Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

5 Komentar yang Tidak Perlu Dilontarkan ke Pasien COVID-19

5 Komentar yang Tidak Perlu Dilontarkan ke Pasien COVID-19

Saat ini angka COVID-19 di Indonesia sedang sangat tinggi. Menurut data Covid19.go.id per tanggal 26 Juli 2021, sudah hampir 3,2 juta rakyat Indonesia terkonfirmasi positif COVID-19. Walau vaksin sudah mulai diberikan, namun bukan berarti Anda jadi kebal corona lho, Moms! Semua orang bisa terinfeksi virus mematikan ini jika sedikit saja lalai dan kurang memperketat protokol kesehatan.

Dukungan semangat secara virtual adalah hal termudah yang bisa kita berikan pada pasien COVID-19 dan keluarganya. Namun perlu diingat, saat sedang berkomunikasi secara virtual dengan pasien dan penyintas COVID-19, ada hal-hal yang sebaiknya tidak perlu Anda ucapkan agar tidak menyingung perasaannya. Apa saja hal tersebut? Read on, Moms.

Kok, bisa kena COVID-19?

Di pandemi ini kita sudah dikepung virus corona yang terus bermutasi menjadi varian-varian baru yang semakin ganas. Pertanyaan kenapa bisa terinfeksi, sepertinya hanya basa-basi yang tidak perlu dilontarkan. Siapa saja tentu bisa terkena COVID-19, terlebih varian baru corona sudah semakin berbahaya dan bisa dengan mudahnya menyerang manusia.

Tidak perlu menghakimi pasien dan segala aktivitasnya ya, Moms. Dukung dan doakan ia lekas sembuh adalah bentuk komunikasi terbaik. Jangan lupa ingatkan dengan sopan pasien dan keluarganya untuk lebih memperketat protokol kesehatan 5M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas).

Ketularan siapa?

Seperti yang Moms ketahui, mereka yang positif COVID-19 pun belum tentu memiliki gejala. Saat Anda bertemu orang lain yang terlihat sehat pun masih ada risiko terpapar virus yang tanpa disadari bisa Anda sebarkan juga ke orang lain. Sangat sulit untuk mengetahui siapa tertular siapa, dan pertanyaan seperti ini hanya membuat pasien COVID-19 semakin resah. Bukankah lebih baik untuk menghiburnya dengan kalimat penyemangat? Dukungan teman-teman bisa jadi immune booster tersendiri agar pasien cepat sembuh, lho!

Sudah vaksin, kok masih kena COVID-19?

World Health Organization (WHO) menegaskan kalau vaksin tidak menjamin seseorang kebal COVID-19. Vaksin hanya membantu melindungi, dan jika orang yang telah divaksin masih terkena COVID-19, maka gejalanya akan lebih ringan.

"Vaksin tidak 100% membuat kita kebal terhadap COVID-19. Namun, akan mengurangi dampak yang ditimbulkan jika kita tertular COVID-19. Untuk itu, meskipun sudah divaksinasi, masyarakat harus tetap menerapkan protokol Kesehatan 5M," tulis Covid19.go.id.

Jika seseorang yang Anda ketahui sudah vaksin masih terkena COVID-19, tidak perlu mengajaknya debat soal efektivitas vaksin. Lebih baik bangun komunikasi yang saling dukung, bukan saling tuduh.

Kalau pergi suka enggak pakai masker, ya?

Komentar menghakimi seperti ini tentunya tidak elok untuk dilontarkan ke pasien atau penyintas COVID-19. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sangat disarankan untuk menciptakan suasana yang tidak menghakimi saat berbicara dengan pasien yang sedang terinfeksi virus corona.

CDC juga menyarankan untuk berbicara dengan pikiran terbuka (lebih open-minded), karena semua orang memiki kisah uniknya masing-masing. Daripada menghakimi, lebih baik memberi dukungan semangat ya, Moms.

Makanya kerja dari rumah saja!

Wah, kalau saja semua orang bisa bekerja dari rumah tanpa mengurangi penghasilan, tentu saja tidak ada yang mau repot-repot keluar rumah. Sayangnya, tidak semua orang bisa mendapatkan kemewahan untuk bekerja dari rumah. Ada orang yang terpaksa mengais rezeki di luar rumah demi memenuhi kebutuhan keluarga.

Apakah bekerja dari rumah menjamin seseorang tidak terinfeksi COVID-19? Tentu saja tidak, Moms, jika tidak disertai protokol kesehatan yang ketat. Maka ketika mengetahui ada orang lain yang sedang terkena COVID-19, rasanya komentar soal WFH ini tidak tepat untuk dilontarkan, deh. (Tiffany/SW/Dok. Freepik)