Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Angka Kematian Penderita Asma Meningkat

Angka Kematian Penderita Asma Meningkat

Penyakit asma masih sering disepelekan oleh masyarakat karena tidak sepopuler penyakit kronis lainnya, seperti kanker atau jantung. Padahal sebuah laporan yang dilansir dari Daily Mail menyebutkan, sebanyak 800 sampai 1.250 penderita asma di Inggris meninggal sia-sia setiap tahunnya. Negara itu pun menempati posisi tertinggi ketiga untuk kasus kematian karena asma, setelah Estonia dan Spanyol. Parahnya, angka tersebut terus menunjukkan peningkatan sejak 2009.

 

Menurut penelitian, sebagian besar penyebab kematian pada asma adalah pemberian resep obat yang salah dan penanganan yang kurang tepat. Studi terbesar yang dilakukan Royal College of Physicians meneliti kematian 195 penderita asma di Inggris pada 2012-2013 dan 28 orang di antaranya adalah anak-anak. Mereka menemukan adanya resep obat yang kurang tepat di 47 persen kasus kematian asma dan pasien hanya diberikan penanganan jangka pendek. Dokter hanya merekomendasikan inhaler untuk menghentikan serangan, tanpa memberikan obat sama sekali.

 

Sebanyak 10 persen penderita asma dirawat di rumah sakit selama sebulan sebelum mereka meninggal. Mereka mendapatkan pengobatan yang kurang tepat dan tidak dimonitor dengan baik. Secara keseluruhan, sebanyak 130 dari 195 kasus kematian, atau sebesar 67 persen kasus kematian asma bisa dicegah. Hal itu juga berlaku pada anak-anak. Laporan menyimpulkan bahwa 26 dari 28 kematian anak asma memiliki beberapa faktor yang sebenarnya bisa dihindari.

 

Dalam banyak kasus asma, gejala atau peringatan sering kali diabaikan. “Ini saatnya untuk tidak lagi menyepelekan asma dan penyakit lainnya. Penyakit-penyakit ini bisa membunuh penderitanya tanpa diduga. Apalagi, kebanyakan orang belum memberikan perhatian yang cukup terhadap pentingnya perawatan asma yang baik dan rutin oleh dokter,” ungkap Dr. Kevin Stewart, direktur klinis Royal College of Physicians.

 

Dokter Mark juga mengatakan, kasus ini bisa disebabkan oleh tekanan biaya obat. Ia melaporkan sebanyak 39 persen pasien telah diresepkan sebanyak 12 inhaler atau lebih dalam 1 tahun. Hal tersebut seharusnya menjadi sinyal peringatan yang meningkatkan kesadaran bahwa asma mereka sudah berada di level yang parah. Ini saatnya masyarakat lebih peduli pada kesehatan mereka. (Aulia/DC/dok.M&B)