Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Waspada, Pandemi juga Bisa Picu Masalah Mental pada Anak

Waspada, Pandemi juga Bisa Picu Masalah Mental pada Anak
Family photo created by freepik - www.freepik.com

Pandemi COVID-19 telah melanda Indonesia selama lebih dari satu tahun. Bukan hanya orang dewasa, anak-anak pun sudah mulai terkena dampaknya secara emosional.

Tak sedikit orang tua yang merasa sedih, takut, merasa tak nyaman, dan frustrasi menghadapi berbagai masalah yang datang selama masa pandemi ini. Tanpa disadari, anak-anak juga merasakan hal yang sama. Hanya saja, efek segala emosi yang berkecamuk di benak orang dewasa dan anak-anak berbeda.

Saat berada dalam tekanan, orang dewasa cenderung lebih sering marah-marah, lebih cepat emosi, enggan berkomunikasi, dan mengalami demotivasi. Sedangkan pada anak-anak, stres bisa membuat mereka sulit untuk diajak bekerja sama, tantrum, mencari perhatian lebih, serta malas atau bahkan mogok sekolah.

Faktanya, anak cenderung merasa stres karena efek dari orang tua juga. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa emosi yang dipendam orang tua selama masa pandemi juga bisa menular kepada anak-anak.

"Sama halnya dengan orang tua, selama pandemi, anak-anak juga bisa merasakan sedih, takut, tidak aman, dan frustrasi. Bedanya, orang tua lebih mampu untuk mengelola dan mengekspresikan emosinya," ungkap Fathya Artha Utami, M.Sc., M.Psi., psikolog yang menjadi pembicara dalam kegiatan perayaan Hari Anak Nasional: Tokopedia Gandeng Ahli Bagikan Tips Jaga Kesehatan Mental Anak Saat Pandemi, pada Kamis (22/7) lalu. 

"Perubahan perilaku dan emosional, serta adanya keluhan fisik pada anak adalah beberapa ciri stres yang bisa dialami oleh mereka. Kepekaan orang tua untuk mendeteksi perilaku stres pada anak sangat dibutuhkan demi menjaga kesehatan mental keluarga. Caranya bisa dengan mengomunikasikan emosi dengan anak secara jujur agar kita tahu kebutuhan mereka," lanjutnya.

Mengomunikasikan emosi

Lantas bagaimana caranya mengomunikasikan emosi dengan anak-anak? Moms bisa mencoba cara berikut ini:

* Cek emosi secara reguler

* Jujur dengan emosi yang dirasakan orang tua

* Bersama anak, menerima emosi yang dirasakan

* Bersama anak, menyusun strategi yang menenangkan

* Semua emosi valid dan diterima.

Dengan kata lain, Anda sebagai orang tua juga perlu memberitahu anak bahwa bukan masalah jika ia merasakan berbagai emosi di dalam dirinya selama masa pandemi ini. Namun yang tak kalah penting, Anda juga perlu mengajarkan anak untuk mengelola emosi tersebut agar tidak menimbulkan efek negatif.

Dalam mendampingi anak mengelola emosi, Moms harus HADIR (Hadapi, Anggap, Dengarkan, Ingat, dan Rembukan) dengan artian:  

1. Hadapi dengan tenang

2. Anggap semua perasaannya penting

3. Dengarkan tanpan distraksi

4. Ingat untuk membantu menamai emosi anak

5. Rembukan opsi, batasan, dan solusi masalah.

Strategi bahagia di rumah

Namun sebelum Moms membantu anak untuk belajar mengelola emosi, terlebih dahulu Anda juga perlu menyusun strategi agar bisa bahagia di rumah selama masa pandemi. Seperti telah disebutkan di atas, emosi anak bisa saja berasal dari orang tua.

Jadi, jika Moms merasa sedih dan tertekan, maka anak akan merasakan hal yang sama. Sebaliknya, apabila Moms happy maka anak juga akan ikut bahagia. Memang tidak mudah untuk merasa bahagia di tengah masa sulit seperti ini, tapi Moms bisa menerapkan strategi sebagai berikut:

* Menerima keadaaan

* Membuat rutinitas

* Membagi tugas dan tanggung jawab

* Choose your battle wisely. Dengan kata lain, Anda harus bisa menetapkan prioritas dalam menghadapi masalah sehari-hari

* Merawat dan menjaga diri sendiri

* Mengenali sumber kebahagian dan ketenangan, misalnya Moms bisa menenangkan diri dengan beryoga sambil menghirup aroma essential oil. (Wieta Rachmatia/SW/Dok. Freepik)