Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Tahu dan Tempe Langka di Pasaran, Ini Penyebabnya, Moms

Tahu dan Tempe Langka di Pasaran, Ini Penyebabnya, Moms

Buat masyarakat Indonesia, tahu dan tempe telah menjadi makanan sehari-hari. Kedua jenis makanan olahan dari kedelai ini bisa dengan mudah kita temui kapan saja dan di mana saja. Namun, belakangan tahu dan tempe mendadak jadi langka dan menghilang dari pasaran. Moms mungkin termasuk salah satu yang merasakan, tiba-tiba sulit sekali menemukan kedua jenis makanan ini.

Kelangkaan tahu dan tempe yang tiba-tiba terjadi ini dikarenakan para pengrajin tahu dan tempe ternyata melakukan aksi mogok produksi. Mereka memutuskan berhenti memproduksi dan menjual tahu dan tempe selama 3 hari (1-3 Januari 2021). Akibatnya pasokan tahu dan tempe pun menjadi langka di pasaran.

Kenaikan Harga Kedelai Impor

Langkah para pengrajin tahu dan tempe yang melakukan aksi mogok produksi ini tidak lepas dari naiknya harga kedelai secara drastis. Keputusan ini diambil karena harga kedelai terus melonjak tajam. Kondisi ini tentunya menyulitkan bagi pengrajin untuk memproduksi tahu dan tempe.

Mengutip Detik.com, para pengrajin tahu dan tempe mengeluhkan harga kedelai yang melonjak tajam. Perlu diketahui, Indonesia masih bergantung pada kedelai impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negeri, termasuk untuk memproduksi tahu dan tempe. Kedelai yang selama ini menjadi bahan baku tahu dan tempe dipasok dari AS, Kanada, Brasil, dan Uruguay.

Nah, sejak beberapa hari, harga kedelai mentah dibanderol hingga mencapai Rp9.200-10.000 per kilogram, padahal harga normalnya sekitar Rp6.500-7.000 per kilogram. Kenaikan harga kedelai ini disinyalir terjadi sejak tanggal 29 Desember 2020. Namun hingga kini para pengrajin masih belum memperoleh kejelasan mengenai penyebab naiknya harga kedelai.

Para Pengrajin Tahu dan Tempe Mogok Produksi

Tingginya harga kedelai tersebut membuat para pengrajin tahu dan tempe di berbagai daerah melakukan mogok produksi. Mereka memilih menghentikan produksi tahu dan tempe untuk sementara dibandingkan harus mengambil risiko merugi.

Pasalnya, dengan kenaikan harga kedelai yang melonjak tajam, pengrajin tidak akan mendapatkan untung jika tetap menjual produksinya dengan harga normal. Sebaliknya, jika harus dinaikkan, maka konsumen pun akan memprotes mereka.

Kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan tempe ini juga membuat para pengrajin kecewa pada pemerintah. Mereka merasa pemerintah kurang sigap dalam menindaklanjuti kenaikan harga kedelai impor. Untuk itu, para pengrajin tahu dan tempe ini berencana bertemu dengan menteri perdagangan guna membahas soal harga kedelai. Harapannya, harga kedelai bisa kembali normal seperti sedia kala.

Kita doakan semoga harga kedelai sebagai bahan baku produksi tahu dan tempe bisa kembali normal dan stabil ya Moms, sehingga kita bisa menikmati tahu dan tempe dengan harga yang terjangkau. Karena walau bagaimanapun, tahu dan tempe sudah jadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat kita. Di samping itu, tahu dan tempe memang merupakan sumber protein nabati dan makanan yang mengandung tinggi nutrisi yang sangat diperlukan tubuh. (M&B/SW/Dok. Freepik)