Setiap ibu tentunya berharap bisa melalui masa kehamilan dan proses persalinan dengan lancar. Akan tetapi terkadang muncul masalah yang sulit untuk dihindari, salah satunya adalah ketika bayi dalam kandungan terlilit tali pusar.
Seperti yang Moms ketahui. Tali pusar berfungsi untuk mengantarkan nutrisi dan oksigen dari ibu ke bayi agar bayi bisa bertahan hidup dalam kandungan. Namun tak jarang, tali pusar tersebut justru melilit tubuh bayi. Kondisi ini cukup sering terjadi pada masa kehamilan. Seperti dilansir jurnal BMC Pregnancy and Childbirth, kondisi bayi terlilit tali pusar bisa terjadi pada 1 dari 3 bayi yang lahir.
Pada umumnya kondisi ini tidak berbahaya, tapi diperlukan pemantauan berkelanjutan karena bisa meningkatkan risiko terjadinya komplikasi. Hampir separuh kasus lilitan tali pusar bisa lepas dengan sendirinya karena pengaruh dari pergerakan atau perpindahan posisi bayi dalam kandungan.
Di sisi lain, pergerakan ini juga bisa membahayakan karena dapat menyebabkan pembuluh darah dalam tali pusar terjepit atau tertekan. Apabila hal itu terjadi maka aliran darah yang membawa oksigen ke bayi bisa terhambat. Masalah serupa juga bisa dialami bayi ketika tali pusar melilit leher bayi terlalu kencang.
Ini Penyebab Bayi Terlilit Tali Pusar
1. Pergerakan Bayi
Ya, pada umumnya bayi terlilit tali pusar karena pergerakannya sendiri. Semakin bertambahnya usia kandungan, maka bayi akan semakin aktif bergerak sehingga menyebabkan dirinya terlilit tali pusar. Akan tetapi seperti telah disebutkan di atas, kondisi ini biasanya bisa teratasi dengan sendirinya oleh pergerakan bayi.
2. Tidak Cukup Lapisan Jeli Wharton
Tali pusar yang sehat sesungguhnya telah dilindungi oleh lapisan jeli yang disebut Wharton's jelly atau jeli Wharton. Jeli ini berfungsi penting dalam menjaga agar tali pusar tidak mudah melilit tubuh bayi meski ia aktif bergerak di dalam kandungan.
Selain itu, jeli juga berperan dalam menjaga agar tali pusar tidak mudah tertekan oleh pembuluh darah. Jadi ketika bayi aktif bergerak, menggeliat, membalikkan tubuh, atau berpindah posisi sekali pun, tali pusar tetap aman dan tidak akan membuat tubuhnya terlilit. Bahkan ketika tali pusar melingkari bagian kepala atau leher, biasanya bayi tidak akan benar-benar tercekik.
Namun perlu diketahui bahwa ada beberapa kasus bayi tidak memiliki jumlah jeli Wharton yang cukup sebagai pelindung. Kondisi ini akan meningkatkan risiko adanya komplikasi ketika bayi terlilit tali pusar karena pergerakannya.
3. Tali Pusar Terlalu Panjang
Normalnya, panjang tali pusar bayi adalah 50-60 cm. Tapi ada juga bayi yang memiliki tali pusar lebih panjang hingga 80 cm. Tali pusar yang terlalu panjang inilah yang berisiko melilit bayi lebih dari satu lilitan.
4. Memiliki Bayi Kembar
Hamil anak kembar dua atau lebih bisa membuat tali pusar masing-masing bayi kusut dan berpotensi membelit bayi.
5. Struktur Tali Pusar yang Buruk
Tali pusar yang sehat bisa berubah ukuran (elastis) sehingga tidak membahayakan bayi saat ia bergerak aktif. Tapi apabila strukturnya lemah atau buruk, ada kemungkinan tali pusar menjadi kurang elastis sehingga melilit bayi terlalu kuat.
Normal atau Caesar?
Bayi dalam kandungan yang terlilit tali pusar tentunya perlu terus dipantau secara seksama. Moms bisa langsung berkonsultasi dengan dokter apabila merasakan gerakan bayi berkurang secara tiba-tiba.
Di sisi lain, banyak yang mengira bayi yang terlilit tali pusar hanya bisa dilahirkan melalui proses operasi caesar. Namun sesungguhnya, bayi bisa dilahirkan melalui proses persalinan normal tergantung pada kondisi lilitan dan berapa jumlahnya. Dengan teknik khusus, dokter juga bisa mengeluarkan bayi yang terlilit tali pusar melalui proses persalinan pervaginam. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)