Kebanyakan orang tua merasa bangga jika buah hatinya bisa mengerjakan semua tugas sekolahnya dengan baik dan benar. Namun, perlu diperhatikan, apakah anak Anda memang memiliki determinasi tinggi atau perfeksionis.
Adalah hal baik jika anak memiliki determinasi tinggi. Biasanya tipe anak seperti ini memiliki tanggung jawab dalam menjalankan tugas-tugasnya dan termotivasi untuk menerima tantangan baru.
Namun, lain halnya jika Si Kecil merupakan tipe anak yang perfeksionis. Anak yang perfeksionis cenderung sulit untuk merasa puas atas hasil kerjanya karena sering kali mematok target yang tidak realistis. Selain itu, anak yang perfeksionis juga sulit untuk menerima kesalahan sehingga bukan tak mungkin ia akan mengalami stres apabila hasil pekerjaan yang dilakukannya tidak sempurna seperti bayangannya.
“Menjadi sosok perfeksionis merupakan usaha untuk mengontrol situasi yang membuat anak-anak merasa tidak nyaman. Bagi mereka yang memiliki sifat perfeksionis, kemampuan mengontrol ini memberikan rasa lega tapi hanya untuk periode singkat saja,” kata Michele Kambolis, terapis anak dan keluarga di Vancouver sekaligus penulis Generation Stressed: Play-Based Tools to Help Your Child Overcome Anxiety, seperti dilansir Today’s Parents.
Pada dasarnya, sifat perfeksionis terbagi menjadi 3 jenis, yaitu perfeksionisme yang terorientasi diri sendiri, orang lain, dan dorongan dari lingkungan sekitar. Anak yang memiliki sifat perfeksionis terhadap dirinya sendiri cenderung menganggap bahwa dirinya harus menjadi sosok yang sempurna. Jadi ia akan menetapkan standar yang tinggi untuk dirinya dan sebisa mungkin menghindari kesalahan saat mengerjakan sesuatu.
Sementara itu, anak dengan perfeksionis yang berorientasi pada orang lain memiliki standar yang tinggi untuk orang-orang di sekelilingnya. Sedangkan anak perfeksionis karena dorongan dari lingkungan di sekitar merasa harus membuktikan kemampuannya agar ia bisa dihargai dan diterima oleh orang lain.
Baca juga: 6 Zodiak Anak Remaja yang Terkenal Rebel alias Suka Memberontak
Ciri-ciri anak perfeksionis
Ciri-ciri sifat perfeksionis akan berbeda pada setiap anak. Namun, pada umumnya, anak yang perfeksionis memiliki kecenderungan tanda-tanda berikut ini:
- Takut dan cemas yang berlebihan dengan kegagalan
- Kesulitan menyelesaikan dan sering menunda tugas karena takut merasa gagal atau tidak sempurna
- Sulit menerima kesalahan atau kekalahan
- Sering mengkritik diri sendiri dan orang lain
- Kesulitan membuat keputusan dan memprioritaskan tugas
- Sering merasa tidak puas dengan suatu hal yang sudah dilakukan
- Cepat marah dan tersinggung
- Kritis terhadap kinerja orang lain.
Penyebab anak bersikap perfeksionis
Ada banyak faktor yang berisiko memicu munculnya sifat perfeksionis dalam diri anak. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Tekanan akademis. Anak mungkin takut tidak bisa lulus sekolah atau tidak bisa memilih sekolah yang diinginkan karena nilainya tidak sempurna.
2. Faktor biologis. Berdasarkan sebuah penelitian, diketahui bahwa sifat perfeksionis berhubungan dengan jenis masalah kesehatan mental tertentu, seperti obsessive-compulsive disorder atau eating disorder. Hasil penelitian ini membuat para ilmuwan meyakini bahwa ada komponen biologis yang memengaruhi sifat perfeksionis.
3. Keinginan untuk memuaskan. Sebagian anak ingin mendapatkan perhatian atau dikagumi dengan menunjukkan bahwa diri mereka sempurna.
4. Kurang percaya diri atau tidak menghargai diri sendiri. Seorang anak yang merasa buruk tentang dirinya sendiri kerap berpikir bahwa dirinya dinilai hanya berdasarkan pencapaiannya.
5. Pengaruh orang tua. Tidak ada salahnya memuji anak. Akan tetapi, saat pujian tersebut dilakukan secara terus-menerus dan berlebihan, hal tersebut akan membuat anak menganggap bahwa melakukan kesalahan adalah sesuatu yang buruk. Alhasil, ia akan selalu berusaha keras untuk melakukan segalanya dengan sempurna dan akan merasa sedih apabila melakukan kesalahan. Di sisi lain, orang tua yang perfeksionis juga bisa mengakibatkan anaknya punya sifat yang sama.
6. Pengaruh media sosial. Gambaran sosok sempurna di media sosial akan membuat anak terdorong untuk melakukan hal yang sama demi mendapatkan pujian.
7. Trauma. Pengalaman traumatis juga bisa membuat anak merasa tidak dicintai, kecuali ia menjadi sosok yang sempurna.
Menghadapi anak perfeksionis
Sifat perfeksionis pada anak tidak selayaknya dibiarkan. Pasalnya, sifat ini bisa berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya. Akibat terlalu perfeksionis, anak bisa lebih mudah merasa tertekan, stres, atau tidak percaya diri. Dalam sebagian kasus yang ekstrem, sifat perfeksionis bahkan bisa memicu keinginan bunuh diri jika anak merasa tidak mampu menjadi sosok yang sempurna.
Oleh sebab itu, Moms perlu mengambil tindakan apabila melihat buah hati Anda memiliki sifat perfeksionis. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah dengan mengajaknya berbicara.
Pastikan anak mengetahui bahwa Anda tulus mencintai dengan segala kekurangannya. Ajarkan anak untuk belajar menerima kekurangan dan kesalahan dan bimbing mereka untuk mengatasi kesalahan tersebut. Moms juga perlu memberitahukan bahwa sesungguhnya tidak ada manusia yang sempurna.
Ajak anak untuk melakukan positive self-talk. Moms juga harus membiasakan diri untuk memberi pujian yang tepat dan tidak berlebihan saat anak meraih keberhasilan. Jangan lupa untuk membantu anak meningkatkan rasa percaya diri yang baik serta mengenali hal-hal apa saja yang bisa ia kendalikan dan tidak bisa ia kendalikan. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Senivpetro/Freepik)
- Tag:
- anak perfeksionis