Selain memukul, saat sedang marah biasanya anak-anak, khususnya balita, juga suka menggigit orang yang menyulut amarahnya. Menggigit ini adalah reaksi langsung dari seorang anak atas kekesalannya tentang sesuatu, dan perilaku ini bisa sangat menyakitkan serta berbahaya, lho!
Mungkin Moms atau Dads bisa menerima perilaku buruk Si Kecil ini. Namun sebagai orang tua, tentu Anda juga khawatir bila Si Kecil akan menggigit teman atau orang lain saat ia marah atau kesal. Tentunya ini merupakan situasi yang dihindari setiap orang tua. Tak heran bila Anda mencari cara untuk mengatasi perilaku buruknya ini.
Penyebab Anak Suka Menggigit saat Marah
Sebelum Anda menerapkan segala cara untuk membuatnya berhenti menggigit ketika marah, Moms perlu tahu dulu penyebab Si Kecil suka menggigit ketika ia marah. Seperti dilansir laman BabyGaga, Dina Hirshfeld-Becker, salah satu pendiri dan direktur Program Terapi Perilaku Kognitif Anak di Rumah Sakit Umum Massachusetts mengungkapkan beberapa alasannya, seperti:
⢠Menggigit merupakan cara anak untuk mengekspresikan perasaannya secara lisan
Balita tidak memiliki keterampilan untuk mengekspresikan rasa frustrasinya atau menggunakan jenis keterampilan negosiasi apa pun, dan secara perkembangan ia belum mampu mengatur emosinya. Karena itu, ia akan mengungkapkan kekesalan atau kemarahan dengan cara menggigit atau memukul.
⢠Si Kecil penasaran
Saat balita menggigit ketika marah, ia ingin melihat bagaimana reaksi orang lain jika ia melakukan itu. Pasalnya, balita juga masih menjelajahi dunianya, dan ia masih melakukannya dengan mulut. Si Kecil juga tidak bermaksud untuk menyakiti Anda.
⢠Perilaku normal balita
Menggigit saat marah ini merupakan perilaku yang dianggap normal pada balita. Meski Moms bukan satu-satunya orang tua yang menghadapi perilaku buruk Si Kecil ini, tentu saja Anda tetap perlu tahu cara untuk menghentikan perilaku menggigit tersebut.
Cara Menghadapi Anak yang Menggigit saat Marah
Setelah mengetahui alasan mengapa Si Kecil menggigit saat marah, Moms perlu tahu cara menghadapinya berikut ini:
1. Temukan penyebab mengapa ia mengigit Anda
Dengan menemukan penyebab perilaku Si Kecil, tentu hal itu akan memudahkan Anda mencegah masalah berulang. Cari tahu apakah ia menggigit karena sedang mencoba menarik perhatian Anda, atau mungkin ia sedang bosan, frustrasi, atau lelah, tetapi tidak memiliki kemampuan bahasa untuk mengatakannya kepada Anda. Atau penyebab lainnya karena ia sedang mengeksplorasi hukum sebab-akibat pada Anda.
2. Minta ia untuk berhenti menggigit
Saat Moms memintanya untuk berhenti menggigit, bicaralah dengan suara yang tenang dan tegas tanpa berteriak. Berlututlah untuk melakukan kontak tatap muka yang lebih baik dengan Si Kecil, lalu katakan "Jangan menggigit ya, Nak." Ingatkan Si Kecil untuk tidak menggigit setiap kali ia berusaha melakukan hal tersebut, agar ia tak mengulanginya lagi.
3. Menjauh dari Si Kecil
Bantu anak Anda memahami konsekuensi dari tindakannya. Saat Si Kecil menggigit, dudukkan ia di lantai dan menjauhlah darinya. Begitu Anda menjauh darinya, ia akan mengerti bahwa menggigit menghilangkan kesempatannya untuk bermain dan mendapat hadiah. Kemudian tekankan pesan bahwa ia tidak boleh menggigit dengan nada tenang.
4. Perkuat perilaku baik Si Kecil
Penguatan positif atau positive reinforcement ini dipercaya dapat membantu anak Anda berhenti menggigit. Berusahalah untuk memuji, memberi hadiah, atau memeluk Si Kecil saat ia berperilaku baik. Nantinya, ia akan mengerti bahwa menggigit membuat Anda menjauh, tetapi tindakan yang baik akan membuat Anda lebih dekat dengannya.
5. Jangan memukul atau menggigit anak Anda
Bila Moms membalasanya dengan cara yang sama atau menggunakan kekerasan fisik, perilaku tersebut tidak saja bisa menegaskan pada Si Kecil bahwa tidak apa-apa untuk menggigit tetapi juga dikhawatirkan bisa menyebabkan masalah perilaku lainnya.
Meski perilaku menggigit Si Kecil ini menyebalkan dan bahkan mungkin menyakitkan, jangan mendisiplinkan ia dengan cara menghukumnya ya, Moms. Jangan khawatir, perilaku menggigit ini juga biasanya akan berhenti ketika anak berusia sekitar 3 hingga 4 tahun. Namun bila masih berlanjut, jangan ragu pula untuk berkonsultasi dengan dokter anak Anda. (Vonda Nabilla/SW/Dok. Freepik)