Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Mengenal Embrio Aneuploid yang Dialami Istri Ifan Seventeen

Mengenal Embrio Aneuploid yang Dialami Istri Ifan Seventeen

Pasangan selebriti Ifan Seventeen dan Citra Monica sedang bersedih. Keinginan mereka untuk memiliki anak dalam waktu dekat tampaknya belum bisa terwujud. Program bayi tabung yang sedang mereka jalani ternyata mengalami kendala. Embrio yang akan ditanamkan ke dalam rahim sang istri kondisinya tidak baik.

View this post on Instagram

A post shared by Riefian Fajarsyah (@ifanseventeen)

Kabar tersebut diketahui dari unggahan Ifan Seventeen dalam akun instagramnya. Di situ, ia mengunggah 2 buah foto dirinya sambil merangkul sang istri dan mengungkapkan kesedihannya. Ifan menulis, "Dibilang sedih mah pasti sedih, dibilang kecewa ya pasti ada, ternyata embrio2 yang kita punya semuanya aneuploid, yang artinya dalam kondisi tidak baik jadi tidak disarankan untuk ditanam ke perut mamanya."

Meski masih diliputi kesedihan, Ifan dan sang istri mencoba untuk merelakannya. Di satu sisi, ia juga masih merasa bersyukur karena prosesnya terbilang masih awal dan belum terbentuk janin di dalam perut. "Ikhlas ga ikhlas, terima ga terima, kita mesti relain embrio2 yang ada yang kemaren udah sempet kita berdua liat pertumbuhannya (ga kebayang kalo udah jadi janin diperut sedihnya ya)," tulisnya.

Meskipun begitu, Ifan bersyukur sang istri terlihat kuat dan bersedia untuk mengulang kembali prosesnya dari awal. "Tapi alhamdulillahnya istriku kuat, dia mau coba lagi dari awal, dengan semua persiapan yang lebih detail, dengan suntik-suntikan lagi tiap malam. Jadi bidan suntik lagi deh saya," ujar Ifan.

Apa sih, embrio aneuploid itu?

Kondisi embrio aneuploid memang bisa terjadi saat program bayi tabung seperti yang dialami Citra Monica. Lantas, apa sih, sebenarnya embrio aneuploid itu? American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mendefinisikan aneuploid sebagai kondisi di mana embrio memiliki kelainan kromosom sehingga tidak dapat berkembang dengan normal dan umumnya akan terjadi kegagalan.

Menurut ACOG, risiko memiliki anak dengan aneuploid meningkat seiring bertambahnya usia seorang perempuan. Dalam perkembangannya, kromosom yang terbentuk bisa terlalu banyak maupun sedikit, bahkan terjadi kehilangan maupun penambahan DNA. Jika kehamilan dilanjutkan, anak bisa berisiko memiliki kromosom ekstra (trisomi) dan mengalami kelainan, seperti sindrom Down, Patau, atau Edwards.

Mengatasi masalah embrio aneuploid

Untuk mengatasi masalah ini diperlukan bantuan tes PGT-A (Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidies) guna meningkatkan peluang keberhasilan bayi tabung. Dilansir dari JawaPos.com, tes ini akan memeriksa jumlah kromosom embrio dan mengidentifikasi embrio aneuploid sebelum ditransfer pada program bayi tabung. Dengan begitu, nantinya hanya embrio dengan jumlah kromosom normal yang ditanamkan ke dalam rahim sehingga mengurangi risiko kegagalan atau keguguran.

Siapa saja yang dianjurkan untuk melakukan tes PGT-A ini?

1. Pasangan yang menjalani program bayi tabung

2. Pasien pada usia berapa pun yang mengalami keguguran saat menjalani program bayi tabung

3. Perempuan di atas usia 35 tahun yang menjalani program bayi tabung

4. Pasangan dengan riwayat keguguran berulang

5. Pasangan dengan riwayat positif kelainan kromosom dalam keluarga

6. Pembawa aberasi kromosom yang terdiagnosis. (M&B/SW/Dok. Instagram @ifanseventeen)