Beberapa lama yang lalu kita semua sempat dihebohkan dengan kasus Dinda, pengguna Path yang memarahi dengan sangat tidak sopan seorang wanita hamil di kereta, secara terbuka kepada teman-teman Pathnya. Sisa cerita pasti sudah tahu kan, hebohlah sejagat social media memberikan social sanction ( tepatnya social media sanction) kepada Dinda yang pada akhirnya meminta maaf atas perilaku virtualnya yang tidak berperikemanusiadigitalan.
Kini kebisingan sudah jauh mereda, Dinda sudah merasakan momen “15minutes of fame” (infamously unfortunately) yang sekarang hilang tak berbekas. Yang tersisa bagi kita adalah pengingat bahwa kita sebagai masyarakat ternyata masih sangat peduli pada kelayakan bersikap, kesantunan dan sikap welas asih. Dimana itu bagus sekali sebagai penanda karakter. Si Dinda sih kita anggap sebagai anomali saja, orang-orang yang mengerti etika dan budi pekerti lebih banyak kok, terlihat dari meriahnya tanggapan masyarakat saat itu. Itu positifnya.
Hal lain yang perlu juga ditelaah, dan perlu disimak agar tidak ada lagi “Dinda-Dinda” lain di luar sana, adalah bahwa dunia sosial media itu sudah seperti dunia asli, saking ramai dan seringnya manusia “ngumpul” disitu. Yang berarti, di dunia itupun ada hukum tak tertulis mengenai dos & don’ts yang sebaiknya dipatuhi, ada tata krama atau “netiquette” untuk hidup berdampingan dengan netizen lain dengan nyaman dan harmonis. Jadi tidak bisa asal “nyablak” menyuarakan pikiran tanpa sensor, karena hasilnya bisa bersinggungan dengan nilai-nilai yang menjadi keyakinan bersama warga sosmed. Banyak link-link jenaka yang membahas soal tipe-tipe status update Facebook yang menyebalkan, animasi ilustrasi perbedaan reply dan retweet, berbagai Meme kocak tentang kesalnya dapat mass-tagging di Path, dan artikel lain soal serba-serbi guidelines menikmati dunia pergaulan virtual. Sangat menarik, karena menunjukkan manusia sudah memasuki sebuah era baru, era digital social media. Arkeolog di masa depan mungkin akan merujuk kita sebagai spesies digitalsapiens sosialmedianensis.
Selain hukum norma dan tata krama pergaulan, dunia social media juga memiliki “bahasa” sendiri. Lingo atau ungkapan dan istilah yang bisa dimengerti oleh sesama penggunanya sebagai bahasa pemersatu. Karena itulah, saya terinspirasi untuk mengumpulkan peribahasa-media sosial yang update dan relevan dengan era kini. Seperti juga peribahasa yang sudah kita kenal, peribahasa versi 2.0 ini juga merupakan penggambaran dari bagaimana seharusnya manusia bersikap dan bertindak dalam hidup keseharian.
Ini yang beberapa saya temukan dan terpikir oleh saya:
PERIBAHASA-SOSMED:
-
Mangan Ora Mangan, Sing Penting Difoto dan Diupload, seperti yang kita tahu, ritual sebelum makan sekarang sudah berubah: duduk, berdoa, foto dulu dari berbagai angle, upload, baru makan.
-
Alon-Alon Asal Kelakon Kalau Ngetik, ini terutama untuk manusia seperti saya yang proses evolusi tubuhnya belum sesuai dengan kepesatan teknologi. Jari-jari saya gendut seperti sosis, susah sekali mengetik cepat tanpa salah.
-
Sepandai-Pandainya Tupai Menghibur, Suatu Saat Akan Diunshare Juga. Nuff said.
-
Pathmu, ( atau Twitmu, atau FBmu, dll) Harimaumu. Hati-hati jangan sampai dimakan hidup-hidup seperti Dinda!
-
Bersakit-Sakit Hati Pada Troll Dahulu, Bergelimang Follower kemudian. Semua ada proses.
Proverbs dalam bahasa Inggris pun banyak yang bisa diupdate agar cocok dengan dunia sosial media:
-
Home Is Where The Wifi Is. Bayangkan ini di lukisan crochet buatan ibu-ibu masa depan untuk ditaruh di ruangan tamu mereka.
-
Google Before You Tweet, think before you speak in internet age.
-
Don’t Favorite Because It’s Over, Retweet Because It Happened. Ini nampaknya modus buzzer untuk terus menjaga hype dari apa pun yang harus dia jajakan. RT!!
-
Don’t Judge a Person By His FB Page. The millenial’s version of “don’t judge a book by its cover”. Because everyone knows millenials don’t read books.
-
A problem Tweeted Is A Problem Ignored. Reminder: jangan kebanyakan komplain di sosmed.
-
Keep Your Friends Closed, But Set Your Enemies To Restricted Profile. The tech savvy mafia
-
When in Rome, Take a Selfie Everywhere! Tentu saja harus ada peribahasa soal selfie…
-
You Are What You Share. “You are what you think” doesn’t apply anymore, because we constantly share what we think.
Seru ya Moms rasanya menjadi bagian dari sejarah pergantian era, sebuah era informasi baru, dimana masing masing manusia memiliki kekuatan untuk membagi semua isi hati dan pikiran secara bebas. Sangat menyenangkan dan begitu besar potensinya. Bayangkan semua pengalaman hidup sebagai wanita, anak, orangtua, saudari dan teman yang bisa anda abadikan dalam dunia maya, sebuah potret virtual abadi untuk dilihat keturunan di masa depan. Karena gajah meninggalkan gading, harimau meninggalkan belang, namun manusia meninggalkan album foto Facebook. Have fun sharing!