Moms tak kunjung hamil? Jangan terburu-buru menganggap bahwa Anda memiliki masalah kesuburan. Faktanya, Dads juga berpotensi punya masalah infertilitas. Sekitar 30 persen kasus infertilitas yang terjadi disebabkan oleh masalah kesuburan pada pria. Sehingga pada pasangan yang sudah lama menikah tapi belum diberikan keturunan, sebaiknya lakukan pemeriksaan lengkap suami dan istri.
Seperti halnya pada wanita, masalah kesuburan pada pria bisa disebabkan oleh banyak hal, antara lain:
1. Adanya Masalah pada Sperma
Agar bisa membuahi sel telur, seorang pria harus menghasilkan sel sperma yang sehat dengan ciri antara lain, bisa berenang dengan baik dan memiliki ukuran ideal. Namun tidak sedikit pria yang memiliki masalah pada sperma yang diproduksinya. Masalah pada sperma juga cukup beraneka ragam, seperti:
⢠Oligospermia, kondisi di mana jumlah sperma tergolong rendah pada air mani. Menurut World Health Organization (WHO), jumlah sperma ideal yang keluar per ejakulasi adalah di atas 15 juta sperma per mililiter. Pada kasus oligospermia, jumlah sperma yang keluar berada di bawah angka tersebut.
⢠Azoospermia, kondisi di mana jumlah sperma pada air mani sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Ini terjadi pada 1 persen dari seluruh pria di dunia, dan 10-15 pria infertil mengalami azoospermia.
⢠Teratospermia, kondisi di mana sperma yang dihasilkan berbentuk tidak normal. Bentuk sperma yang baik adalah memiliki kepala dengan bentuk oval yang mulus dan ekor panjang yang kuat. Sedangkan dalam kondisi tertospermia, bentuk sperma tidak sempurna sehingga sulit untuk membuahi sel telur.
⢠Asthenozoospermia, kondisi di mana mayoritas sperma di air mani kurang aktif bergerak. Lebih tepatnya, jumlah sperma yang bergerak efektif (motility) kurang dari 40 persen atau jumlah sperma yang bergerak progresif kurang dari 32 persen.
⢠Necrozoospermia, kondisi di mana mayoritas atau bahkan semua sperma di air mani sudah mati saat ejakulasi.
2. Impotensi
Impotensi merupakan salah satu kondisi yang bisa menjadi penyebab pria tidak subur. Impotensi atau disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan seorang pria untuk melakukan ereksi. Meskipun hal ini bisa terjadi pada pria di usia berapa pun, kondisi ini tetap dianggap tidak normal. Risiko pria mengalami impoten meningkat seiring bertambahnya usia. Tapi bukan berarti dengan menua otomatis membuat Anda mengalami impotensi.
3. Masalah Ejakulasi
Masalah ejakulasi juga bisa menjadi penyebab Anda dan pasangan sulit memiliki keturunan. Ada 2 masalah ejakulasi yang bisa dialami pria, yaitu:
⢠Ejakulasi dini. Mengutip Alodokter, ini adalah kondisi ketika pria berejakulasi atau mengeluarkan sperma terlalu cepat, yakni kurang dari satu menit setelah penetrasi atau masturbasi dilakukan. Pada sebagian kasus, ejakulasi bahkan bisa terjadi sebelum penetrasi seksual dilakukan.
⢠Ejakulasi Retrograd. Masalah ejakulasi ini muncul saat air mani masuk ke dalam kandung kemih. Padahal seharusnya air mani keluar dari penis saat proses orgasme. Jadi meski Anda mencapai klimaks saat melakukan aktivitas seksual, Anda mungkin hanya mengeluarkan air mani dalam jumlah sedikit atau bahkan tidak sama sekali.
4. Masalah pada Testis
Kelainan pada testis juga bisa menyebabkan masalah infertilitas. Ada beberapa masalah pada testis, antara lain:
⢠Trauma pada Testis. Trauma muncul saat testis disakiti dengan sengaja sehingga mengalami cedera. Saat testis mengalami cedera atau trauma, maka zat yang berada di dalamnya juga bisa ikut rusak.
⢠Torsio Testis. Masalah lain yang mungkin terjadi pada testis dan bisa menyebabkan pria tidak subur adalah torsio testis. Testis terletak di dalam skrotum dan terlindungi oleh sebuah struktur yang disebut korda spermatik. Terkadang korda spermatik terputar di sekitar testis sehingga menghambat aliran darah menuju testis. Kondisi ini ditandai dengan rasa sakit yang tiba-tiba, tapi cukup parah. Rasa sakit ini juga dibarengi dengan testis yang membengkak.
5. Diabetes
Penyakit diabetes yang dialami oleh seorang pria juga berpotensi menjadi penyebab pria tersebut mengalami kondisi tidak subur. Masalahnya, diabetes dapat menyebabkan beberapa kondisi pada sistem reproduksi, salah satunya menyebabkan disfungsi ereksi dengan cara memengaruhi kadar hormon testosteron yang menjadi rendah. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)