Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Mengenal Proses Induksi saat Melahirkan, Tidak Perlu Takut!

Mengenal Proses Induksi saat Melahirkan, Tidak Perlu Takut!

Menanti kelahiran bayi merupakan momen harap-harap cemas bagi seorang calon ibu. Terutama jika waktunya Si Kecil lahir, namun ia tak kunjung ingin keluar melihat dunia. Hal ini pun membuat Anda jadi semakin cemas, ya? Biasanya, untuk membantu memperlancar dan mempercepat proses persalinan Si Kecil, dokter akan menyarankan melakukan induksi bila persalinan terhambat.

Apa? Induksi? Mendengar kata ini, mungkin banyak Moms yang merasa ketakutan. Apalagi jika Anda ternyata sudah mendengar banyak cerita mengenai proses induksi dari kawan Anda serta rasa sakit yang dialami. Tapi benarkah induksi semenakutkan itu?

Induksi Baru Akan Dilakukan Jika...

Induksi sendiri merupakan proses yang makin sering digunakan dalam persalinan sejak tahun 1990-an. Yang perlu Anda pahami, dokter tentunya baru akan memberikan induksi jika merasa ada indikasi medis yang mengharuskan persalinan Anda dipercepat, salah satunya jika air ketuban sudah pecah namun kontraksi berjalan lambat. Selain itu, kehamilan overdue yang melewati minggu ke-41 atau ke-42 juga biasanya akan diinduksi.

Induksi adalah salah satu stimulasi yang dilakukan untuk mempercepat kelahiran, jika Moms tidak juga memperlihatkan tanda-tanda persalinan hingga due date tiba. Induksi dilakukan untuk merangsang kontraksi rahim dan mempercepat persalinan menggunakan alat medis atau obat tertentu.

Inisiasi ini dilakukan jika ibu hamil belum memasuki fase bersalin. Dr. Dwi Nurriana, Sp.OG, dari RSIA Kemang Medical Care, menjelaskan jika Anda belum merasakan kontraksi reguler, mulas, dan belum ada pembukaan, induksi akan dilakukan.

Tujuan Induksi

Biasanya, dokter akan melihat beberapa kondisi yang bisa memengaruhi ibu dan janin. Jika kondisi yang sedang dialami tersebut mengancam kondisi ibu, janin, atau keduanya, dokter akan melakukan tindakan induksi. Ini dilakukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut bagi ibu dan janin.

Contoh kondisi yang membahayakan ibu adalah preeklampsia berat. Jika kehamilan diteruskan, Anda bisa kejang. Ini sangat berbahaya tentunya. Contoh lainnya, Anda memiliki diabetes melitus, sehingga janin semakin besar dan membahayakan janin. Dengan kondisi ini, maka sang ibu harus diinduksi.

Selain dari sisi ibu, dr. Dwi menjelaskan bahwa kondisi janin juga harus dilihat. Misalnya, sang ibu mengalami pecah ketuban, sehingga cairan masuk dan menyebar ke dalam rahim. Kondisi ini berisiko membuat janin keracunan air ketuban.

Jenis Induksi

Ada 2 jenis induksi yang akan dilakukan bergantung pada kondisi ibu. Ada induksi pada jalan lahir yang sudah matang dan induksi pada jalan lahir yang belum matang sama sekali. Kedua kondisi ini memengaruhi cara atau metode induksi yang akan dilakukan.

1. Induksi Mekanik. Induksi ini dilakukan untuk merangsang kontraksi rahim dengan melakukan pemisahan antara dinding rahim ibu. Semakin banyak daerah yang terpisah, semakin cepat ia terinisiasi.

2. Induksi Mentosa. Ini adalah metode induksi dengan menggunakan obat-obatan. Nantinya, obat-obatan ini akan bekerja di reseptor-reseptor dalam rahim. Ada 2 macam obat induksi yang digunakan, yaitu oksitosin dan prostagladin E1.

Tidak Perlu Takut

Induksi dinyatakan gagal jika bumil tidak bisa mencapai target kontraksi yang diinginkan. Baik atau tidaknya respons rahim terhadap obat kontraksi juga akan dilihat. Selain itu, apabila Anda tidak kuat atau mengalami nyeri berlebihan (hiperstimulasi), induksi dapat dihentikan. Banyak ibu hamil yang takut jika harus diinduksi, padahal seharusnya tidak perlu.

"Kadar keberhasilan induksi pada serviks yang sudah matang adalah 85 persen dan kondisi Anda akan dipantau terus. Jika Anda dinilai tidak mumpuni untuk melanjutkan proses induksi, pasti akan dihentikan. Karena itu, Anda tak perlu takut," jelas dr Dwi.

Induksi memang terkenal sangat sakit. Namun setelahnya, proses pembukaan akan bertambah dengan cepat, yang artinya persalinan Anda pun akan semakin cepat. Selain itu, induksi memiliki efek minimal bagi bayi. Jadi, tak usah takut jika nanti harus menjalani persalinan dengan induksi ya, Moms. (M&B/SW/Dok. Freepik)