Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

7 Cara Tumbuhkan Sikap Empati agar Anak Tidak Menjadi Pribadi Egois

7 Cara Tumbuhkan Sikap Empati agar Anak Tidak Menjadi Pribadi Egois

Empati bisa diartikan sebagai keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasikan dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang maupun kelompok lain. Empati merupakan sifat yang perlu diajarkan kepada anak sejak dini.

Dengan belajar berempati sejak kecil, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak egois dan mampu menjalin hubungan baik dengan orang-orang di sekitarnya. Nantinya, Si Kecil juga akan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap mereka yang berada di sekitarnya dan bersedia meminta maaf ketika ia melakukan suatu kesalahan terhadap orang lain.

Lantas bagaimana mengajarkan sifat empati kepada Si Kecil, Moms? Simak caranya berikut ini seperti dilansir dari WebMD.

1. Mengembangkan kemampuan membaca emosi

Michele Borba, EdD, penulis buku Unselfie: Why Empathetic Kids Succeed in Our All-About-Me World, mengatakan bahwa kebanyakan anak masa kini terlalu sibuk menggunakan gadget. Mata mereka hanya terpaku pada layar gawai, sehingga tidak memperhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya.

Karena itu, Moms perlu membatasi screen time Si Kecil. Sebagai gantinya, ajarkan ia berkomunikasi dengan cara berbicara dan melihat langsung ke wajah lawan bicaranya. Dengan begitu, ia akan belajar membaca emosi orang lain melalui perubahan raut wajah maupun intonasi dalam berbicara.

Anda juga bisa membiasakan anak untuk makan bersama keluarga di meja makan tanpa gangguan gawai. Sambil makan, Anda mungkin bisa mengajak Si Kecil berbicara dan melihat antara yang satu dengan yang lain, sehingga bisa lebih mengerti perasaan orang lain.

2. Ajarkan nilai-nilai di keluarga Anda

Anak akan tumbuh besar dengan membawa nilai-nilai yang ada di keluarganya. Untuk itu, Anda bisa memberitahunya apa saja prinsip yang dipahami di keluarga Anda. Misalnya, keluarga Anda adalah keluarga yang menjunjung tinggi kejujuran, kasih sayang, dan tanggung jawab, maka Anda perlu berulang kali memberitahukan hal itu kepada Si Kecil. Bukan sekadar "menceramahi" Si Kecil, Moms juga perlu memberikan contoh secara nyata nilai-nilai yang ada di keluarga Anda.

3. Mengenal perasaan orang lain

Moms bisa mengajarkan anak untuk mengenali perasaan orang lain. Misalnya, ketika Si Kecil memukul temannya, maka Anda bisa bertanya kepadanya "Menurut kamu, bagaimana perasaan dia ketika dipukul?" Atau ketika Anda menyaksikan film bersama Si Kecil, Anda juga bisa menanyakan hal serupa terhadap salah satu karakter dalam film. Jangan bosan menanyakan hal semacam ini kepada Si Kecil hingga ia terlatih untuk mengidentifikasi perasaan orang lain sekaligus menumbuhkan rasa empatinya.

Baca juga: Tips Mengatasi Anak yang Bersikap Kasar saat Marah

4. Belajar dari buku

Anak tidak hanya bisa belajar empati dari nasihat Moms dan Dads, melainkan juga dari sumber lain seperti film maupun buku. Anda bisa membacakan Si Kecil buku-buku berkualitas yang mengajarkan rasa empati serta peduli terhadap orang lain sehingga sifat itu tertanam dalam dirinya sejak dini.

5. Mengelola emosi

Bukan hanya orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalami stres, lho. Saat Si Kecil stres atau merasa tertekan, sering kali kondisi ini menyebabkan rasa empatinya hilang. Itulah alasan Anda juga perlu mengajarkan anak untuk mengelola emosinya. Ajarkan Si Kecil untuk bernapas sejenak ketika sedang marah sehingga ia jadi lebih tenang dan bisa berpikir lebih jernih.

6. Biasakan bersikap ramah

Anak-anak adalah peniru yang ulung. Jika Moms ingin Si Kecil menjadi sosok yang ramah dan peduli terhadap orang lain, maka Anda juga harus memperlihatkan hal yang sama di hadapannya. Tidak perlu selalu memberikan contoh dengan bersedekah atau memberikan sumbangan. Anda juga bisa mengajarkan bersikap ramah dengan cara tersenyum ketika bertemu orang lain, saling bertegur sapa menanyakan kabar, atau membantu membukakan pintu saat berada di minimarket.

7. Belajar menyelesaikan konflik

Terkadang, konflik sangat sulit untuk dihindari. Namun, yang terpenting adalah anak mengetahui cara menyelesaikan konflik tersebut dengan baik, misalnya dengan berbicara atau mungkin bernegosiasi. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freepik)