Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Silent Treatment, Solusi atau Justru Merusak Hubungan?

Silent Treatment, Solusi atau Justru Merusak Hubungan?
People photo created by bearfotos - www.freepik.com

Moms, apakah Anda suka melakukan gerakan tutup mulut atau enggan berbicara saat sedang kesal terhadap suami? Sikap memutus komunikasi ketika sedang berkonflik dengan seseorang seperti ini, disebut dengan istilah silent treatment.

Silent treatment merupakan sikap ketika seseorang lebih memilih untuk diam dan mengabaikan orang lain yang sedang berkonflik dengannya. Perlakuan semacam ini tidak hanya terjadi di dalam rumah tangga, tapi juga dalam skala yang lebih luas. Misalnya dengan teman, rekan kerja, atau bahkan saudara sendiri.

Menurut situs Medical News Today, seseorang bisa melakukan silent treatment dengan tujuan:

* Untuk menghindar: Dalam beberapa kasus, orang memilih diam karena tidak tahu harus berbicara apa atau ingin menghindari konflik.

* Komunikasi: Diam juga merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi. Biasanya, seseorang memilih untuk diam di hadapan orang tertentu untuk menunjukkan bahwa dirinya sedang kesal.

* Hukuman: Silent treatment juga bisa digunakan sebagai bentuk hukuman terhadap seseorang atau cara mengontrol orang lain. 

Perilaku silent treatment bukanlah sikap yang dilakukan sementara untuk menenangkan diri atau meredam emosi. Pelaku silent treatment bisa memperlihatkan sikap ini dalam jangan waktu yang panjang, berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan.

Sekilas, silent treatment terkesan sebagai cara paling aman untuk menghindari konflik dengan seseorang. Padahal kenyataannya tidak seperti itu.

Memengaruhi hubungan

Dalam sebagian besar kasus, silent treatment terbukti bukan cara paling efektif untuk mengatasi konflik. Penelitian menunjukkan bahwa baik wanita maupun pria kerap menggunakan silent treatment saat ada masalah dalam hubungan mereka.

Akan tetapi sikap semacam ini justru menghalangi seseorang untuk menyelesaikan konflik dengan cara yang baik. Faktanya, komunikasi yang jelas dan dilakukan secara langsung adalah cara yang paling tepat untuk membangun hubungan yang sehat.

Ketika seseorang ingin membicarakan tentang sebuah masalah tapi pasangannya memilih diam atau menarik diri, maka hal ini justru akan menyulut emosi seperti kemarahan atau bahkan stres. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 2012, seseorang yang terlalu sering merasa diabaikan maka ia juga memiliki kepercayaan diri yang rendah.

Selain itu, seseorang yang menggunakan silent treatment untuk menghindari konflik justru akan terus merasa kesal atau sedih karena tidak memiliki kesempatan untuk membicarakan masalahnya. Bisa dibilang, silent treatment justru akan mengganggu hubungan walau tujuannya adalah untuk menghindari konflik.

Efek silent treatment

Seperti yang telah disebutkan, orang yang melakukan silent treatment tidak akan menemukan solusi dari masalah mereka. Sedangkan orang yang mendapat perlakuan silent treatment mungkin akan mengalami hal-hal berikut ini:

* Kebingungan

* Marah

* Merasa ditolak dan dikucilkan

* Merasa tidak dihormati, dihargai, atau dicintai

* Putus asa

* Rasa percaya diri yang rendah

* Frustrasi.

Mengingat silent treatment memiliki lebih banyak efek negatif ketimbang positifnya, maka cara ini tentunya bukan pilihan paling tepat untuk mengatasi konflik, khususnya dalam rumah tangga. Moms dan Dads lebih baik berkomunikasi atau berbicara secara langsung saat menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Menghadapi silent treatment

Apabila Anda menghadapi silent treatment dari pasangan, jangan langsung tersulut emosi. Lakukan hal berikut ini untuk meredakan silent treatment.

1. Melakukan pendekatan secara baik-baik

2. Ungkapkan perasaan dengan jujur

3. Bersikap tenang

4. Fokus pada diri sendiri. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)