Type Keyword(s) to Search
BUMP TO BIRTH

Melahirkan dengan Metode Lotus Birth, Ini Risikonya pada Bayi

Melahirkan dengan Metode Lotus Birth, Ini Risikonya pada Bayi

Kelahiran seorang bayi menjadi momen istimewa bagi setiap ibu. Oleh sebab itu, tak jarang banyak Moms sudah merencanakan bagaimana akan melalui proses persalinan tersebut sejak jauh-jauh hari.

Faktanya, proses persalinan tidak terbatas pada persalinan pervaginam atau caesar saja. Ada pula metode persalinan yang disebut lotus birth. Perlu diketahui, yang membedakan lotus birth bukanlah cara mengeluarkan bayi dari rahim ibu. Metode lotus birth bisa dilakukan pada bayi yang lahir melalui operasi caesar maupun pervaginam.

Pada umumnya, tali pusat akan dipotong sesaat setelah bayi dilahirkan dan saat plasenta masih berada di dalam tubuh ibu. Hal ini dilakukan untuk mencegah perdarahan hebat yang dapat dialami ibu setelah melahirkan.

Baca juga: Menyimpan Tali Pusat Bayi, Ini Manfaatnya buat Anak

Lain halnya dengan metode lotus birth. Lotus birth merupakan metode persalinan yang membiarkan tali pusat terlepas dengan sendirinya sehingga plasenta tidak langsung lepas dari tubuh bayi setelah proses kelahiran. 

Seperti dilansir WebMD, biasanya dibutuhkan waktu 5 hingga 15 hari untuk tali pusat agar bisa terlepas dari plasenta. Artinya, Anda harus benar-benar menjaga kondisi plasenta selama kurun waktu tersebut.

Manfaat lotus birth

Metode lotus birth memang masih memerlukan penelitian lebih lanjut guna memastikan manfaatnya. Akan tetapi, tidak sedikit orang yang meyakini bahwa rahim dan plasenta terbuat dari material yang sama. Mereka percaya bahwa keputusan untuk tidak memotong tali pusat akan membuat bayi punya daya tahan tubuh lebih kuat, mendapatkan suplai oksigen lebih banyak, dan memiliki sikap lebih tenang.

Sebagai catatan, menunggu selama 30 detik hingga 2 menit untuk memotong tali pusat setelah proses persalinan memang sudah terbukti bisa meningkatkan volume darah bayi. Bukan tak mungkin, metode lotus birth juga memiliki efek yang sama. Namun, sejauh ini belum ada bukti sahih mengenai klaim tersebut.

Risiko lotus birth

Meski diyakini memiliki sederet manfaat bagi bayi, metode lotus birth bukannya tanpa risiko. Setelah dikeluarkan dari rahim, plasenta tidak lagi dialiri darah. Plasenta berubah menjadi jaringan mati yang rentan terinfeksi. Saat plasenta terinfeksi, maka bayi Anda juga akan mengalami hal yang sama.

Selain itu, tidak ada standar penyimpanan untuk menjaga agar plasenta tetap terjaga dan tidak rusak. Ada yang hanya menaruhnya di dalam wadah plastik, membiarkannya di udara terbuka, dan ada juga yang membalur ramuan herbal guna menjaga plasenta tetap berada dalam kondisi baik. Hanya saja, metode tersebut juga belum diteliti efektivitasnya secara ilmiah.

Oleh sebab itu, ada sejumlah risiko yang harus dihadapi saat Moms memutuskan untuk menerapkan metode lotus birth ketika melahirkan Si Kecil, antara lain:

1. Infeksi

Seperti telah disebutkan di atas, plasenta akan berubah menjadi jaringan mati setelah keluar dari rahim. Tanpa penanganan yang tepat, bakteri akan berkembang biak di jaringan mati tersebut sehingga mengakibatkan plasenta membusuk.

Hal ini dikhawatirkan akan berimbas pada bayi. Si Kecil akan mudah terkena infeksi dari proses pembusukan plasenta tersebut. Jika ingin menerapkan metode lotus birth, Moms perlu melakukan pemantauan ekstra guna mencegah kemungkinan terjadinya infeksi.

2. Penyakit kuning

Terlalu lama menunda pemotongan tali pusat juga dapat meningkatkan risiko bayi mengalami kelebihan bilirubin sehingga kulit Si Kecil akan terlihat berwarna kuning atau mengalami jaundice. Hal ini disebabkan adanya pasokan darah berlebih yang diperoleh dari tali pusat. Bayi yang dilahirkan dengan metode lotus birth kemungkinan akan membutuhkan waktu perawatan lebih lama setelah lahir.

Nah Moms, Anda sudah mengetahui risiko lotus birth. Karena itu, Anda sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan ahlinya terlebih dahulu dan mempersiapkan persalinan lebih matang apabila memilih untuk menggunakan metode lotus birth tersebut. (M&B/Wieta Rachmatia/SW/Foto: Freestockcenter/Freepik)