Glamornya dunia fashion tak membuat Lisa Daryono (38) melupakan profesi lain yang ia miliki, yakni sebagai seorang ibu. Founder dan desainer Benten ini tetap terus memprioritaskan serta mendukung ketiga anaknya, Giselle Amore Jap (11), Emilie Solange Jap (7), dan Roderick Ocean Jap (3), untuk menemukan dan menjalani passion mereka masing-masing.
Bagi para pecinta fashion, nama Benten tentu sudah melekat di hati sebagai brand dengan koleksi pakaian yang indah dan menawan. Dan pada tahun 2013, Lisa "melahirkan" Cesa, lini busana yang dibuat untuk anak perempuan berusia 0-9 tahun. Hal ini tentunya tak bisa dilepaskan dari passion yang dikerahkan oleh Lisa Daryono di setiap prosesnya.
Passion yang sama kemudian ia juga berikan saat merawat ketiga buah hatinya, yakni si sulung Giselle, si tengah Emilie, dan si bungsu Roderick. Belajar dari masa kecilnya dulu, ia bertekad untuk menjadi ibu yang lebih baik dan suportif bagi anak-anaknya. Ya, semua hal ini ia ceritakan kepada Mother & Beyond saat diwawancara eksklusif untuk menjadi Mom of the Month Desember 2021. Yuk, simak kisah Lisa Daryono berikut ini!
Bagaimana kesibukan akhir-akhir ini?
Dulunya, aku memilih untuk menjadi working mom. Pada situasi ini terkadang muncul dilema, baik karena sering melewatkan momen bersama anak or ketika anak lebih memilih sama ncus (perawat anak). Belum lagi jika sedang ada fashion and social events. Akhirnya, sekarang aku menjadi full time stay at home mother dan aku menyadari bahwa profesi ini tidaklah mudah. Ditambah lagi dengan kondisi pandemi seperti ini yang menyulitkan mencari asisten rumah tangga (ART). Fix pakai piyama seharian, eimmm, no glamor-glamor. Hahaha.
Bagaimana Anda menghadapi transisi ini, dari working mom menjadi full-time mom?
Hal ini transisi yang besar, menurutku. Berat, ya. Karena, satu, belum terbiasa. Terus kedua, kaget. Kok di rumah banyak juga ya, pekerjaannya? Aku juga agak OCD, jadi sering kaget dengan kondisi yang sebelumnya aku bayangkan. Kok gampang berantakan? Kok anak-anak saat sekolah kabur-kaburan, seperti enggak ada tanggung jawab?
Kalau dulu, hanya tahu beresnya saja. Tapi sekarang, baru bisa benar ketika ada mamanya. Tapi karena kita manusia harus bisa beradaptasi, ya, go with the flow saja. Hahaha.
Kedengarannya seru, ya! Lalu, apakah sekarang masih mendesain?
Sebenarnya, sejak Maret 2020 yang kebetulan juga adalah awal pandemi, aku kehilangan pendukung terbesarku, yaitu mamaku. Mamaku kalah melawan kanker. Di sini aku benar-benar kehilangan arah. Soalnya, awal aku mendirikan Benten itu sebenarnya merupakan perlawanan ke mama. Mama dulu menentang aku belajar desain saat kuliah, makanya aku kuliah sesuai keinginannya, which is banking and finance.
Oleh karena itu setelah kuliah, untungnya waktu itu aku masih muda karena usai kuliah di umur 20 tahun, aku kerja dahulu di perusahaan untuk mengumpulkan modal. Dari modal itu, aku memulai Benten. Ternyata dari Benten, aku bisa mengajak mamaku untuk jalan-jalan dan juga membuktikan keberhasilanku ini dengan show ke luar negeri sampai bisa membeli ruko dan sewa butik di kemang. Sebelum mama passed away, ia bilang bahwa ia bangga denganku dan menjadi penggemarku.
Again, aku mengerjakan Benten ini berdasarkan passion, bukan mengejar ambisi. Jadi, ya, go with the flow saja.
Apa sih, yang menjadi inspirasi saat mendesain?
Inspirasiku adalah beautiful, wearable, and affordable dress. Jadi, meskipun sebagai desainer aku bisa berimajinasi setinggi langit, tapi kalau tidak wearable ya bukan Benten.
Pada tahun 2013, Anda "melahirkan" lini Cesa yang dibuat untuk anak perempuan berusia 0-9 tahun. Lalu, apa inspirasi dari Benten dan Cesa?
Inspirasi Benten adalah strong yet beautiful woman. Sedangkan inspirasi Cesa adalah anak-anak perempuanku, karena Cesa lahir bersama dengan anak pertamaku.
Selain mendesain, Anda juga suka ngapain, sih?
Aku suka travelling dan mengunjungi tempat-tempat yg historik dan artistik. Yang paling berkesan adalah saat ke Spanyol dan menikmati berbagai hasil karya Gaudi. Oh ya, aku juga suka dengan karya-karya Art Noveau Gustav Klimt.
Tapi di masa pandemi ini kan, enggak bisa travelling. Jadi, sebagai manusia yang harus bisa beradaptasi, aku lebih menyibukan diri dengan anak-anakku, anak hejo (tanaman hias), meditasi, dan yoga.
Sekarang aku menjadi full time stay at home mother dan aku menyadari bahwa profesi ini tidaklah mudah.
Bagaimana dengan pengalaman saat menemani anak sekolah selama pandemi?
Luar binasa. Hahaha. Dulu sebagai ibu, kita mendapat privilege untuk mendidik akademis anak di sekolah saja dahulu. Sedangkan sekarang harus berhadapan langsung dengan kekonyolan anak-anak yang enggak peduli soal urusan sekolah. Jadi, lumayan bikin stres. Tapi aku lebih mengambil sisi lain dari nilai. Daripada menekankan anak-anak untuk mendapat nilai yang tinggi, aku lebih mengajarkan mereka untuk bertanggung jawab dan komitmen dalam mengerjakan PR. Selain itu, aku juga lebih menggali potensi dan passion mereka, serta tetap encourage anak-anak untuk social life. Sebagai contoh, mendorong untuk menelpon teman atau chatting, supaya tidak jadi pribadi yang terlalu individual.
Pernah mengalami sibling rivalry?
Dari dulu aku tidak pernah membedakan anak-anakku, dan menurutku hal ini adalah dasar yang paling penting. Kalau pun ditanya, “Apakah ada anak favorit?” Tentu tidak ada. Anak-anak pun sadar tentang hal itu. Mereka aku didik sebagai "family-team". Kalau dapat hadiah, semuanya mendapat dengan rata. Kalau dapat hukuman, hukumannya juga rata semua.
Dulu, mendapat privilege untuk mendidik akademis anak di sekolah. Sedangkan sekarang harus berhadapan langsung dengan kekonyolan anak-anak yang enggak peduli soal urusan sekolah. Jadi, lumayan bikin stres.
Anda ibu yang seperti apa, sih?
Aku adalah ibu yang jauh dari sempurna. Tapi belajar dari mamaku dahulu, segala kesalahan yang ia lakukan tidak ku-apply ke anak-anakku. Selain itu, aku juga selalu mau untuk belajar menjadi lebih baik dalam menggali potensi dan mendukung passion anak-anak nantinya.
Apa 3 hal yang Anda harap tahu sebelum memiliki anak?
Pertama, saat menghadiri fashion week di Hong Kong, aku bertemu dengan buyer dari department store asal United Kingdom. Karena ia menyukai produk kita, tapi kita tidak bisa memenuhi kuota permintaannya, akhirnya kami hanya mengobrol santai. Waktu itu ia bilang, “Wah, kamu hamil, ya? Just like my wife after the second born, biasanya karier kamu bisa stop.” And that’s it! Terjadilah.
Yang kedua, taking care physically and mentally for kids is a challenge. Dulu aku berpikir, membesarkan anak mudah, ya. Toh, aku besar sendiri dan mandiri. Where were my mom and dad? Dulu aku lebih sering diurus oleh perawat. Nyatanya, tidak! Meski ada perawat dan ART, ya emaknya yang mengatur, dong.
Ketiga, less that I know that having kids makes me realise how to be selfless, because it’s not all about me, and to love, to care, and to balance in life.
Less that I know that having kids makes me realise how to be selfless, because it’s not all about me, and to love, to care, and to balance in life.
Bagaimana rencana Natal tahun ini?
Inginnya travelling. Karena dengan pandemi ini kita menyadari bahwa wisata lokal sangatlah banyak dan sangat berkembang. Banyak tempat yang cantik-cantik, seperti Labuan Bajo, dan sebagainya. Tapi, ya go with the flow saja dengan kondisi yang seperti ini.
Apa resolusi tahun baru Anda?
Tentunya banyak. Tapi sebagai manusia, kita hanya bisa berencana dan Tuhanlah yang mengabulkan. Intinya sih, pasrah saja, karena keadaan sekarang bisa berubah dalam sekejap. Tapi kita tetap kudu selalu positif dan berpikir optimis, serta mengalir mengikuti arus. Carpe diem, seize the day and look forward for a better future. (M&B/Gabriela Agmassini/SW/Foto dan Digital Imaging: Badas/Makeup Artist: Rezy Andriati @rezyandriati)