Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Mom of the Month: dr. Reisa Broto Asmoro

Mom of the Month: dr. Reisa Broto Asmoro

Pandemi yang tak kunjung usai ini membuat dr. Reisa Broto Asmoro (35) tergerak untuk memberikan edukasi kesehatan bagi semua orang. Ibu dari RR Ramania Putri Broto Asmoro (6) dan R. Satriyo Daniswara Broto Asmoro (3) ini pun mengaku sempat panik di awal pandemi, karena tak hanya ingin keluarganya saja yang aman dari COVID-19, tetapi juga seluruh rakyat Indonesia.

Berprofesi sebagai dokter, Reisa Broto Asmoro memang sudah sering mengedukasi seputar kesehatan melalui webinar dan akun media sosialnya. Pandemi kali ini membuat dr. Reisa prihatin, terlebih karena masih banyaknya hoaks yang beredar dan minimnya informasi tepercaya yang sampai ke telinga masyarakat. Untuk itu, dr. Reisa tergerak memberikan berbagai edukasi dan mengingatkan khalayak ramai untuk memperketat protokol kesehatan.

Semangat dan niat tulusnya membuat pemerintah memilih dr. Reisa menjadi Juru Bicara Penanganan COVID-19 Republik Indonesia dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru. Mendapat kepercayaan sebesar ini tentunya menjadi tanggung jawab besar yang harus ia emban.

Bagaimana caranya menjalani hidup sebagai dokter, Juru Bicara Penanganan COVID-19, Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, dan tentunya sebagai ibu 2 anak usia sekolah? Bertepatan dengan ulang tahun M&B yang ke-15, mari simak wawancara eksklusif Mother & Beyond dengan dr. Reisa Broto Asmoro yang menjadi Mom of the Month September 2021!

Mom of the Month: dr. Reisa Broto Asmoro

Apa saja kegiatan dr. Reisa saat ini?

Saat ini prioritas saya tentu masih mengurus keluarga, terlebih anak-anak sekarang masih online school, di mana saya harus jadi guru mereka, ya. Selain mengurus keluarga, saya juga ada kesibukan mengisi berbagai webinar dan sedang diberi tanggung jawab menjadi Juru Bicara Penanganan COVID-19.

Apa tantangan menjadi ibu di era pandemi?

Tantangan terberatnya adalah harus tetap waras jadi ibu di era yang banyak perubahan ini. Saya dan para ibu lainnya pasti merasakan juga harus juggling antara mengurus pekerjaan dan keluarga, khususnya mengurus anak yang tiba-tiba harus online school. Saya rasa pengalaman ini luar biasa banget dan sangat menantang. Dibutuhkan manajemen waktu yang sangat bagus dan support system yang bagus juga.

Mengajarkan anak tentang apa yang terjadi saat ini juga awalnya cukup menantang, karena pandemi ini tentunya hal baru ya bagi anak. Mereka pasti kaget kenapa tiba-tiba enggak boleh pergi ke sekolah, bertemu teman secara virtual, dan harus di rumah saja sampai pandemi selesai.

Sebagai orang tua juga saya awalnya bingung, karena tiba-tiba harus jadi guru bagi kedua anak saya, yang terkadang saya masih bingung bagaimana cara mengajar dengan efektif dan sabar seperti guru-guru di sekolah. Belum lagi awal pandemi juga harus mengajarkan anak agar patuh menerapkan protokol kesehatan dengan ketat, dari prokes 3M sampai sekarang sudah 6M. Wah, menerapkan berbagai kebiasaan baru pada anak memang hal paling menantang ya di era pandemi ini.

Ada strategi khusus menerapkan kebiasaan baru pada anak?

Saat awal pandemi, saya dan suami sepakat untuk tidak cuma menjelaskan tentang pandemi dan meminta anak untuk menerapkan protokol kesehatan, tapi juga dengan memberi contoh yang baik. Anak-anak jadi lebih mudah mengikuti kalau orang-orang di sekelilingnya mencontohkan kebiasaan baik. Alhamdulillah anak-anak bisa dengan cepat memahami pentingnya protokol kesehatan agar semua terhindar dari COVID-19, rantai penularannya cepat terputus, dan pandemi cepat berakhir.

Pandemi ini juga membuat saya memastikan anak-anak menjalankan gaya hidup sehat. Tadinya di sekolah kan mereka aktif, tidak di rumah saja di depan gadget. Nah, hal ini jadi “pekerjaan rumah” juga buat saya untuk mendorong anak tetap aktif bergerak selama. Jam tidur dan bangun pun tidak boleh berubah dengan waktu sekolah offline. Untuk menerapkan semua kebiasaan baru itu, menurut saya strategi termudahnya adalah dengan memberikan contoh.

Sebagai Juru Bicara, mana yang lebih sulit, mengedukasi anak atau orang dewasa?

Menurut saya keduanya sama-sama menantang. Terkadang ada anak-anak yang mudah diedukasi untuk menerapkan protokol kesehatan, tetapi ada juga yang harus berkali-kali diingatkan untuk menjalankan prokes dengan baik. Begitu juga dengan orang tua. Tetapi kebanyakan, anak-anak itu mau mendengarkan kalau diberi tahu oleh orang-orang terdekat yang mereka percaya. Kalau mau merangkul anak-anak, ya harus merangkul orang dewasanya dulu, karena dari orang dewasa itulah ada contoh baik yang bisa ditiru anak.

Sulitkah menjadi Duta Adaptasi Kebiasaan Baru?

Buat saya, kalau saya jadi Duta Adaptasi Kebiasaan Baru itu mungkin karena saya dari awal sudah menjalankan gaya hidup seperti itu, sudah sangat peduli dengan kondisi kesehatan terkini dan sudah menerapkan protokol kesehatan sejak awal pandemi. Saya tidak merasa kebiasaan baru itu beban atau sesuatu yang berat, justru saya merasa ini adalah sesuatu yang penting dan semoga saya bisa jadi inspirasi bagi orang-orang di sekitar untuk bisa menjalankan hal yang serupa. Protokol kesehatan ini adalah panduan untuk menjaga kesehatan di era pandemi, tidak sulit kok, menerapkannya. Yuk, sama-sama kita jaga protokol kesehatan agar rantai penyebaran COVID-19 cepat putus dan pandemi cepat berakhir.

Cara seru agar anak tidak bosan di rumah saja?

Anak bosan di rumah tentu membuat orang tua takut, tapi menurut saya orang tua tidak perlu takut juga kalau anak bosan. Sebenarnya yang paling gampang adalah membuat time schedule yang paling nyaman untuk semua. Anak terbiasa disiplin ya, mereka berangkat sekolah, makan, belajar, semua di jam tertentu yang teratur, mereka biasa disiplin. Nah, saat pandemi, kedisiplinan itu jangan hilang. Makanya saya buat time schedule, agar anak-anak enggak bingung mau melakukan apa saja setelah selesai sekolah online. Ini membuat mereka enggak kehilangan arah, enggak bosan.

Orang tua jangan terlalu takut anak bosan, karena bosan itu terkadang bisa memicu kreativitas, lho. Jangan takut kehabisan ide bermain dengan anak, karena kalau kita serahkan ke anak dia mau bermain apa, terkadang justru anak bisa memberi ide-ide yang tidak terpikir oleh orang tua. Hal seperti ini harus dilatih, karena anak harus mandiri, termasuk mandiri untuk menanggapi rasa bosan dan bertanggung jawab melakukan sesuatu pada dirinya.

Adakah sisi positif pandemi yang Anda rasakan?

Tentu ada sisi positif dari pandemi yang bisa kita ambil. Selain jadi lebih peduli kesehatan, saya juga jadi punya lebih banyak waktu untuk quality time dengan keluarga. Kita jadi sering melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak pernah dikerjakan sebelumnya. Salah satunya adalah movie night dengan membuat layar tancap sendiri pakai proyektor. Cara menonton yang berbeda dan anak menyiapkan makanannya sendiri, ini memberikan sensasi menonton yang berbeda. Ini salah satu kegiatan pandemi yang sangat berkesan bagi anak-anak saya dan sampai saat ini kami masih sering melakukannya.

Sisi positif lainnya adalah anak-anak jadi enggak takut mencoba hal-hal baru dan bisa lebih bertanggung jawab dengan pekerjaan rumah tangga, paling enggak yang untuk diri mereka sendiri. Mereka excited ketika saya ajak mereka membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, seperti menyapu lantai, mengepel, mencuci piring, menyiram tanaman, menjemur pakaian dan lain sebagainya. Tak disangka, mereka sangat menikmati kegiatan ini, lho. Bahkan anak saya yang usianya masih 3 tahunan saja suka banget kalau diajak menjemur pakaian.

Bertepatan dengan ultah M&B ke-15, ada tips merayakan ultah saat pandemi?

Kalau saya kebetulan bukan orang tua yang suka merayakan ultah anak besar-besaran. Sejauh ini saya baru 2 kali mengadakan pesta ulang tahun anak, saat Si Kakak umur 1 tahun, dan saat Si Adik umur 1 tahun. Selebihnya kami rayakan bersama keluarga inti saja, ada orang tua kami dan beberapa keluarga saja, tidak besar-besaran. Jadi ketika anak ulang tahun di era pandemi, tidak terlalu berdampak bagi saya dan anak-anak, karena biasanya juga perayaannya hanya bersama keluarga dan anggota rumah. Menurut saya ulang tahun sederhana justru bisa menjadi touchy moment, karena kadang-kadang kalau dirayakan besar-besaran itu malah hilang esensi merayakan bersama keluarga.

Terlebih di era pandemi ini, sepertinya ini bukan saatnya untuk hingar bingar merayakan pesta. Namun bagi orang tua yang ingin merayakan pesta ulang tahun anak, boleh saja, tentunya dengan memperhatikan berbagai aspek. Merayakan ultah anak di era pandemi sebaiknya tidak besar-besaran dan secara virtual saja cukup. Sekarang juga sudah banyak event organizer yang sigap mengurus pesta virtual, silakan digunakan jasanya karena hasilnya pasti tetap seru pesta ulang tahunnya. Kado dan goodie bag ulang tahun kan bisa dikirimkan lewat ekspedisi atau ojek online. Kesehatan harus diutamakan ya, Moms.

Dalam 3 kata, dr. Reisa adalah ibu yang…

Penyayang, open-minded, dan disiplin. (M&B/Tiffany Warrantyasri/SW/Foto: Insan Obi/Digital Imaging: Ragamanyu Herlambang)