Type Keyword(s) to Search
FAMILY & LIFESTYLE

Cara Membicarakan Topik yang Sulit pada Anak Sesuai dengan Usianya

Cara Membicarakan Topik yang Sulit pada Anak Sesuai dengan Usianya

Moms, apa sih hal yang menantang bagi Anda saat mengasuh anak? Apakah ketika harus berbicara tentang topik yang sulit dengan anak adalah salah satunya? Menjelaskan kenapa boneka kesayangannya harus dicuci atau tentang bullying yang terjadi di sekolahnya saja terkadang sudah cukup sulit, apalagi jika membicarakan topik yang lebih sulit, seperti kekerasan, rasisme, dan topik penting lainnya.

Sebagai orang tua, Moms perlu menyadari bahwa kini anak-anak Anda hidup di zaman kemudahan mengakses informasi. Setiap harinya, bahkan mungkin hanya berselang hitungan detik, segala informasi bisa diperbarui. Belum lagi kemudahan untuk menonton streaming video.

Nah, saat anak Anda—terutama yang masih kecil—dihadapkan pada cerita atau informasi yang sangat serius dan menanyakannya pada Anda, tentu Moms harus bisa menjelaskannya sesuai usia dan fase perkembangannya, karena anak-anak menyerap informasi secara berbeda saat mereka tumbuh, mulai dari bayi hingga remaja.

Berikut ini panduan untuk membicarakan topik yang sulit dari usia anak 2 tahun hingga remaja seperti dilansir dari laman Motherly.

Baca juga: Kalimat yang Harus Dihindari untuk Membesarkan Anak yang Tangguh

Usia 2-6 tahun

Pada rentang usia ini, anak tidak punya pengalaman hidup yang cukup untuk memahami persoalan atau topik yang kompleks dan sulit. Ia juga tidak punya pemahaman yang kuat tentang konsep abstrak atau sebab-akibat. Karena itu, coba lakukan cara ini ketika anak menanyakan topik sulit pada Anda, Moms.

1. Batasi anak dari paparan informasi atau subjek yang tidak sesuai usianya dengan cara mematikan TV dan pilih media yang ditargetkan untuk usia Si Kecil.

2. Yakinkan dengan kata-kata dan gerak tubuh. Katakan, "Kamu aman. Mama dan Papa juga. Keluarga kita akan baik-baik saja." Jangan lupa beri pula Si Kecil pelukan penuh kasih.

3. Sampaikan perasaan Anda dan juga Si Kecil. Katakan, "Tidak apa-apa jika kamu merasa takut, sedih, atau bingung. Perasaan itu wajar dan kita semua merasakannya juga, kok."

4. Tanyakan apa yang diketahui anak sebelum Moms menjelaskan kebenarannya. Pasalnya ia belum tentu akan bisa memahami informasi yang didapat.

5. Jelaskan menggunakan istilah yang paling sederhana. Untuk topik kejahatan atau kekerasan misalnya, Moms bisa mengatakan, "Orang-orang bisa menggunakan pistol untuk menyakiti orang lain."

6. Hindari penggambaran etnis seseorang, identitas seksual, berat badan, status keuangan, dan sebagainya, kecuali jika relevan dengan topik yang ditanyakan anak.

7. Gunakan kosakata, ide, dan hubungkan situasi yang saat ini dan sebelumnya pernah terjadi, misalnya, "Seorang pria mencuri sesuatu. Ingat kan, ketika teman kamu mengambil kotak makan siang kamu waktu itu?"

8. Gunakan istilah dasar untuk menggambarkan perasaan seperti sedih, takut, senang, atau terkejut.

Usia 7-12 tahun

Anak pada usia ini umumnya sudah bisa membaca dan menulis. Mereka juga lebih sering terpapar konten yang tidak sesuai dengan usianya, misalnya kekerasan, pornografi, berita menyedihkan, dan ujaran kebencian. Di usia ini anak juga masih sedikit ragu tentang apa yang nyata dan mulai belajar memahami perspektif yang berbeda. Maka, saat ia membicarakan topik yang sulit, Moms bisa menjelaskan dengan cara.

1. Jangan membicarakan topik yang sulit sampai anak menanyakannya secara langsung.

2. Tanyakan apa yang diketahui anak. Kemudian jawab pertanyaan dengan sederhana dan dan tidak menjelaskan secara berlebihan agar tak membuatnya takut atau bingung.

3. Ciptakan ruang yang aman untuk berdiskusi. Moms bisa katakan, "Topik ini sulit untuk didiskusikan, bahkan untuk orang dewasa. Tapi coba kita bicarakan. Mama tidak akan marah, dan kamu bebas bertanya tentang apa pun."

4. Buat anak Anda memahami keadaan saat suatu masalah terjadi agar ia bisa memahami sepenuhnya. Misalnya saat menerangkan soal kejahatan berbasis ras, coba katakan, "Beberapa orang percaya bahwa orang kulit putih lebih baik daripada orang kulit hitam. Tapi tanpa informasi yang benar, terkadang orang kulit putih melakukan kejahatan yang menurut mereka bisa dibenarkan."

5. Jika anak Anda ingin menjelajahi topik serius secara lebih mendalam daripada yang dapat Anda berikan, katakan, "Mari kita cari beberapa sumber berita yang menawarkan peristiwa terkini yang ditulis untuk anak-anak seusiamu."

6. Berbagi tentang perasaan Anda dan tanyakan perasaaan anak juga mengenai topik sulit yang mungkin membuatnya penasaran tersebut.

7. Dorong anak untuk berpikir kritis dengan mengajukan pertanyaan secara terbuka agar ia berpikir lebih dalam tentang topik serius tersebut.

8. Usahakan untuk mencari sisi positif dari topik yang Moms bahas bersama anak Anda.

Remaja

Anak remaja sudah lebih mandiri dalam mengakses informasi. Mereka sering mendengar topik yang sulit dari berita di TV atau sumber mana pun. Biasanya anak remaja juga jauh lebih tertarik pada apa yang teman atau orang di dunia maya pikirkan tentang suatu masalah daripada pendapat orang tuanya. Namun, lakukan beberapa cara ini untuk mendorongnya menemukan media yang baik dan memperkaya pengetahuannya.

1. Ajak anak untuk berdialog secara terbuka. Biarkan anak bertanya, uji pendapatnya, dan biarkan ia berbicara dengan bebas tanpa takut akan konsekuensinya.

2. Ajukan pertanyaan terbuka dan minta ia untuk memperkuat pendapatnya.

3. Akui jika Anda tidak tahu atau belum paham dengan topik yang dibicarakan.

4. Ajak ia membahas tentang kompleksitas sebuah masalah untuk mencari tahu mengapa masalah atau topik tersebut sulit untuk diatasi.

5. Beri tahu nilai-nilai kehidupan yang Anda pegang teguh, misalnya jika Anda ingin anak Anda menghormati sebuah perbedaan, maka jelaskan mengapa toleransi itu penting.

6. Ajak anak menelaah perbedaan setiap media dalam membingkai berita atau informasi dan bagaimana hal ini bisa memengaruhi opini penonton.

7. Tanyakan apa yang akan anak Anda lakukan jika ia berada dalam situasi yang sangat sulit sehingga Moms bisa tahu bagaimana ia bertindak dan sudahkah ia membuat pilihan terbaik.

8. Ajak anak untuk mempertimbangkan solusi dari masalah atau topik yang dibicarakan. (M&B/Vonda Nabilla/SW/Foto: master1305/Freepik)