan bantuan medis untuk bisa mendapatkan postur nan ideal, salah satunya melalui operasi bariatrik, yaitu tindakan pembedahan yang dilakukan untuk menurunkan berat badan.
Nah, jika Moms juga menginginkan bentuk tubuh yang ideal, Anda bisa mencari informasi mengenai operasi bariatrik, mulai dari gastric bypass (membagi dua lambung), adjustable gastric band (memasangkan cincin pada lambung), biliopancreatic diversion with duodenal switch (lambung dipotong dan disambungkan dengan bagian akhir usus halus), dan sleeve gastrectomy.
Namun, salah satu hal yang tentu menjadi pertimbangan sebelum melakukannya adalah risiko yang bisa terjadi usai operasi. Dan untuk operasi bariatrik ini, tubuh akan bisa mengalami dumping syndome, dengan gejala seperti kram perut dan diare dalam beberapa waktu setelah Anda makan. Mengapa kondisi ini bisa terjadi dan bagaimana cara mengatasinya? Berikut ulasannya, Moms.
Penyebab Dumping Syndrome
Sebelum melakukan operasi, ukuran lambung yang normal akan membuat makanan bergerak dari perut ke usus selama beberapa jam. Namun, operasi bariatrik ini akan memengaruhi ukuran lambung menjadi lebih kecil dan memengaruhi pergerakan makanan.
Lambung tidak lagi mampu menahan lebih banyak makanan dan akhirnya bergerak terlalu cepat atau hanya beberapa menit menuju usus. Proses ini menyebabkan tubuh melepaskan insulin (hormon penyerap gula dalam makanan) yang cukup besar hingga gula darah menjadi rendah.
Selain kram dan diare, penderita dumping syndrome juga akan merasakan peningkatan detak jantung serta kulit yang memerah. Area perut pun akan terasa kembung, diiringi dengan pusing, mual, dan kondisi yang tidak nyaman lainnya.
Mengatasi Dumping Syndrome
Dumping syndrome sendiri memiliki dua fase, yaitu:
1. Early dumping syndrome, gejala mulai 10 hingga 30 menit setelah makan.
2. Late dumping syndrome, gejala mulai 2 sampai 3 jam setelah makan.
Kondisi ini bisa diatasi dengan cara mengubah pola makan usai operasi, sekaligus menyesuaikan dengan gaya hidup Anda. Penyesuaian tersebut bisa dilakukan dengan menerapkan cara-cara sebagai berikut:
1. Makan dengan lima sampai enam porsi kecil dalam satu hari.
2. Hindari makanan manis (soda, permen) dan menu yang dipanggang.
3. Disarankan untuk mengonsumsi makanan yang agak kental untuk memperlambat laju makanan di dalam pencernaan.
4. Tidak boleh minum 30 menit sebelum dan sesudah makan.
5. Kunyah makanan dengan baik agar mudah dicerna.
6. Usahakan untuk lebih banyak mengonsumsi makanan kaya serat dan karbohidrat utuh untuk menjaga kinerja pencernaan.
Jika penyesuaian pola makan tidak juga memperbaiki kondisi Anda, segeralah konsultasi ke dokter. Untuk pemeriksaan, pasien akan melakukan tes toleransi glukosa oral dan tes pengosongan lambung serta riwayat medis pasien dan keluarga.
Untuk pengobatan awal, dokter akan memberikan injeksi octreotide, yaitu obat antidiare yang memperlambat laju makanan yang masuk ke usus kecil. Obat ini juga dapat mencegah pelepasan insulin untuk mengurangi risiko kadar gula darah rendah. Namun, ada efek samping yang bisa pasien alami, termasuk mual dan muntah. Apabila tidak juga membaik, maka akan dilakukan tindak pembedahan yang risiko bahayanya lebih tinggi. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)