Sebagai seorang presenter sekaligus penyiar radio, Rizky Kinos (36), tentunya memiliki banyak penggemar. Ia menjadi idola bagi banyak orang. Tapi harapan terbesarnya adalah menjadi idola bagi istri dan kedua anaknya.
Kinos memang bukan ayah biasa. Sebisa mungkin, ia berusaha menjadi pemimpin keluarga sekaligus pelindung, guru, dan sahabat bagi sang istri, Nycta Gina (36) dan kedua buah hati mereka, Panutan Adhya Semesta Trinycta yang akrab disapa Uta (5) dan Lembar Putih Trinycta yang punya panggilan kesayangan Uti (3).
Namun untuk bisa menjadi sosok ayah yang ideal, Kinos harus melalui berbagai proses dan tantangan. Apa saja perubahan yang terjadi pada dirinya semenjak menjadi seorang ayah? Dan bagaimana pola asuh yang diterapkan Kinos bagi kedua buah hatinya yang memiliki karakter berbeda? Simak wawancara eksklusif Mother & Beyond dengan Rizky Kinos yang menjadi Dad of the Year 2021.
Menikah pada 2015, bagaimana rasanya menjadi ayah dari anak laki-laki berusia 5 tahun dan anak perempuan berusia 3 tahun?
Seru! Seru banget, sih. Tantangannya banyak, selain itu tanggung jawab juga semakin besar. Di sisi lain, kondisi ini menjadi motivasi yang luar biasa bagi saya.
Dulu, kalau ada pekerjaan masih pilih-pilih. Kalau ada tawaran pekerjaan yang membutuhkan waktu lama, pikirannya "Ah, males" atau "Ah, kerjaannya berat". Kalau sekarang, mendapat tawaran kerja yang aneh-aneh atau mungkin hal baru, misalnya menjadi pembawa acara tinju dan badminton yang sebelumnya tidak dikuasai, saya pasti ambil. Saya seniat itu kalau untuk keluarga. Saya akan pelajari dahulu materi pekerjaannya, browsing, dan riset, demi apa? Ya semua demi anak-anak.
Dari awal menikah memang sudah berencana memiliki dua anak atau lebih?
Berhubung saya adalah tipe orang yang cenderung konseptor, dari dahulu memang menginginkan dua anak. Alhamdulillah, saat ini sudah terwujud dan mudah-mudahan tidak melenceng. Sejak awal sudah berbicara dengan istri, kami menginginkan dua anak saja.
Memiliki dua anak dengan karakter yang berbeda. Uta berkepribadian rivers yang bisa dibilang langka di Indonesia. Apakah ada perbedaan pola asuh untuk Uta dan Uti?
Tentu saja ada perbedaan dalam pola asuh. Kalau untuk Uta, segala sesuatunya harus secara mendetail dan harus jelas. Misalnya meminta anak-anak menutup pintu. Kalau Uti mungkin cukup bilang “Uti tutup pintu!”, sudah selesai. Kalau Uta, harus dijelaskan kenapa harus ditutup? Bagaimana cara menutup? Itu semua harus jelas.
Atau misalnya mau berenang. Uta awalnya tuh, tidak mau langsung berenang. Dia harus dikasih tahu terlebih dahulu, berenang itu apa? Apa serunya? Misalnya dia sudah masuk ke dalam air lalu naik. Sudah hanya begitu saja. Kalau menurut dia tidak seru, ya sudah selesai begitu saja.
Itulah yang dimaksud kepribadian rivers. Jadi maksudnya pada anak-anak biasa, dari A ke B, sudah selesai. Kalau ini, bisa A ke B, lalu ke A lagi dan baru kembali ke B. Jadi segala sesuatu harus detail, bisa bolak-balik atau berulang kali, baru dia mengerti atau mau melakukannya.
Dengan adanya perbedaan pola asuh tersebut, apakah sulit untuk menyesuaikan antara Uta dan Uti?
Awalnya kami berpikir, repot banget. Tapi saat ini kami sudah memasuki fase terbiasa. Malah saat pola asuh tersebut diterapkan ke Uti, dia menjadi lebih berkembang lagi. Jadi kalau ke Uti yang sebenarnya hanya perlu sekali jalan, dibuat dua kali seperti halnya ke Uta maka ia akan menjadi lebih matang.
Kalau tidak salah, Uta juga sempat menjalani terapi wicara. Berapa lama terapi dilakukan dan bagaimana perkembangannya saat ini?
Sampai sekarang, Uta masih mengikuti terapi wicara. Nah, Uti juga ikut. Dia tidak mau kalah dan ingin mendapatkan hal yang sama. Jadi karena Uti sudah mengikuti terapi wicara bersama Uta, maka dia jadi lebih cepat bisa berbicara. Bahkan kemampuan membacanya juga menjadi lebih cepat, begitu pula dengan kemampuan mengaji dan menghafalnya. Misalnya, Uti seharusnya masih belajar Iqro tapi dia sudah hafal ayat Kursi. Semua karena Uti menyesuaikan diri mengikuti treatment untuk Uta.
Apa momen paling berkesan sebagai seorang ayah?
Tentunya ketika anak-anak lahir. Itulah momen yang luar biasa. Ada dua anak, dan masing-masing punya cerita yang berbeda. Uta lahirnya begitu lancar, mudah, dan benar-benar well prepared. Bahkan sebelum dia lahir, saya masih sempat syuting dan masih sempat menonton bioskop karena tahu dia akan lahir jam berapa. Bahkan tanggal lahirnya pun sengaja di-setting 2 Mei karena bertepatan dengan Hari Pendidikan. Jadi saat Gina masuk ke ruangan operasi, hanya menghitung menit dan proses persalinannya sudah selesai.
Kalau Uti, perjuangannya luar biasa. Kami ingin mencoba proses persalinan normal. Saat istri masuk rumah sakit, saya lagi syuting di Bandung. Harus izin dulu kepada produser, lalu masih ditambah drama mencari pengganti baru bisa pulang ke Jakarta. Sampai di Jakarta, Gina masih dalam tahap pembukaan dua. Saya masih menunggu selama 18 jam. Dan selama itu, Gina pembukaan 2,5. Saat itulah kami memutuskan untuk operasi caesar karena Gina sudah luar biasa kesakitan tapi tidak ada progress. Jadi dua kali bayar nih, untuk persalinan normal dan caesar. Bagaimana tidak berkesan proses persalinan Uti? Tapi alhamdulillah mendapatkan anak yang lucu, pintar, dan mudah-mudahan menjadi berkah.
Anda tipe ayah seperti apa sih? Ayah dengan disiplin tinggi? Ayah sekaligus teman bagi anak? Atau lainnya?
Saya harus bisa semuanya. Pas anak-anak harus disiplin, saya menjadi ayah yang menerapkan disiplin. Begitu pula saat saya harus menjadi teman atau bahkan menjadi ayah yang galak, saya harus galak.
Namun kalau secara garis besar, saya mungkin bisa dibilang sebagai ayah yang tegas. Tidak mau dibilang galak. Kalau kata Gina, saya galak kepada anak-anak. Tapi menurut saya, galak dalam arti disiplin. Saya sudah sepakat dengan Gina, pola asuh tuh semacam harus ada "malaikat" dan "iblisnya". Hanya saja jangan sampai ketika bapak bilang A, ibu bilang B. Orang tua tetap harus kompak. Bapak bilang A tapi tegas, dan ibu bilang A dengan cara yang lebih lembut. Pokoknya tetap satu suara.
Bagaimana membagi waktu antara pekerjaan dengan tanggung jawab sebagai seorang ayah?
Alhamdulillah, pekerjaan saya waktu kerjanya fleksibel. Jadi saat ini, konsepnya selalu rembukan dan menyesuaikan. Kalau Gina ada pekerjaan, saya sebisa mungkin mengontrol dan menjaga anak-anak di rumah. Dan sebaliknya, kalau saya bekerja, maka Gina sebisa mungkin mengontrol di rumah. Kalau memang tidak bisa, kami sudah memiliki support system, ada nanny dan diusahakan ada nenek, opa, atau omanya di rumah.
Bagaimana pola asuh yang diterapkan di rumah?
Pokoknya, kami tidak mau dibilang sebagai orang tua galak. Saya tidak mau anak-anak jadi takut atau segan kepada bapak atau ibunya. Justru kami ingin anak-anak menganggap kami sebagai segala sesuatunya, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai guru, bahkan mungkin sebagai mesin ATM. Jadi kalau anak-anak membutuhkan uang, ya mintanya ke orang tua, bukan ke orang lain. Kalau misalnya ada tugas dari sekolah yang susah, ya minta bantuannya ke orang tua terlebih dahulu, bukannya ke orang lain. Kami ingin segalanya bersumber dari orang tua terlebih dahulu.
Tips agar kompak dengan istri?
Pastinya jangan kaku, ya. Ada yang namanya toleransi, ada yang namanya komunikasi, jangan egois, dan mau mengalah. Jangan kaku, misalnya saya seorang suami jadi otoriter banget. Suami bilang A, maka harus A. Selain itu, suami juga perlu menjadi pendengar. Berumah tangga artinya bekerja sama. Team work! Bapak, ibu, suami, istri, anak. Bahkan jika memang perlu dibicarakan dengan support system, maka kami akan melakukannya.
Tiga kata yang mewakili seorang Rizky Kinos sebagai seorang suami sekaligus seorang ayah
Panutan, menyenangkan, dan kaya. Sebagai ayah, tentunya saya ingin menjadi panutan. Nah, yang dimaksud dengan kaya, setidaknya kaya di mata istri dan anak-anak. Dengan kata lain, kami tidak kekurangan. Saya bisa memenuhi mencukupi dan memfasilitasi kebutuhan istri dan anak-anak.
Definisi ayah yang hebat menurut Anda?
Ayah hebat? Hmm, ayah yang tahu bagaimana caranya agar anak dan istrinya mengidolakan sosok ayah tersebut. Tidak tahu mengapa, tapi sejak menikah saya ingin sekali diidolakan oleh istri dan anak-anak saya. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Insan Obi)