Radang amandel atau tonsilitis merupakan salah satu gangguan kesehatan yang rentan dialami oleh anak-anak, tidak terkecuali pada bayi. Pada dasarnya, amandel, dua kelenjar getah bening berbentuk oval yang terletak di kedua sisi belakang tenggorokan, berfungsi untuk melindungi sistem pernapasan bagian atas dari virus dan bakteri yang masuk ke tubuh melalui hidung atau mulut. Meskipun begitu, organ yang satu ini dapat mengalami infeksi sendiri yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Inilah yang kemudian menyebabkan radang amandel atau tonsilitis.
Lantas, apa saja tanda dan gejala radang amandel atau tonsilitis? Dan bagaimana cara mengobatinya? Berikut ini, M&B telah merangkumnya untuk Anda, Moms.
Gejala tonsilitis pada bayi
Tonsilitis bisa disebabkan oleh virus atau bakteri -paling sering disebabkan oleh virus flu biasa. Virus ini menyebar melalui udara atau melalui kontak langsung. Berada di dekat orang lain yang menderita tonsilitis juga bisa membuat Si Kecil terkena gangguan kesehatan ini.
Penularannya hampir serupa dengan flu. Jika disebabkan oleh virus, tonsillitis dapat menular selama sekitar 7-10 hari. Sementara tonsilitis yang disebabkan oleh bakteri, terutama jika tidak mendapatkan pengobatan, dapat menular selama sekitar 2 minggu.
Radang amandel sering terjadi pada masa kanak-kanak, meskipun tidak menutup kemungkinan jika gangguan kesehatan ini bisa menyerang anak-anak di bawah usia 2 tahun. Gejala radang amandel biasanya akan mulai mereda setelah 3-4 hari. Namun, beberapa kasus tonsilitis bisa menjadi lebih parah, terutama jika disebabkan oleh bakteri, dan memerlukan perawatan dari dokter.
Melansir dari laman The Bump, sakit tenggorokan merupakan gejala umum tonsilitis. Pada bayi yang belum bisa berbicara, gejala yang satu ini tentu sulit untuk Moms ketahui. Untuk itu, perhatikan nafsu makan dan air liur Si Kecil. Bayi yang mengeluarkan air liur lebih banyak daripada biasanya dan nafsu makannya menurun dikarenakan sakit saat menelan bisa menjadi gejala tonsilitis.
Gejala tonsilitis lainnya termasuk demam (suhu di atas 38 derajat Celsius), perubahan suara (suara serak), bau mulut, sakit kepala, sakit telinga, batuk, rasa mual, dan rasa tidak enak badan secara keseluruhan.
Dalam kasus yang lebih parah, biasanya terkait dengan infeksi bakteri, anak dengan tonsilitis mungkin mengalami pembengkakan kelenjar di lehernya, bercak nanah putih di amandel, dan bau mulut. Moms harus segera menghubungi dokter jika melihat bintik-bintik putih pada amandel Si Kecil, jika anak mengalami penurunan nafsu makan disebabkan sulit menelan karena sakit tenggorokan, atau jika Si Kecil masih memiliki gejala tonsilitis lebih dari 4 hari.
Apa cara terbaik untuk mengobati tonsilitis pada bayi?
Natasha Burgert, MD, FAAP, dokter anak di Pediatric Associates di Kansas City, Missouri, mengatakan bahwa perawatan terbaik tonsilitis untuk anak di bawah usia 2 tahun adalah dengan pengobatan simtomatik, yakni pengobatan yang bertujuan untuk meredakan gejala tanpa mengatasi penyebab utama penyakit.
Pemberian obat penghilang rasa sakit seperti asetaminofen atau ibuprofen, dapat membantu meringankan rasa sakit dan menurunkan demam. Berikan makanan yang lebih lunak, seperti pisang atau puding, ini akan lebih memudahkan Si Kecil untuk menelan dan makan.
Berikan juga lebih banyak cairan, karena sangat mudah bagi Si Kecil untuk mengalami dehidrasi saat menderita tonsilitis. Pastikan anak mendapat istirahat yang cukup untuk membantu meredakan gejalanya. Untuk radang amandel yang disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter biasanya akan meresepkan antibiotik.
Dalam kasus tertentu, dokter mungkin akan merekomendasikan operasi amandel, yaitu operasi untuk mengangkat amandel, jika amandel Si Kecil sudah terlalu terinfeksi atau terlalu besar sehingga membuatnya sulit bernapas di malam hari.
Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah tonsilitis pada bayi?
Tidak ada hal khusus yang dapat dilakukan untuk mencegah tonsilitis pada bayi. Namun, hal terbaik yang dapat Anda lakukan adalah rajin mencuci tangan Si Kecil, terutama selama musim batuk dan flu, serta menjauhkan ia dari orang-orang yang sakit. (Fariza Rahmadinna/SW/Dok. Freepik)