Untuk memastikan kondisi janin di dalam rahim, salah satu pemeriksaan yang bisa dilakukan dan juga dianjurkan oleh WHO adalah tes darah. Tak hanya untuk mengetahui kondisi calon ibu secara umum, tetapi juga untuk mendeteksi jika ada kelainan genetik yang mungkin terjadi pada janin.
Pemeriksaan dengan tes darah ini pun berbeda-beda di setiap trimester kehamilan. Tujuannya, agar kondisi seperti kekurangan gizi atau adanya infeksi yang meningkatkan risiko penyakit tertentu bisa diantisipasi sedini mungkin. Agar Moms semakin tahu, berikut penjelasan lengkapnya.
Trimester Pertama
Pada fase awal kehamilan, tes darah dilakukan untuk mengetahui jumlah hemoglobin atau sel darah merah, hingga pengecekan profil lipid (kolesterol, LDL, HDL, trigliserida). Hal ini dilakukan untuk menilai risiko gangguan endotel dan lemak yang dapat memengaruhi sirkulasi darah ibu terhadap janin.
Kemudian, akan dilakukan juga pemeriksaan rhesus darah Anda dan janin, apakah cocok atau tidak. Jika terdapat kasus rhesus darah Anda negatif dan janin positif (atau sebaliknya), maka hal ini bisa berisiko terhadap adanya kelainan bawaan hingga keguguran.
Selain itu, Anda juga mungkin akan disarankan melakukan skrining TORCH, yaitu:
1. Toksoplasma: Bagi ibu yang memiliki hewan peliharaan dan sering mengonsumsi makanan mentah, pemeriksaan ini akan membantu mendeteksi parasit Toxoplasma gondii. Parasit ini dapat menularkan dan menyebabkan kelainan pada janin hingga keguguran.
2. Rubella: Penyakit ini akibat paparan virus rubella yang bisa menyebabkan kelainan jantung, tuli, gangguan penglihatan, infeksi paru, dan keterlambatan pertumbuhan, terutama setelah bayi lahir.
3. Cytomegalovirus: Virus yang bisa menular ke janin, membuatnya berisiko mengalami kehilangan pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan pernapasan atau penumonia, kejang, dan gangguan saraf otak.
4. Herpes simplex: Kondisi yang membuat bayi terkena herpes neonatal atau sistem saraf pusat yang terganggu hingga berisiko kematian.
Skrining ini sangat penting untuk mengetahui apakah Anda terpapar dengan 4 patogen di atas, yang menjadi salah satu penyebab persalinan prematur maupun keguguran. Beberapa tes lain, seperti tes sifilis, tuberkulosis, HIV, hingga Hepatitis B dan C juga bisa diberlakukan jika ibu memiliki risiko besar mengalami kondisi-kondisi tersebut.
Trimester Kedua
Pada usia kehamilan di trimester kedua, pemeriksaan gula darah sangat perlu dilakukan, ditambah dengan pemeriksaan TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) untuk mengukur kemampuan tubuh dalam menyerap zat gula (glukosa) setelah pasien mengonsumsi gula dalam kadar tertentu.
Tes ini dapat membantu dokter untuk mendiagnosis diabetes, termasuk diabetes gestasional yang terjadi pada wanita hamil. Tes ini juga bermanfaat untuk mengantisipasi risiko terjadinya preeklampsia pada ibu hamil, karena diabetes merupakan salah satu faktor risikonya.
Meskipun demikian, dokter mungkin akan menyarankan tes gula darah lebih dini pada ibu hamil yang memiliki berat badan berlebih, pernah melahirkan anak dengan berat badan di atas 4,5 kilogram sebelumnya, atau memiliki riwayat diabetes gestasional.
Trimester Ketiga
Pada usia kehamilan akhir ini, proses persalinan sudah di depan mata. Namun begitu, pemeriksaan darah dan gula darah akan diulang untuk mengetahui kondisi Anda sebagai persiapan menuju persalinan. Pengecekan dengan USG akan menjadi fokus utama untuk memastikan posisi janin sudah berada di jalur lahir, serta kesiapan mental Moms menghadapi persalinan nantinya.
Pemeriksaan ini bersifat rutin. Anda mungkin juga disarankan untuk menjalani tes-tes yang lebih spesifik berdasarkan kondisi kesehatan Anda. Karena itu, penting untuk rutin memeriksakan diri dan berkonsultasi langsung dengan dokter Anda di tiap trimester, Moms. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)