Penyakit hernia, atau dalam bahasa awam dikenal dengan nama turun berok, tidak hanya dialami orang dewasa, tapi juga bisa terjadi pada bayi. Hernia pada bayi biasanya ditandai dengan adanya tonjolan di sekitar pusar atau alat kelamin.
Hernia sendiri terjadi ketika otot-otot yang menopang organ tubuh melemah atau mengalami kelainan, sehingga tidak mampu menahan organ pada posisi yang seharusnya. Pada bayi, hernia biasanya terjadi akibat kurang sempurnanya proses penutupan dinding usus saat buah zakar turun atau karena tidak sempurnanya bagian dinding perut dekat pusar.
Jenis hernia pada bayi
Jenis hernia pada bayi yang sering dijumpai adalah hernia umbilikalis dan hernia inguinalis. Hernia umbilikalis adalah tonjolan di sekitar pusar. Hal ini terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya.
Sedangkan hernia inguinalis adalah tonjolan di selangkangan yang muncul karena usus keluar dari rongga perut dan masuk ke bagian kantung buah zakar (skrotum). Kedua jenis hernia ini tidak berbahaya, tapi jika tidak ditangani bisa berdampak buruk.
Baca juga: 5 Kebiasaan yang Bisa Picu Hernia pada Ibu Hamil
Penyebab bayi mengalami hernia
Umumnya, hernia pada bayi terjadi akibat adanya usus maupun organ di dalam perut bayi mendorong ke bagian otot perut yang tidak tertutup dengan sempurna. Meskipun begitu, penyebab hernia secara spesifik bergantung pada jenisnya, yakni:
1. Hernia umbilikalis ditandai dengan munculnya benjolan lunak di pusar atau sekitar pusar. Kondisi ini dapat terjadi ketika lubang tali pusar tidak tertutup sempurna setelah bayi lahir. Saat bayi dalam kandungan, tali pusar menjadi penghubung antara bayi dan ibu.
Ketika bayi lahir dan tali pusar puput, pusar bayi seharusnya akan langsung menutup. Namun, pada beberapa bayi, otot di sekitar perut atau pusar tidak menutup dengan sempurna. Saat itu, bagian dari usus atau jaringan lemak mendorong area di sekitar pusar bayi sehingga terjadilah hernia umbilikalis.
Hernia umbilikalis paling sering terjadi pada bayi yang terlahir prematur atau bayi yang punya berat badan rendah saat lahir. Hernia jenis ini biasanya akan muncul dan membesar saat bayi menangis, tertawa, atau batuk, karena menyebabkan pusar bayi menonjol keluar, namun akan mengempis kembali saat bayi sedang terdiam atau berbaring.
2. Hernia inguinalis disebabkan oleh sebagian usus yang menjulur dari rongga perut bawah dan mencuat ke daerah sekitar alat kelamin. Kondisi ini dapat menyerang bayi laki-laki dan perempuan. Namun kasus hernia inguinalis lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki, terutama mereka yang lahir prematur.
Untuk mengetahui apakah Si Kecil memiliki hernia inguinalis, perhatikan area alat kelaminnya. Lihat apakah ada benjolan sebesar ibu jari pada selangkangan atau kantung buah zakar bayi, terutama ketika ia sedang menangis atau aktif bergerak. Jika ada, kemungkinan bayi memiliki hernia inguinalis.
Cara mengatasi hernia pada bayi
Jika merasa ciri-ciri hernia terlihat pada bayi, Moms bisa langsung bawa Si Kecil ke rumah sakit untuk mendapat pemeriksaan lebih lanjut. Dokter akan memastikan apakah tonjolan tersebut hernia atau bukan.
Hernia umbilikalis biasanya akan menghilang dengan sendirinya setelah bayi berumur 1-2 tahun. Namun, kondisi tersebut kadang bisa bertahan lebih lama. Jika tonjolan itu tidak hilang hingga Si Kecil berusia 5 tahun, atau jika tonjolan itu menyebabkan nyeri, diiringi oleh pembengkakan yang parah, atau teksturnya berubah menjadi keras, maka kemungkinan jalan operasi harus dipilih.
Sementara untuk hernia inguinalis, jenis ini tidak bisa hilang tanpa bantuan operasi. Operasi perlu dilakukan guna menghindari tonjolan bertambah besar, bertekstur keras, dan menghitam. Karena jika dibiarkan, hal tersebut akan berisiko merusak jaringan pada tubuh bayi secara permanen. (M&B/SW/Foto: Freepik)