Munculnya varian baru virus COVID-19 yang dikenal dengan nama Omicron bikin cemas dunia. Omicron yang telah diklasifikasikan sebagai variant of concern oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan diidentifikasi pertama kalinya di Afrika Selatan kini diberitakan telah menyebar ke sekitar 30 negara, termasuk negara tetangga kita, Malaysia dan Singapura.
Wajar jika dunia merasa cemas. Pasalnya, varian Omicron memiliki jumlah mutasi yang sangat tinggi, melebihi 30 sel kunci protein spike. Jumlah mutasi itu tidak biasa jika dibandingkan dengan varian COVID-19 lainnya selama ini. Para ilmuwan khawatir tingginya jumlah mutasi Omicron dapat membuatnya lebih mudah menular dan mengurangi kekebalan imun tubuh.
Namun, salah satu kabar yang dinilai cukup melegakan adalah sejauh ini WHO mencatat belum ada kematian yang dilaporkan akibat varian Omicron. Gejala yang muncul umumnya lebih ringan dibandingkan varian Delta.
Walaupun begitu, WHO memperingatkan perlu waktu berminggu-minggu untuk menentukan seberapa menular varian itu, apakah menyebabkan penyakit yang lebih parah, dan seberapa efektif perawatan serta vaksin untuk melawannya.
Beda gejala Omicron antara yang sudah divaksin dan yang belum
Meskipun varian ini menimbulkan gejala pada orang yang terinfeksi, terdapat beda gejala varian Omicron pada mereka yang telah divaksin dengan mereka yang belum divaksin. Perbedaan gejala ini diketahui berdasarkan pengamatan dokter dan rumah sakit yang menangani pasien varian Omicron. Walaupun begitu, penelitian mengenai gejala Omicron masih terus dilakukan.
Menurut Dr. Angelique Coetzee, dokter asal Afrika Selatan yang pertama kali menangani kasus varian ini, gejala Omicron pada orang yang telah divaksin relatif ringan dan tidak memiliki komplikasi. Pasien ini menjalani perawatan di rumah dan tidak membutuhkan penanganan rumah sakit.
“Pasien yang sudah divaksin sejauh ini tidak memiliki komplikasi,” kata Dr. Coetzee seperti dikutip dari CNN Indonesia. “Saya telah melihat orang yang sudah divaksin dan mereka tidak terlalu sakit. Ini bisa berubah ke depan karena ini masih terlalu awal, namun setidaknya ini memberikan harapan,” tambahnya.
Sementara itu, dokter lain di Afrika Selatan juga menyebutkan bahwa varian Omicron menyebabkan orang mengalami gejala ringan hingga sedang. Pada orang yang dirawat di rumah sakit, 90 persen belum divaksin.
Walaupun begitu, Dr. Coetzee merasa khawatir bila varian baru menyerang para orang tua, apalagi jika mereka juga memiliki penyakit penyerta lain. “Yang harus kita khawatirkan sekarang adalah ketika orang yang lebih tua dan tidak divaksinasi terinfeksi varian ini, dan jika mereka tidak divaksinasi, kita akan melihat banyak orang dengan penyakit yang parah,” ujarnya.
Segera lakukan vaksinasi!
Sementara itu, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, mengatakan varian Omicron tidak meningkatkan keparahan pada individu yang terinfeksi, terlebih bagi mereka yang telah menerima vaksin COVID-19 dua dosis atau dosis penuh.
“Yang kita tahu, varian Omicron ini walau cepat menular, tidak meningkatkan tingkat keparahan, terutama pada individu yang sudah divaksin. Maka dari itu, ayo segera vaksinasi,” ujar Nadia dalam webinar di kanal YouTube Lawan Covid19 ID, seperti dikutip dari Detik Health. Untuk itu, pemerintah terus mendorong percepatan vaksinasi COVID-19 sebagai salah satu upaya pencegahan penyebaran varian Omicron di Indonesia.
Selain itu masyarakat diingatkan untuk selalu mengikuti anjuran protokol kesehatan sebagai upaya mengurangi risiko penularan COVID-19. Langkah-langkah yang dianjurkan untuk mencegah tertular varian baru ini antara lain:
- Menggunakan masker dengan benar
- Menjaga kebersihan tangan dan rutin mencuci tangan
- Menjaga jarak dengan orang lain
- Menghindari keramaian
- Melakukan vaksinasi.
(M&B/SW/Foto: Freepik)