Mungkin pernah terlintas dalam pikiran Moms, "Kok bisa sih, ada orang tua kandung tega menyiksa anak bahkan hingga menghilangkan nyawa si anak?"
Sebagai generasi penerus, anak sudah seharusnya mendapat perhatian khusus, terutama dari keluarga inti yang merupakan "sekolah" pertama sekaligus paling penting dalam mendidik anak. Sayangnya, masih ada beberapa orang tua yang kerap melibatkan tindak kekerasan dalam pola asuh agar anak-anaknya mematuhi perintah mereka.
Ya Moms, tindak kekerasan, baik fisik maupun psikis, sangat mungkin terjadi pada anak. Dengan dalih sebagai bagian dari pembelajaran agar anak tumbuh menjadi pribadi yang disiplin, orang tua pun membenarkan hal tersebut dan menganggapnya wajar.
Padahal, pola asuh dengan kekerasan pada anak dapat meninggalkan bekas seumur hidup. Si Kecil dapat tumbuh dipenuhi dengan rasa takut, mengalami masalah dalam bersosialisasi, dan menjalani kehidupan yang tak sehat. Sebenarnya, apa sih, yang melatarbelakangi orang tua tega melakukan kekerasan pada anak?
1. Trauma Masa Kecil
Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi saat seseorang tumbuh di lingkungan yang penuh kekerasan. Pertama, ia menyadari bahwa hal ini salah dan tidak akan membiarkan anak-anaknya kelak merasakan hal yang sama. Kedua, ia menganggap bahwa pola asuh seperti ini adalah wajar, bahwa seperti inilah cara mendidik anak.
Nah, jika kemungkinan kedua yang terjadi, maka tentunya tindak kekerasan akan berulang dan menurun ke anak-anaknya. Orang tua yang kerap dianggap sebagai role model secara tak sadar sudah memberi contoh kepada anak-anaknya bagaimana pola asuh yang "benar". Anak pun mengimitasi saat mereka beranjak dewasa dan menjadi orang tua.
2. Ingin mengontrol anak sepenuhnya
Tentu tak ada satu pun orang tua yang ingin disepelekan oleh anak-anaknya. Tapi kadang, ada beberapa orang tua yang menciptakan hubungan antara mereka dan anak-anaknya yang penuh dengan rasa takut, karena mereka ingin memiliki kontrol penuh akan anak-anaknya tersebut.
Hal ini juga bisa terjadi karena orang tua memiliki ambisi untuk menjadi orang tua terbaik, yang tanpa sadar membuat mereka mendisiplinkan anak terlalu keras. Padahal Moms, alih-alih segan, dengan gaya pengasuhan seperti ini, anak bahkan kelak bisa membenci orang tuanya, lho.
3. Masalah Finansial
Masalah keuangan tak jarang bisa dengan mudah membuat seseorang menjadi sangat sensitif, apalagi bagi mereka yang sudah memiliki anak. Bisa dibilang, memiliki anak sama artinya dengan harus siap mengeluarkan biaya yang terus-menerus dan kadang tidak sedikit.
Nah, di saat orang tua mengalami masalah finansial, mereka kesulitan untuk membiayai kehidupan si anak, merasa tak berdaya, hal ini akhirnya berujung menjadi kemarahan, ketegangan, serta rasa frustrasi. Anak pun dianggap sebagai beban dan orang tua mulai menyalahkan mereka, bahkan melakukan kekerasan terhadap mereka.
4. Ekspektasi Terlalu Tinggi
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh para peneliti di Oregon State University Extension Service, terungkap bahwa orang tua mungkin akan berubah menjadi kasar ketika anak mereka tidak seperti yang diharapkan, misalnya ketika mereka mengetahui bahwa anaknya cacat (mental maupun fisik) sehingga mereka merasa sulit untuk menangani perilaku anaknya. Rasa lelah mengasuh anak, sedih, khawatir, dan kadang putus asa, bisa membuat orang tua hilang kesabaran dan mulai melakukan kekerasan.
Ekspektasi tinggi tak hanya pada masalah "kesempurnaan" fisik maupun mental. Anak yang harus disiplin, harus, sopan, harus berprestasi, dan "harus-harus" lainnya juga termasuk di dalamnya. Biasanya, semakin tinggi ekspektasi, maka semakin tak realistis harapan. Ketika ekspektasi tak terpenuhi, orang tua menjadi bisa menjadi frustrasi dan berakhir dengan perilaku abusive terhadap Si Kecil.
5. Kurangnya Support System
Tak ada yang menyangkal bahwa mengasuh anak tak semudah membalikkan telapak tangan. Kurang tidur, kurang me time, kurang teman berbagi cerita, kurang asupan makanan, merupakan "menu sehari-hari" yang bisa meningkatkan level stres Anda. Nah, ketika orang tua, terutama orang tua baru, sama sekali tak memiliki support system, baik dari pasangan masing-masing maupun dari anggota keluarga besar atau sahabat, mereka bisa saja mengalami mental burnout yang dilampiaskan pada anak.
6. Anak Adalah "Properti"
Hadirnya paradigma yang salah seperti anak adalah "properti" orang tua atau keluarganya, membuat orang tua merasa berhak untuk memperlakukan anak sesuai keinginan mereka. Anak dituntut untuk selalu menuruti apa pun keinginan orang tua, dan orang tua tak segan-segan melibatkan kekerasan dalam mengasuh anak-anak mereka.
7. Peer Pressure
Tak hanya anak remaja yang rentan dengan peer pressure lho, Moms. Orang tua juga bisa mengalami hal sama. Saat orang tua melihat anak-anak lain di lingkungannya terlihat santun, bisa diatur, manis, sedangkan anak mereka tak seperti itu, muncul ego orang tua. Demi "reputasi" sebagai orang tua yang sukes mendidik anak, kekerasan pun mulai dilakukan agar anak bisa patuh.
8. Ketergantungan Alkohol atau Narkoba
Berdasarkan fakta, orang tua yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba akan 3 kali cenderung menyalahgunakan anak-anak mereka dan 4 kali cenderung mengabaikan mereka. Helpguide.org pun menguatkannya dengan pernyataan bahwa narkoba dan alkohol sangat mungkin mengarahkan perilaku kasar orang tua terhadap anak, dikarenakan hilangnya kendali diri akibat mengonsumsi barang-barang terlarang tersebut. Dalam kenyataannya pun, anak yang lahir dari orang tua yang ketergantungan terhadap alkohol atau narkoba, biasanya lahir di lingkungan yang penuh dengan kekerasan.
9. Gangguan Emosi
Jangan sepelekan stres yang Anda alami saat mengasuh Si Kecil, Moms. Stres kecil yang berkelanjutan bisa mengarah ke depresi, gangguan kecemasan, gangguan bipolar, maupun penyakit mental lainnya. Jika tak ditangani segera, hal ini bisa membahayakan Moms maupun Si Kecil. Orang tua yang mengalami gangguan emosi cenderung lalai, emosional, dan abusive sepanjang waktu, bahkan terhadap anak-anak mereka sendiri.
10. Hubungan Suami dan Istri yang Tak Sehat
Saat rumah tangga penuh dengan amarah dan rasa benci pada pasangan, namun mereka tak bisa menyalurkannya atau menyelesaikannya dengan baik, anak bisa saja menjadi sasaran. Untuk melampiaskan dendam atau amarah pada pasangannya, salah satu atau bahkan kedua orang tua bisa bersikap kasar pada anak. Jika tak segera ditangani, lama-lama perilaku abusive pada anak bisa menjadi kebiasaan.
Nah, setelah megetahui 10 alasan mengapa orang tua tega melakukan kekerasan pada anak, Moms dan Dads tentunya bisa lebih berhati-hati untuk tidak melakukan hal sekecil apa pun yang bisa membuat Si Kecil merasa takut hingga trauma. Karena apa pun alasannya, melakukan kekerasan pada anak tentu saja tak bisa dibenarkan. (Nanda Djohan/SW/Dok. Freepik)