Perubahan pola tidur dan rutinitas yang umum dialami new mom setelah melahirkan, sangat berpotensi menyebabkan depresi. Namun, sebuah studi baru menemukan bahwa gejala depresi lebih sering terjadi saat anak pertama Anda memasuki usia balita, dibanding ketika 12 bulan pertama kehidupannya.
Penelitian dari Australia dan dipublikasikan di BJOG : An International Journal of Obstetri and Ginekologi ini mengamati sebanyak 1.507 new mom yang berasal dari Melbourne, Australia. Para new mom tersebut ikut serta menyelesaikan kuesioner secara berkala, saat tiga bulan, enam bulan, 12 bulan, 18 bulan, dan empat tahun setelah melahirkan. Dari kuesioner tersebut, para peneliti menemukan bahwa new mom yang mengalami depresi tertinggi justru saat anak mereka memasuki usia balita, yaitu sekitar empat tahun setelah melahirkan. Pada hasil tersebut, ditemukan pula wanita yang hanya memiliki 1 orang anak menunjukkan angka yang signifikan dibanding pada wanita yang memiliki 2 anak atau lebih.
“Walaupun demikian, tetap masih ada kemungkinannya sebagian wanita mengalami depresi pada tahun-tahun pertama, dan kita pun banyak tahu tentang depresi para ibu saat 12 bulan pertama setelah melahirkan," ungkap Dr. Hannah Woolhouse, dari Murdoch Children’s Research Institute, di Victoria, Australia, seperti dilansir sumber M&B UK.
John Thorp, Editor in Chief BJOG menambahkan, temuan penelitian ini bisa dijadikan pedoman bagi para profesional untuk meningkatkan kesehatan dan memerhatikan faktor yang dapat memicu depresi dalam kehidupan ibu, terutama dalam jangka panjang.
Maka, penting pula bagi seorang ibu yang baru melahirkan untuk menyadari tanda-tanda dan gejala depresi pasca-kelahiran atau biasa disebut baby blues, termasuk gangguan mood, apatis, masalah tidur, kurang nafsu makan, dan kecemasan. Jika Anda merasakan gejala tersebut, konsultasikan dengan dokter Anda tentang bagaimana cara mengatasinya. (Aulia/OCH/dok.M&B)