Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Mom of the Month: Alinka Hardianti

Mom of the Month: Alinka Hardianti

Setelah menikah dan memiliki buah hati, tak sedikit perempuan yang mengorbankan kariernya demi fokus mengurus rumah tangga dan anak. Namun pembalap Alinka Hardianti (29) membuktikan bahwa peran sebagai istri dan ibu yang kini ia sandang tidak lantas begitu saja menghentikan karier yang telah ia rintis sejak muda belia. Ia yakin bahwa setiap perempuan bisa menjalani dan bertanggung jawab dengan multiperan yang dilakukan.

Dunia balap memang identik dengan kaum laki-laki. Namun bukan berarti perempuan tak bisa memiliki karier dan prestasi di dunia satu ini. Seperti Alinka Hardianti, pembalap yang turun di empat kategori yakni slalom, driffting, touring, dan offroad, yang semakin menunjukkan eksistensinya.

Meski kini fokusnya mulai terbagi antara karier, rumah tangga, dan perannya sebagai ibu, istri dari seorang offroader, Andi Baihaki, ini tetap ingin mempertahankan kariernya tanpa mengesampingkan urusan keluarga.

Nah, kali ini M&B mengajak Anda berkenalan lebih jauh dengan Mom Alinka, mulai dari kisahnya terjun ke dunia balap, bagaimana cara ibu dari Amara Hanathalia Baihaki (22 bulan), mempertahankan prestasinya, menilik kehidupannya sebagai seorang ibu, dan cerita seru lainnya. Yuk, simak selengkapnya obrolan seru M&B bersama Alinka Hardianti yang menjadi Mom of the Month Juli 2021 berikut ini!

Bagaimana awalnya menyukai dunia balap?

Awalnya karena ayah saya, kebetulan beliau adalah seorang pembalap, jadi memang sejak kecil saya sudah akrab dengan lingkungan balap. Nah, kebetulan saat masih SD saya sering ikut beliau latihan balap. Karena saya merasa postur saya cukup tinggi, jadi saya minta diajari menyetir mobil.

Pertama saya belajar mobil matic dulu. Lalu saat mau belajar mobil manual, ternyata yang ada hanya mobil balap ayah saya. Karena mobilnya sudah spec untuk balap dan saya sudah sering liat orang latihan ngepot, jadilah saat latihan itu saya langsung belajar ngepot-ngepot. Dari situ pula mungkin ayah saya melihat bahwa saya memang suka dan ingin balap.

Sempat ditentang untuk balapan? 

Ayah saya sempat tidak memperbolehkan saya untuk terjun ke dunia balap karena mungkin dulu beliau takut saya panas-panasan. Pasalnya saat saya awal berlatih slalom, latihannya itu harus menghafal trek dengan berjalan kaki, beda dengan balapan di sirkuit. Tapi karena beliau melihat saya memang ingin sekali balap, akhirnya beliau luluh dan memperbolehkan saya balap.

Nah, setelah saya latihan satu sampai dua tahun, kebetulan di tahun ketiga, saat saya berusia 16 tahun, saya dilirik oleh tim pabrikan, Toyota Tim Indonesia. Saat itu ayah saya mendukung untuk mencoba ambil tawaran tersebut. Setelah selang beberapa waktu, akhirnya saya pun jadi pembalap profesional. Berawal dari iseng balap, jadi serius dan berkarier sampai sekarang. Jadi mungkin memang passion saya di dunia balap ya, hehe.

Apa tantangan yang dihadapi ketika berkarier di dunia balap?

Tantangannya mungkin soal fisik, ya. Karena saya kan targetnya bukan hanya di kelas wanita, melainkan ada target umum atau nasional yang digabung dengan pembalap laki-laki. Tidak bohong lah ya, bahwa laki-laki pasti tenaganya lebih besar dan kuat, endurance juga pasti lebih kuat.

Kalau laki-laki sekali latihan saja sudah bisa membuat otot menjadi besar. Tapi kalau wanita harus latihan lima kali dulu lah. Jadi memang pembalap wanita itu latihan fisiknya harus lebih besar, harus latihan atau bekerja sekian kali lipat dulu untuk bisa menandingi pembalap laki-laki.

Bagaimana menanggapi omongan tidak mengenakkan tentang Anda yang berkarier sebagai pembalap?

Dulu sempat ada omongan-omongan seperti merendahkan, "Ngapain sih perempuan balapan, nanti suami dan anak mau dikasih makan apa, belajar masak sana!" Tapi kalau saya malah jadikan omongan tersebut sebagai motivasi.

Saya pikir memangnya kenapa kalau perempuan balapan, memangnya tidak boleh? Memangnya tidak bisa ya, perempuan punya karier dan prestasi di dunia balap, tetapi urusan rumah tangga dan anak tetap jalan? Jadi kasarnya keuruslah dua-duanya. Lagi pula, bagi saya kehadiran anak pun tidak menghambat saya dalam berkarier. Karena alhamdullilah Amara anaknya tidak rewel dan mudah beradaptasi dengan orang-orang di sekitarnya. Kalau saya ajak latihan pun ia senang-senang saja.

Makanya omongan seperti itu justru jadi motivasi untuk saya bisa menunjukkan bahwa saya perempuan bisa menjalani multiperan itu. Kalau saya bisa berarti saya lebih hebat dong, daripada laki-laki atau dari perempuan yang juga sudah berumah tangga.

Dulu sempat ada omongan-omongan seperti merendahkan, "Ngapain sih perempuan balapan, nanti suami dan anak mau dikasih makan apa, belajar masak sana!" Tapi kalau saya malah jadikan omongan tersebut sebagai motivasi.

Bagaimana cara Anda mempertahankan karier di dunia balap?

Untuk mempertahankan karier dan mendapatkan prestasi di dunia balap pastinya dengan latihan. Latihan penting untuk mempertahankan skill kita. Saya sudah sempat coba beberapa kali latihan lagi dan sepertinya sih, skill-nya masih ada. Seiring berjalannya waktu, dengan rajin latihan saya yakin masih bisa fight di dunia balap.

Saat hamil, apa Anda vakum dari dunia balap?

Kebetulan kehamilan pertama saya ini sesuai rencana, ya. Jadi bisa dibilang tidak menganggu aktivitas balap saya. Kebetulan kan saya menikah di pertengahan tahun 2018, dan saat itu saya masih ada kontrak balap. Awal-awal menikah sempat deg-degan sih, kalau nantinya tiba-tiba hamil, tapi akhirnya sesuai rencana. Jadi 2018 saya selesaikan dulu segala seri balap tahun itu. Nah, di tahun 2019 memang sudah mau merencanakan kehamilan, dan alhamdullilah selesai seri terakhir di bulan Desember. Lalu bulan Januari saya cek, ternyata positif hamil dan syukurnya kehamilan pertama saya berjalan lancar.

Bagaimana setelah melahirkan Si Kecil?

Setelah melahirkan di tahun 2019, saya inginnya sudah bisa balap lagi di tahun 2020, karena saya pikir Amara kan sudah berusia 6 bulan. Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain, tahun 2020 pandemi. Mungkin hikmahnya saya disuruh fokus dulu mengurus anak dan memberi ASI eksklusif untuknya, ya. Tapi sembari mengurus anak, sebenarnya saya ada event colongan, hehe.

Saya merasakan saat Amara masih usia 3 bulan, saya bawa dia ke arena balap. Kalau sedang keasyikan balapan saya suka ditelepon oleh ibu saya yang membantu jaga Amara, karena dua jam sekali ia kan harus menyusu. Jadi saat itu saya menyusui Amara di mobil dan harus ganti baju dulu, mengelap badan karena berkeringat dan terkena debu, kan. Jadi lumayan ribet ya, harus gonta-ganti baju berkali.

Semua hal menyenangkan sih, bagi saya saat jadi ibu, termasuk menggantikan popok anak. Karena ini merupakan momen di mana saya hanya berdua dengan anak saya, kami bisa ngobrol berdua, atau sambil mengajarkanya nama-nama anggota tubuh. 

Bagaimana cara Anda bonding dengan Amara?

Bonding-nya sih dengan sering mengajak Amara ngobrol. Berdasarkan informasi yang saya baca, yang penting anak itu memang harus sering diajak ngobrol, kita beri perhatian. Saya sih merasa sudah memberi perhatian lebih pada Amara, tapi sepertinya ia masih suka cari perhatian terus nih, hehe. Mungkin karena ia adalah cucu pertama di keluarga saya maupun suami, jadi ia terbiasa jadi pusat perhatian. Nah, ketika ia tidak jadi pusat perhatian, ia pasti akan cari perhatian, deh.

Apa hal paling menyenangkan saat jadi ibu?

Semua hal menyenangkan sih, bagi saya, termasuk menggantikan popok anak. Karena ini merupakan momen di mana saya hanya berdua dengan anak saya, kami bisa ngobrol berdua, atau sambil mengajarkanya nama-nama anggota tubuh. Menurut saya ini momen yang intimate yang tidak bisa terulang. Karena anak kan, cepat sekali besarnya. Momen tidur berdua, mengajarkan Amara berhitung, menyenangkanlah waktunya kalau sama anak, tuh. 

Sejak punya anak, apa Anda jadi lebih hati-hati saat berlatih maupun saat kompetisi balap?

Inginnya sih selalu hati-hati ya, karena ingat saya sudah punya anak. Tapi kenyataanya kalau sudah di dalam mobil suka lupa. Saat putaran pertama kadang suara gas mobil masih halus, mungkin jiwa ibu-ibunya keluar karena ingat anak. Tapi kalau sudah makin lama di dalam mobil ya sudah lupa, ngegasnya sudah "galak", jiwa setengah laki-lakinya keluar lagi, haha.

Apakah kelak Si Kecil harus jadi pembalap?

Saya tidak pernah berpikir seperti itu, sih. Tapi kalau ayahnya sepertinya memang ingin Amara terjun di dunia balap. Amara belum genap berusia dua tahun saja sudah punya mobil balap mainan. Kalau saya pribadi inginnya Amara mencoba semua hal dan harus mencari passion-nya sendiri. Karena saya yakin setiap anak pasti punya keinginannya masing-masing. Tapi tidak menutup kemungkinan akan saya arahkan secara halus ke dunia balap sih, haha. Seperti saat saya kecil dulu lah, saya ajak latihan balap, ke bengkel, jadi secara tidak langsung kan mendoktrinnya secara halus, ya.

Setuju tidak kalau kaum laki-laki itu lebih jago nyetir dibandingkan perempuan?

Tergantung nih, perempuannya siapa, kalau saya perempuannya sih jago, haha. Mungkin karena menyetir mobil itu dianggap hal yang memang cowok banget ya, makanya dibilang demikian. Tapi jangan salah, perempuan itu lebih pintar masalah multitasking saat menyetir mobil. Laki-laki mana bisa menyetir mobil sambil makeup-an? Karena laki-laki kalau mengerjakan satu hal kan, hanya bisa fokus ke hal tersebut. Untuk masalah kehati-hatian, perempuan juga lebih unggul.

Bisa berbagi tips aman berkendara untuk para ibu?

Saat berkendara, apalagi sambil membawa anak, pastikan Si Kecil duduk di car seat agar ia tidak menganggu kita saat menyetir. Bawa mainan yang aman agar anak punya kesibukan sendiri, atau taruh mainan yang bisa ditempel di mobil. Perhatikan juga posisi tangan Anda saat menyetir, pastikan berada di posisi ideal, yaitu di tengah-tengah, tidak terlalu dekat atau jauh dari setir mobil. Usahakan untuk menjauhkan barang-barang yang tidak penting, perintilan kecil seperti rol rambut, sisir, makeup, sepatu, dan segala barang yang bisa mendistraksi kita saat menyetir. Hal ini bertujuan bila anak kita rewel di mobil, kita fokus menyetir sembari menenangkan anak, bukan sibuk dengan barang-barang tersebut. Lebih baik lagi saat anak rewel Moms menepi terlebih dahulu di jalan lalu tenangkan anak, baru lanjutkan perjalanan.

(Vonda Nabilla/SW/Foto: Insan Obi/Digital Imaging: Bagus Ragamanyu Herlambang/MUA: Ferina @Makeup.byfey student of @givencymakeupacademy/Lokasi: Juragan99 x AR Drift School, @juragan99xar)